Nasib Tragis Anak-Anak Gaza

Nasib Tragis Anak-Anak Gaza

Di tengah serangan yang terjadi, para pendidik yang tersisa mencoba membangun kamp-kamp sederhana untuk memulihkan kondisi anak-anak di Gaza yang terdampak secara fisik dan emosional. Para pendidik juga bertekad untuk mencegah terjadinya “generasi yang hilang”.

Oleh. Siombiwishin
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Serangan udara entitas zionis kembali menargetkan sekolah yang menjadi tempat pengungsian ribuan warga Gaza pada Sabtu (11-1-2025) di Sekolah Halwa di Kota Jabalia, Gaza Utara. Serangan tersebut dikabarkan menewaskan 8 orang, termasuk dua anak-anak. Peristiwa ini menambah daftar panjang sekolah yang telah rusak akibat ekspansi militer sejak 7 Oktober 2023 lalu. Setidaknya terdapat 352 sekolah di Jalur Gaza telah rusak dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.

Juru bicara badan tersebut Mahmud Bassal memberikan konfirmasi bahwa delapan orang telah menjadi korban. Dua anak-anak dan dua wanita tewas akibat penembakan entitas zionis di sekolah Halwa di Kota Jabalia, Gaza Utara. Basal juga mengatakan serangan itu akan menewaskan 30 orang, termasuk 19 anak-anak. (CNN Indonesia, 11-01-2025)

Menurut UNRWA, kurang lebih sebanyak 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia dalam serangan entitas zionis, satu anak tewas setiap jamnya di Jalur Gaza. Mereka yang selamat pun terluka secara fisik dan emosional. Mereka kehilangan nyawa, masa depan, dan harapan.

Anak-Anak Gaza dalam Tenda Pengungsian

Saat ini, infrastruktur fisik untuk pendidikan sudah hancur, sebagian besar bangunan yang tersisa telah dialihfungsikan menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi. Di tengah serangan yang terjadi, para pendidik yang tersisa mencoba membangun kamp-kamp sederhana untuk memulihkan kondisi anak-anak di Gaza yang terdampak secara fisik dan emosional. Para pendidik juga bertekad untuk mencegah terjadinya “generasi yang hilang”, seperti yang telah diperingatkan oleh PBB.

Apakah cukup? Tentu saja tidak. Genosida yang terjadi telah memutus kesempatan anak-anak Gaza mengenyam pendidikan yang layak, kelas-kelas darurat yang dibuka berfokus pada pendidikan dasar seperti matematika, bahasa Arab, dan sains. Terkait pelajaran lain yang belum dapat diakses, ini disebabkan tidak tersedianya media dan sarana pembelajaran yang dapat mendukung aktivitas belajar anak-anak tersebut. Suara tembakan dan dentuman bom kerap kali mengganggu aktivitas belajar mereka. Tenda yang disulap menjadi ruang kelas pun penuh sesak dan jauh dari kata nyaman untuk digunakan. Bahkan berulang kali mereka harus berpindah tempat untuk menghindari serangan yang mendekat.

Namun anak-anak Gaza tidak mempunyai pilihan, bisa mendapatkan pendidikan di tengah kekacauan yang menimpa mereka saja merupakan sesuatu yang berharga. Setidaknya ada hal lain yang dapat mereka lakukan selain meringkuk ketakutan ataupun mengais puing-puing bangunan yang hancur untuk bertahan hidup.

Serangan entitas zionis terhadap fasilitas umum seperti sekolah dan rumah sakit menunjukkan bahwa mereka tidak hanya membidik Hamas, tetapi memang menargetkan warga sipil yang notabene didominasi oleh perempuan dan anak-anak. Serangan terhadap Hamas hanyalah dalih untuk membenarkan aktivitas mereka untuk terus melakukan pembantaian.

Tidak Menyentuh Akar Masalah

Jika diselisik lebih jauh ke belakang, kita akan menemukan fakta bahwa tanah Palestina adalah tanah kaum muslim. Palestina dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra pada 15 H dengan kekuatan militer dan sejak saat itu telah berada dalam kekuasaan Islam. Tanah yang diberkahi ini juga pernah dibebaskan dengan mengirim pasukan militer oleh pemimpin negeri muslim Salahuddin Al-Ayyubi pada 583 H. Selama periode ini, Palestina tetap berada dalam naungan Negara Islam. Tanah Palestina benar-benar dirampas sejak runtuhnya kekhalifahan Utsmaniyyah pada 1924. Entitas Yahudi secara ilegal mengambil paksa dengan bantuan Barat yang kemudian jatuh ke tangan zionis. Setelah itu, mereka mengusir warga Palestina secara kejam dan menguasai lebih dari setengah wilayah Palestina pada 1948.

Sayangnya, tidak mengikuti jejak para pendahulunya, para pemimpin negeri muslim hanya menonton kemudian menunjukkan empati, menggalang dana, mengirim bantuan kemanusiaan seolah peduli dengan apa yang menimpa kaum muslim di Gaza. Padahal mereka lebih dari mampu untuk membebaskan tanah Palestina, khususnya menyelamatkan masa depan anak-anak yang terdampak baik secara fisik maupun psikis. Mirisnya, mereka menjadi bagian dari pendukung adanya solusi dua negara yang diajukan sesuai pesanan pemimpin-pemimpin Barat.

Gencatan senjata kembali disepakati oleh pihak zionis dan Palestina yang resmi akan dilaksanakan pada Ahad, 19 Januari 2025. Kesepakatan yang disambut gembira oleh dunia, tetapi seperti yang diketahui bahwa gencatan senjata bukanlah solusi tepat untuk menyelesaikan penderitaan warga Gaza. Ini bukan hal baru lagi. Besar kemungkinan entitas zionis akan melanggar perjanjian dan melakukan pengkhianatan untuk kembali melakukan penyerangan. Bahkan, mungkin mereka bisa lebih sadis dari sebelumnya.

Akar persoalan Palestina bukan pada sisi kemanusiaan semata, akan tetapi keberadaan entitas zionis di negeri yang diberkahi itu. Lebih jauh lagi, persoalan ini merupakan upaya Barat dalam menjaga eksistensi sistem kapitalisme di dunia Islam. Barat yang dipimpin oleh AS tidak akan membiarkan kebangkitan kaum muslim dengan Islam sebagai ideologi. Mereka dengan berbagai taktik politiknya akan terus berusaha menguasai pemikiran kaum muslim dengan ideologi Barat dan menjaga sistem kapitalisme mereka untuk tetap eksis menjadi negeri adidaya.

Menyelamatkan Masa Depan Anak-Anak Gaza

Hadirnya entitas zionis sejatinya tidak terlepas dari peran Barat dalam upaya meruntuhkan Khilafah Islam yang merupakan perisai umat Islam. Dalam menyolusi krisis Palestina, dunia seharusnya fokus pada fakta perampasan dan pengusiran secara paksa oleh kaum Yahudi terhadap warga Palestina. Potret kondisi di Gaza khususnya, seluruh wilayah Palestina umumnya. Kaum muslim tidak bisa mengharapkan solusi-solusi dari dunia internasional. Terbukti bahwa setiap keputusan yang ditetapkan mampu dipatahkan oleh negeri-negeri Barat. Alhasil, bantuan difokuskan pada misi kemanusiaan dan kecaman-kecaman yang tentu saja tidak akan bisa membebaskan Palestina. Oleh karena itu, solusi atas krisis Palestina adalah merebut kembali tanah dan rumah-rumah warga muslim Palestina dari tangan kaum Yahudi, bukan malah menawarkan solusi dua negara.

Selanjutnya, dalam upaya perebutan kembali tanah warga Palestina dibutuhkan aktivitas jihad untuk mengusir entitas zionis seperti yang telah dilakukan pemimpin negeri muslim terdahulu. Pengiriman bantuan militer serta pemutusan hubungan diplomatik dari segala sisi menjadi pilihan terbaik yang dapat dilakukan, terutama bantuan dari negeri-negeri muslim terdekat. Kaum muslim harus sadar bahwa sistem kapitalisme lahir dari musuh-musuh Islam. Terlebih sistem inilah yang membuka jalan entitas zionis untuk membantai anak-anak Gaza.

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam kitab-Nya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al-Baqarah [2]: 120)

Oleh sebab itu, pemikiran kaum muslim harus dibangkitkan dengan ideologi Islam. Solusi yang solutif adalah dilakukannya jihad untuk membebaskan Palestina. Tak ketinggalan digencarkan upaya menegakkan kembali kepemimpinan Islam untuk menjaga keutuhan setiap wilayah di bawah naungan Islam. Hanya dengan itulah, masa depan anak-anak kaum muslim dapat dijamin hingga ia berhasil meraih apa yang dicita-citakannya dengan tenang. Wallahu a’lam.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Kapitalisasi SDA, Siapa yang Diuntungkan?
Next
Bangkit dari Hidup yang Mengimpit
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga: Nasib Tragis Anak-Anak Gaza […]

trackback

[…] Baca juga: Nasib Tragis Anak-Anak Gaza […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram