Kabur Aja Dulu? Back to Islam Aja, deh!

kabur aja dulu

Masifnya Tagar Kabur Aja Dulu ini merupakan bukti bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Meski disebut sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi, kaya akan kekayaan alam, tetapi sejatinya merupakan negeri yang terpuruk.

Oleh. Arda Sya'roni
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

Narasiliterasi.Id-Kabur Aja Dulu jadi tagar yang ramai di platform X (Twitter) dan Instagram. Tagar ini masif ditulis oleh para gen Z. Ada apa sebenarnya dengan tagar ini? Mengapa tagar ini menjadi ramai di kalangan gen Z?

Dikutip dari Kompas.com (05-02-2025), bahwa masifnya tagar Kabur Aja Dulu merupakan simbol kekecewaan masyarakat yang begitu besar terhadap pemerintahan Indonesia. Banyak hal yang menyebabkan kekecewaan itu timbul di antaranya, sistem pendidikan yang kurang mendukung, kesehatan yang tak teraih, harga sembako yang makin menjulang, minimnya lapangan pekerjaan, keamanan dan perlindungan yang kurang diberikan, jaminan kualitas hidup yang tidak dirasakan, serta tidak diapresiasinya kecerdasan dan cipta karya anak bangsa.

Kenapa Harus Kabur Aja Dulu?

Hal-hal tersebut memicu alasan gen Z memilih untuk mengadu nasib di negeri orang dan hengkang dari negeri sendiri. Seperti yang pernah diberitakan di Kompas.id (04-12-2024), lebih dari 100.000 orang tercatat mengikuti acara Study and Work Abroad Festival Juli-Agustus 2024 yang memberi informasi beasiswa ke luar negeri. Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, sebanyak 3.912 WNI usia 25-35 tahun memilih menjadi warga negara Singapura pada 2019 hingga 2022.

Kondisi ini tentu tidak lepas dari pengaruh digitalisasi terutama media sosial yang ramai mempertontonkan kehidupan mereka yang telah merantau di negeri orang. Bagaimana tenaga dan pemikiran mereka diapresiasi dengan sangat layak, nikmatnya hidup damai, fasilitas umum terpenuhi dengan layak, pendidikan mudah diakses, kesehatan betul-betul diperhatikan, dan segala urusan dipermudah.

Baca juga: #KaburAjaDulu ke Sistem Islam

Hal ini berbeda jauh dengan yang dihadapi di negeri sendiri. Biaya pendidikan yang mahal dengan hasil kualitas pendidikan yang rendah, tentu menjadi satu dari sekian banyak alasan. Maka, saat disodorkan dengan banyaknya tawaran beasiswa di negara maju, siapa yang tidak tergiur untuk kabur? Setelah ijazah didapat pun, mereka tidak mudah menggunakan ijazah itu untuk mencari pekerjaan. Di sisi lain tawaran kerja dengan gaji menggiurkan ditawarkan di luar negeri. Siapa yang tidak terpancing?

Gagalnya Sistem

Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari fenomena brain drain yang menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi/liberalisasi ekonomi yang semakin menguat dan makin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang, menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan. Hal ini menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri dalam memberikan kehidupan sejahtera pada rakyatnya. Kapitalisme yang dijadikan sebagai asas negeri ini adalah akar masalah kondisi saat ini. Kesenjangan ekonomi tidak saja terjadi di dalam negeri, tetapi juga di tingkat dunia, antara negara berkembang dan negara maju.

Masifnya tagar Kabur Aja Dulu ini merupakan bukti bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Meski disebut sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi, kaya akan kekayaan alam, tetapi sejatinya merupakan negeri yang terpuruk. Hal ini karena negara tidak bisa mengelola kekayaan alam dengan baik. Semua urusan justru diserahkan pada asing dan swasta, sehingga rakyat sendiri tidak bisa menikmati hasil kekayaan alam tersebut.

Begitulah wajah asli kapitalisme. Pemimpin tidak bisa berperan sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyatnya. Penguasa hanya sibuk mengurus para oligarki, kebutuhan rakyat diabaikan. Mereka hanya berpikir untuk memperkaya diri sendiri dan kroninya, sehingga dengan bebas menjadikan kepemilikan umum menjadi kepemilikan pribadi atau swasta. Wajar bila kapitalisme menjadikan yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terpuruk dan merana. Bila keberpihakan negara pada para oligarki tetap berlanjut, maka akan kehilangan banyak rakyatnya, kehilangan para pemuda yang berpotensi. Jika demikian, mau dibawa ke mana nasib bangsa ini?

Back to Islam

Daripada meramaikan #KaburAjaDulu, lebih baik Back to Islam karena Islam mempunyai solusi atas semua permasalahan kehidupan. Dalam Islam, kekuasaan adalah amanah besar yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Karenanya, penguasa dalam negara Islam akan menjadikan syariat Islam sebagai landasan dalam setiap aktivitas dan menjadikan syariat sebagai dasar pengambilan kebijakan.

Dalam beberapa hadis disebutkan perihal pemimpin yang menyusahkan dan tidak mempedulikan kepentingan umat, maka Allah akan menyusahkannya kelak di akhirat. Salah satunya adalah dari Aisyah ra. melalui sabda Rasulullah saw. yaitu, “Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi urusan umatku, lantas dia membuat susah mereka, maka susahkanlah dia. Dan barangsiapa yang mengurusi urusan umatku, lantas dia mengasihi mereka, maka kasihilah dia.” (HR. Muslim)

Solusi awal, negara akan mengelola sumber kekayaan alam dan harta kepemilikan umum untuk kesejahteraan rakyat. Pengelolaan ini akan dilakukan langsung oleh negara tanpa campur tangan swasta. Dengan demikian akan membuka banyak lapangan pekerjaan bagi lelaki baligh. Lapangan pekerjaan yang disediakan pun ada dalam setiap sektor, pertaniannya, pertambangan, perdagangan, industri bahkan jasa. Bila lapangan kerja terbuka lebar dan keringat mereka dihargai dengan layak, maka mengapa harus kabur?

Dari segi pendidikan pun, negara akan menjadikan kurikulum berdasarkan syariat Islam, sehingga akidah Islam akan menjadi ilmu dasar yang diberikan. Dengan demikian akan lahir generasi yang beriman, taat syariat, tidak bermental lembek dan siap terjun dalam bidang apapun. Apresiasi atas prestasi dan karya anak bangsa pun akan diberikan dengan pantas. Maka, jika demikian siapa yang tidak tergoda untuk fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan? Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Arda Sya'roni
Arda Sya'roni Kontributor NarasiLiterasi.id
Previous
Tren #KaburAjaDulu, Antara Kekecewaan dan Cita-cita
Next
Korupsi di Negeri Muslim
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram