Harga Naik Jelang Ramadan: Problem Sistemis!

Harga Naik Jelang Ramadan Problem Sistemis!

Negara semestinya bertanggung jawab mencegah terjadinya lonjakan harga serta memastikan ketersediaan kebutuhan pokok yang mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Oleh. Ranti Nuarita, S.Sos.
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Setiap menjelang bulan suci Ramadan, kenaikan harga bahan pokok menjadi fenomena yang terus berulang di Indonesia. Tidak pernah ada solusi yang benar-benar fokus memperbaiki keadaan tersebut.

Mengutip dari rubicnews.com, Jumat (7-02-2025) Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan peringatan dini terkait kemungkinan naiknya harga beberapa komoditas pangan menjelang Ramadan 2025. Adapun beberapa bahan pangan yang menjadi fokus utama di antaranya adalah telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, serta minyak goreng. Kenaikan harga ini diperkirakan terjadi akibat lonjakan permintaan selama bulan puasa hingga mendekati perayaan Idul Fitri.

Peningkatan Permintaan Bukan Satu-Satunya Faktor

Alasan klasik, sering kali pemerintah mengatakan naiknya harga bahan pokok menjelang Ramadan adalah karena meningkatnya permintaan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, faktor ini bukan satu-satunya penyebab dari lonjakan harga yang terus berulang. Banyak problem lainnya yang turut berkontribusi, seperti jaminan kelangsungan produksi barang kebutuhan, ketimpangan rantai pasok akibat mafia impor, kartel, dan praktik monopoli oleh segelintir pihak.

Perlu diketahui, bahwa diakui atau tidak hari ini pemerintah Indonesia dalam hal pengambilan kebijakan bertumpu pada sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem ini, distribusi pangan sering kali dikuasai oleh pihak-pihak tertentu yang lebih mengutamakan keuntungan daripada kesejahteraan masyarakat. Maka, akibatnya kelangkaan barang dan peningkatan harga adalah sebuah keniscayaan yang akan terus berulang.

Kondisi ini semakin diperparah oleh daya beli masyarakat yang terus menurun. Inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga barang kebutuhan pokok semakin membebani masyarakat kelas bawah.

Belum cukup sampai di situ, bahkan menjelang Ramadan fenomena penimbunan barang sering kali terjadi akibat adanya permainan di dalam pasar. Kembali lagi, hal ini pun bukan sesuatu yang mengherankan dalam sistem ekonomi kapitalisme. Di mana orientasi utama para pelaku usaha adalah keuntungan materi semata.

Lonjakan Harga, Fenomena Berulang

Dalam sistem ini, masyarakat hanya dipandang sebagai target pasar yang dapat dieksploitasi untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, tanpa memperhatikan dampak sosial maupun kesejahteraan orang banyak. Lebih ironis lagi, sistem ekonomi kapitalisme juga membatasi peran negara hanya sebagai regulator, bukan sebagai pelayan atau pengurus rakyat.

Akibatnya, negara kehilangan fungsinya dalam memastikan kesejahteraan masyarakat. Padahal, negara semestinya memiliki tanggung jawab untuk mencegah terjadinya lonjakan harga serta memastikan ketersediaan kebutuhan pokok yang mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Fenomena yang terus berulang ini sejatinya menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan memastikan pasokan barang yang cukup sesuai dengan kebutuhan rakyat. Fenomena ini merupakan problem sistemis di mana bisa dipastikan jika sistem yang diterapkan tidak berubah maka permasalahan ini akan terus terjadi tanpa ada solusi yang tuntas.

Baca juga: Jelang Ramadan Harga Selalu Naik, Kenapa Jadi Tradisi?

Sistem Islam Jamin Kesejahteraan Ekonomi

Dalam sistem Islam, negara memiliki tanggung jawab utama sebagai pelayan atau pengurus rakyat. Negara wajib hadir secara aktif dalam mengatur dan mengelola kesejahteraan masyarakat, termasuk dalam sektor ekonomi. Setiap praktik spekulasi dan eksploitasi yang merugikan rakyat akan ditindak dengan tegas agar tidak ada pihak yang menyalahgunakan keadaan demi keuntungan pribadi. Jika terjadi permasalahan ekonomi, negara harus segera mengambil tindakan yang tepat agar tidak menimbulkan dampak yang lebih luas.

Islam memandang bahwa pemenuhan kebutuhan pangan adalah aspek fundamental yang harus dijamin oleh negara. Setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan akses terhadap bahan makanan yang cukup dan terjangkau. Seorang pemimpin dalam Islam memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan rakyatnya tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Bahkan, di akhirat kelak, ia akan dimintai pertanggungjawaban apabila ada rakyat yang mengalami kelaparan.

Oleh karena itu, negara dalam sistem Islam akan merancang kebijakan yang memastikan ketersediaan pangan dengan harga yang wajar. Berbagai inovasi dan strategi akan diterapkan untuk meningkatkan produksi dalam negeri guna memenuhi kebutuhan rakyat. Negara juga akan berupaya untuk mandiri dalam produksi bahan pangan. Mekanisme ini menjadikan negara tidak bergantung pada impor yang sering kali menjadi penyebab ketidakstabilan harga.

Selain itu, Islam juga menetapkan mekanisme pasar yang adil dan transparan. Negara bertanggung jawab untuk mengawasi jalannya perdagangan dan mencegah berbagai bentuk distorsi ekonomi, seperti praktik penimbunan, monopoli, dan manipulasi harga. Informasi terkait pasar dan ekonomi harus tersedia secara terbuka agar tidak ada pihak yang dapat menyalahgunakan ketidaktahuan masyarakat untuk meraih keuntungan dengan cara yang tidak benar.

Harga Stabil, Kesejahteraan Terwujud

Untuk memastikan aktivitas ekonomi berjalan sesuai dengan prinsip syariat Islam, negara memiliki peran penting dalam mengawasi pasar. Islam mengenal konsep kadhi hisbah atau al-muhtasib. Ia adalah seorang pengawas pasar yang bertugas memastikan bahwa perdagangan berlangsung sesuai dengan aturan Islam.

Seorang al-muhtasib memiliki wewenang untuk memberikan keputusan langsung jika ditemukan pelanggaran tanpa harus melalui proses pengadilan yang panjang. Agar tugasnya dapat berjalan efektif, pengawas pasar ini juga didukung oleh aparat penegak hukum yang siap menindak pelanggar aturan secara langsung.

Tentunya sistem ekonomi berbasis syariat ini hanya dapat berjalan dengan optimal jika diterapkan dalam tatanan kehidupan bernegara. Sejarah telah mencatat bagaimana Rasulullah saw. dan para khalifah setelahnya menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam secara efektif sehingga mampu menciptakan kesejahteraan bagi umat. Jika sistem ini kembali diterapkan secara menyeluruh maka berbagai permasalahan ekonomi yang terus berulang, seperti kenaikan harga akibat spekulasi atau kartel, dapat diatasi dengan tuntas.

Sungguh, tidak mengherankan jika harga kebutuhan pokok terus mengalami kenaikan, terutama menjelang Ramadan, selama sistem ekonomi kapitalisme masih diterapkan. Maka, hanya dengan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh, kesejahteraan rakyat dapat terwujud. Hal ini karena Islam mengatur perekonomian dengan hukum yang bersumber langsung dari Allah Swt. Sang Pencipta manusia. Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Ranti Nuarita, S.Sos. Kontributor Narasiliterasi.id dan Aktivis Muslimah
Previous
PHK Marak, Nasib Rakyat Kian Terkoyak
Next
Komunikasi, Jembatan Menuju Rida Ilahi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram