
Deforestasi juga mengakibatkan beberapa bencana yang bisa dialami oleh masyarakat. Sebut saja tanah langsor, tanah ambles, banjir bandang, kenaikan suhu global, satwa yang pindah ke pemukiman, dan masih banyak yang lainnya.
Oleh. Mulyaningsih
(Kontributor Narasiliterasi.Id)
Narasiliterasi.Id-Pernyataan orang nomor satu di negeri ini tentang perluasan wilayah kebun sawit menuai pro dan kontra. Sebagaimana dikutip dari salah satu laman nasional bahwa sejumlah pegiat lingkungan mengkritik pernyataan Presiden. Alasannya adalah karena hal tersebut tidak ramah lingkungan.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia M. Iqbal mengkritik keras terhadap pernyataan di atas mengenai pembabatan hutan (deforestasi) yang tidak berbahaya. Menurutnya, justru deforestasi sangat berbahaya bagi kelangsungan hutan terutama pada kondisi krisis iklim seperti sekarang ini. Termasuk pernyataan bahwa pohon kelapa sawit dapat menyerap karbondioksida merupakan pemikiran yang keliru. Pada faktanya, kemampuan menyerap emisi udara antara kebun kelapa sawit dan hutan alam sangat berbeda. Ditambah lagi, jika hutan dibabat maka akan terjadi masalah ekosistem secara keseluruhan. (voaindonesia.com, 02-01-2025)
Dari data Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada 2022, luas hutan di Indonesia menempati urutan kedelapan di dunia. Fakta tersebut memungkinkan bagi negeri ini dapat menyelesaikan persoalan iklim secara global, yaitu dengan menyerap emisi karbon. Namun sayang, kelebihan ini tak berbanding lurus dengan kondisi yang ada karena hutan semakin habis.
Dari laporan Global Forest Review dari World Resources Institute (WRI), bahwa area hutan primer tropis Indonesia seluas 10,2 juta ha hilang akibat deforestasi. Sungguh sebuah ironi yang begitu menyayat hati. Sejatinya perlu waktu lama, bahkan bisa jadi berabad-abad untuk mengembalikan kehijauan hutan primer tadi.
Deforestasi dan Kapitalisme
Jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya aktivitas deforestasi hutan memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Selain ekosistem rusak, deforestasi juga mengakibatkan beberapa bencana yang bisa dialami oleh masyarakat. Sebut saja tanah langsor, tanah ambles, banjir bandang, kenaikan suhu global, satwa yang pindah ke pemukiman, dan masih banyak yang lainnya. Tentu, lagi dan lagi rakyatlah yang merasakan dampaknya. Sementara segelintir masyarakat atas pemilik modal yang merasakan keuntungannya.
Gambaran di atas tentu tak luput dari didikan sistem yang diterapkan saat ini. Kapitalis telah berhasil mencetak para pemimpin yang hanya memikirkan bagaimana mendapatkan manfaat serta cuan yang banyak. Termasuk juga menggenjot roda ekonomi tanpa melihat sisi lain yang ternyata akan memberikan efek yang besar bagi masyarakat.
Termasuk pada aktivitas deforestasi ini. Pembabatan hutan tanpa melihat sisi kelestarian lingkungan di dalamnya. Hutan yang ada diganti dengan kebun sawit. Nah, inilah salah satu persoalan yang seharusnya perlu didetilkan satu per satu dampak yang ditimbulkannya. Walau terkesan sama, pohon diganti pohon, tetapi jika ditelisik mendalam tentulah ada perbedaan yang ditimbulkannya.
Baca juga: Kapitalisasi SDA, Siapa yang Diuntungkan?
Apalagi ini alih fungsi pada hutan yang menjadi sumber oksigen terbesar di dunia dan tempat hidup ratusan bahkan ribuan flora fauna. Tentu dampaknya akan sangat terasa sekali. Jika ini benar-benar dilakukan maka tunggulah persolan yang akan muncul kemudian.
Pandangan Islam
Ketika melihat deforestasi ini, Islam mempunyai pandangan yang sempurna lagi menyeluruh. Dengan penerapan hukum syarak oleh negara, maka insyaallah kemaslahatan umat akan terwujud. Ini merupakan kewajiban bagi negara dalam menjalankan roda pemerintahan. Termasuk juga dalam ranah hutan.
Di dalam Islam, pembagian kepemilikan begitu jelas sehingga segala sesuatunya akan dipertimbangkan dengan muatan akidah dan kemaslahatan umat. Hutan dalam Islam masuk dalam kepemilikan umum. Artinya semua bisa mengaksesnya tetapi tidak boleh dimiliki secara individu atau kelompok. Kepemilikan umum ini wajib hukumnya dikelola dengan sungguh-sungguh oleh negara untuk kemudian hasilnya dikembalikan kepada rakyat.
Dari sini tampak jelas bahwa negara tidak main-main ketika mengelola seluruh kepemilikan umum. Harus mempertimbangkan dengan serius jika ingin melakukan sesuatu terhadap kepemilikan umum tadi. Jika dinilai tidak sesuai dengan hukum syarak ditambah lagi banyak dampak yang ditimbulkan maka negara tidak akan mengambil kebijakan tersebut. Karena sejatinya negara menjadi pelindung serta pengayom umat. Allah Swt. berfirman,
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا
“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik....” (Al-A’raf: 56)
"Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Dari firman Allah di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa janganlah berbuat kerusakan di bumi tempat kita tinggal. Lakukan pemeliharaan dan penggunaan sesuai dengan hukum yang Allah berikan. Sebab sebagai seorang hamba yang diciptakan, tentunya kita tidak memiliki pengetahuan luas terhadap segala yang diciptakan Allah. Maka satu-satunya jalan adalah hanya mengambil hukum Allah saja, yaitu hukum syarak agar semua bisa berjalan dengan baik.
Kemudian ada hadis Rasulullah saw. yang menjelaskan kepada kita bahwa kaum muslim berserikat atas tiga hal. Ketiga hal tersebut yaitu padang rumput, air, dan api. Yang dimaksud padang rumput ini secara luas, termasuk pula pada hutan. Maka, makna berserikat itu termasuk ke dalam ranah kepemilikan umum yang wajib bagi negara untuk mengelolanya. Sementara hasil yang didapatkan dari hutan tadi dikembalikan kepada umat atau masyarakat.
Dengan modal keimanan yang kokoh serta hukum syarak, negara harus mampu mengelolanya dengan baik. Bagian mana yang bisa diambil dan mana yang tidak harus jelas agar keberkahan itu datang pada negeri. Tak lupa negara harus mampu menindak tegas dan membantah jika ada oknum yang ingin menguasai kepemilikan umum tadi, salah satunya hutan. Jika masih 'bandel' maka dengan kekuatannya, negara akan memberikan sanksi tegas agar memberikan efek jera.
Khatimah
Negara yang dimaksud justru harus memiliki fondasi kokoh berupa Islam. Dan akan terwujud dalam institusi yang akan menjalankannya dalam kehidupan, yaitu Daulah Islam. Insyaallah para pemimpin yang ada akan mempunyai keimanan baja untuk terus menerapkan hukum syarak dalam segala lini kehidupan manusia. Dengan begitu maka rida Allah akan kita dapatkan. Termasuk keberkahan akan keluar dari perut bumi dan turun dari langit.
Masyaallah, begitu rindu sebuah kepemimpinan yang tunduk serta menjalankan perintah hanya dari Allah Swt. Insyaallah segala persoalan hidup akan dengan mudah diatasi. Termasuk pada masalah deforestasi di atas, tak akan lagi membuat sengkarut kehidupan umat. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

MasyaAllah, kerennya Islam dalam mengatasi masalah kehidupan. Bahkan, hutan pun diatur sedemikian rupa agar memberi maslahat.