Kenaikan Harga, Tradisi Jelang Ramadan

Kenaikan Harga tradisi jelang Ramadan

Kenaikan harga menjelang Ramadan tahun ini disinyalir lebih tinggi dari yang telah ditetapkan pemerintah. Bahkan, melebihi Harga Acuan Pembelian (HAP) juga Harga Eceran Tertinggi (HET).

Riani Andriyantih
Kontributor Narasiliterasi.Id

Narasiliterasi.Id-Ramadan tiba,
Ramadan tiba,
Tiba-tiba harga naik,
Tiba-tiba semua naik.

Umat Islam bersiap menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Sukacita menyambut datangnya bulan yang mulia meliputi hati setiap individu Muslim dengan harapan dapat meningkatkan aktifitas ibadah. Sebab, berlipatnya nilai pahala di bulan penuh keberkahan ini. Namun, kebahagian akan datangnya bulan suci Ramadan kerap beriringan dengan keresahan dan kekhawatiran akan tradisi yang berulang setiap tahunnya. Tradisi tersebut adalah naiknya harga kebutuhan pokok.

Sinyal Kenaikan Harga

Sinyal kenaikan harga kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS memberikan peringatan dini agar masyarakat bersiap menghadapi kenaikan harga sejumlah barang komoditas pangan menjelang bulan Ramadan. Barang komoditas yang mempunyai potensi besar mengalami kenaikan harga seperti telur ayam ras, daging ayam ras, minyak goreng hingga cabai. (Rubicnews.com, 07-02-2025).

Sejalan dengan prediksi BPS, Ketua Badan Pangan Nasional (BAPANAS), Arief Prasetyo Abadi, juga menyampaikan beberapa komoditas mengalami kenaikan harga seperti minyak goreng, cabai hingga beras. Bahkan kenaikannya lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah. Bahkan melebihi Harga Acuan Pembelian (HAP) juga Harga Eceran Tertinggi (HET). (kumparan.com, 04-02-2025).

Kenaikan harga-harga menjelang Ramadan yang berulang setiap tahunnya sejalan dengan teori mekanisme penentuan harga. Berdasarkan prinsip pasar bebas hukum permintaan dan penawaran menjadi faktor penentu harga. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam sistem ekonomi ala kapitalisme hari ini.

Sistem Ekonomi Kapitalis

Sistem ekonomi kapitalisme meniscayakan terjadinya ketidakstabilan harga. Hukum permintaan menjadi tren bahkan menjadi faktor dengan makin meningkatnya permintaan barang maka harga makin naik. Padahal, meningkatnya jumlah permintaan sudah menjadi alasan klise untuk meningkatkan harga bahan makanan pokok jelang Ramadan.

Diakui atau tidak, ada problem lain yang memengaruhi kenaikan harga di tengah daya beli masyarakat yang makin menurun di antaranya tingginya angka kemiskinan, beban ekonomi masyarakat yang berat, dan tingginya angka pengangguran. Maka banyak faktor yang menjadi penyebab akan kenaikan harga yang berulang, seperti pendistribusian barang sehingga berpotensi terjadi kelangkaan dan membuat kenaikan harga barang; jaminan kelangsungan produksi barang kebutuhan yang tidak dilakukan perencanaan yang matang; serta salah kelola dan kurangnya pemantauan pendistribusian.

Di sisi lain, terjadi problem pada rantai pasokan pangan, salah satunya adalah adanya mafia impor di tengah keberlimpahan hasil panen nasional secara tidak masuk akal. Sehingga muncul kebijakan impor yang berdampak pada turunnya harga barang dalam negeri. Sering kali terjadi pula penumpukan barang yang menjatuhkan harga produk dalam negeri. Akhirnya, sering kali merugikan petani dan pemilik usaha kecil. Belum lagi, adanya kartel pangan yang monopoli perdagangan dan harga, serta praktik penimbunan.

Akar Masalah Kenaikan Harga

Fenomena yang berulang ini, seolah menjadi hal yang biasa. Tanpa pernah diantisipasi dan dicarikan solusi secara komprehensif. Padahal, lonjakan harga pada momen-momen tertentu menjadikan masyarakat suka atau tidak suka menerima kepahitan yang berulang.
Masyarakat sampai hafal betul akan tradisi lonjakan harga ini.

Ketidakmampuan negara menjadi pengurus urusan umat dengan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat, yang dapat diperoleh dengan mudah dan harga yang terjangkau, menjadi hal yang mustahil dalam penerapan sistem ekonomi kapitalisme seperti saat ini. Faktanya, negara hanya berfungsi sebagai regulator yang tidak sepenuhnya menjadi pelayan rakyat. Namun, justru menganakemaskan para pemilik modal yang sering melakukan praktik kecurangan yang menyusahkan rakyat. Padahal, para kapitalis ini membangun landasan perbuatannya hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Sistem ekonomi kapitalis memandang bahwa kelangkaan sebagai problem ekonomi. Sehingga kesenjangan akan si kaya dan si miskin sangat dimungkinkan terjadi dan makin nyata dirasakan. Hal ini mustahil terjadi dalam naungan Islam.

Baca juga: Ibu, Membimbing Generasi Meraih Ramadan Penuh Berkah

Paradigma Islam

Islam menjadikan ketersediaan pangan dan jaminan distribusi yang merata sebagai tanggung jawab negara.
Sehingga tidak terjadi fenomena di satu wilayah berlimpah, tetapi di wilayah lain terjadi kelangkaan. Sebab, problem utama kemiskinan adalah distribusi kekayaan alam yang tidak merata. Islam juga akan memastikan tidak ada penimbunan, tidak ada kecurangan, dan tidak ada permainan harga. Sehingga masyarakat mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya dengan harga yang terjangkau.

Dalam Islam negara bertanggung jawab untuk menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rakyat. Negara akan meningkatkan produksi untuk menyelesaikan problem kelangkaan, pemantauan, dan pengendalian harga komoditas-komoditas ini beserta antisipasinya sesuai syara.

Sistem ekonomi Islam meniscayakan adanya pengaturan yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat atas pangan dengan harga murah dan mudah diakses. Sehingga kesejahteraan bagi seluruh rakyat dapat terwujud secara merata. Sebab, distribusi kekayaan merupakan pilar ketiga dari sistem ekonomi Islam, selain konsep kepemilikan dan pengelolaan kepemilikan.

Khatimah

Sejatinya distribusi SDA bertujuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap individu secara sempurna, menyeluruh, dan layak, serta membantu setiap individu untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.

Daulah Islam akan menjamin distribusi dengan baik sebagai bentuk tanggung jawabnya sesuai mekanisme hukum syarak, karena sadar akan setiap kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Al-Hakim.

Begitulah Islam membuat seperangkat aturan yang akan membawa kebaikan bagi seluruh alam. Menjadikan setiap aktivitasnya berlandaskan rasa takwa dan takut kepada Allah Swt. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Riani Andriyantih Kontributor Narasiliterasi.Id
Previous
Nyawa Hilang Akibat Buruknya Jalan
Next
#KaburAjaDulu ke Sistem Islam
4.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga: Kenaikan Harga, Tradisi Jelang Ramadan […]

trackback

[…] Baca juga: Kenaikan Harga, Tradisi Jelang Ramadan […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram