Titik Balik Diplomasi Indonesia

Titik balik diplomasi Indonesia

Diplomasi tidak akan jadi jalan pembebasan Palestina. Jalan itu hanya akan melanggengkan penjajahan dan menumpulkan semangat perlawanan umat.

Oleh. Delfiani
Kontributor Narasi literasi.Id

NarasiLiterasi.Id-"Suara yang tertinggal di balik pintu diplomasi. Solusi dua negara hanyalah jalan buntu bagi Palestina. "Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan kesiapan Indonesia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dengan syarat bahwa Israel terlebih dahulu harus mengakui kemerdekaan Palestina menggemparkan publik. Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers bersama Presiden Prancis, Emmanuel Macron, di Istana Merdeka. Sekilas, ini mungkin dianggap sebagai langkah taktis diplomasi. Namun, bagi sebagian besar umat Islam, ini adalah luka baru atas penderitaan panjang rakyat Palestina. (CNN Indonesia, Rabu 25-05-2025).

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia selama ini dikenal tegas membela Palestina. Dari masa Bung Karno hingga kini, Palestina selalu menjadi simbol keberpihakan Indonesia terhadap keadilan dan kemerdekaan bangsa tertindas. Maka ketika pernyataan normalisasi dengan Israel muncul, meski dibungkus syarat, ini tetap menjadi preseden berbahaya.

Normalisasi: Jalan Pintas atau Pengkhianatan?

Langkah normalisasi yang dilakukan sejumlah negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, hingga Sudan melalui Abraham Accords, tidak membawa dampak signifikan bagi rakyat Palestina. Justru yang terjadi, penjajahan semakin brutal, blokade Gaza diperketat, dan pembangunan permukiman ilegal di Tepi Barat terus diperluas.

Jika negara-negara Arab yang jauh lebih dekat secara geografis dan historis dengan Palestina saja gagal memaksa Israel tunduk, maka apa daya Indonesia? Sejatinya, ucapan seperti ini justru membuka legitimasi politik bagi Zionis, apalagi jika datang dari negara muslim besar seperti Indonesia.

Pernyataan itu bisa dibaca oleh dunia sebagai sinyal bahwa Indonesia mulai melunak terhadap Israel, dengan syarat yang sebenarnya sangat mudah dimanipulasi oleh pihak Zionis cukup mengucapkan "kami akui", tanpa ada perubahan nyata.

Solusi Dua Negara: Ilusi Perdamaian yang Gagal

Solusi dua negara yang terus-menerus digaungkan oleh Barat sesungguhnya sudah lama gagal. Sejak Oslo Accord tahun 1993 hingga kini, Israel tidak menunjukkan itikad baik. Justru dalam periode itu, jumlah permukiman ilegal meningkat tajam, tembok apartheid dibangun, dan rakyat Palestina diusir dari rumah-rumah mereka.

Menggantungkan harapan kepada solusi dua negara adalah harapan palsu, bukan hanya karena Israel tak jujur, tetapi karena solusi itu sendiri lahir dari logika kompromi dengan penjajahan. Apakah kita rela berdamai dengan penjajah, dan membagi tanah suci umat Islam?

Islam: Melihat Palestina Bukan Sekadar Isu Kemanusiaan

Dalam pandangan Islam, Palestina bukan sekadar konflik politik atau kemanusiaan. Ia adalah tanah suci, bagian dari wilayah kaum muslim yang wajib dijaga dan dibebaskan. Al-Quds adalah kiblat pertama umat Islam, tempat Isra’ Mi’raj Rasulullah saw. dan salah satu dari tiga masjid yang disucikan.

Karena itu, dalam Islam, tidak ada konsep kompromi terhadap penjajahan. Tidak ada pembagian wilayah dengan penjajah. Tidak ada berunding dengan entitas yang berdiri di atas darah kaum muslimin.

Jalan Rasulullah saw. Dakwah, Daulah, dan Jihad

Rasulullah saw. tidak pernah berkompromi dengan sistem kufur Quraisy. Bahkan ketika ditawari kekuasaan, harta, dan wanita asalkan mau menghentikan dakwah Islam, beliau menolaknya mentah-mentah. Sebaliknya, beliau justru membangun kekuatan politik Islam melalui Daulah Islam di Madinah. Dari sinilah kekuatan Islam dibangun, dan jihad fi sabilillah dimulai secara terorganisir.

Maka, solusi terhadap Palestina hari ini pun harus mengikuti jalan yang sama. Bukan perundingan atau normalisasi, tapi tegaknya Daulah Islam (Khilafah) yang akan memimpin jihad pembebasan.

Fakta Sejarah: Pembebasan Palestina Tidak Pernah Lewat Diplomasi

Tahun 638 M, pasukan Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu membebaskan Baitul Maqdis dari kekuasaan Bizantium. Tidak ada meja perundingan. Yang ada adalah kekuatan politik dan militer Islam yang ditakuti dan dihormati.ahun 1187 M, Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskan kembali Yerusalem dari tangan Tentara Salib. Bukan dengan negosiasi damai, tapi dengan jihad dan penyatuan umat Islam.

Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa pembebasan Palestina tidak akan datang dari diplomasi. Jalan itu hanya akan melanggengkan penjajahan dan menumpulkan semangat perlawanan umat.

Indonesia di Persimpangan Sejarah

Saat ini, Indonesia sedang diuji apakah akan tetap teguh menjadi bangsa yang membela Palestina tanpa kompromi, atau mulai tergelincir ke dalam ilusi diplomasi yang justru mencederai nurani umat?

Diplomasi yang kehilangan nurani hanyalah kalkulasi kosong. Tapi diplomasi dengan prinsip dan akidah, adalah wajah sejati Indonesia. Wajah yang dibanggakan umat, dan dirindukan Palestina.

Solusi Barat tidak akan pernah berpihak pada umat Islam. Maka, umat harus menempuh jalan yang telah dicontohkan Rasulullah saw. menolak sistem kufur, memperjuangkan tegaknya Khilafah sebagai institusi pelindung umat dan pemimpin jihad pembebasan.

Saatnya umat kembali percaya pada jalan Islam. Saatnya suara umat bersatu dalam satu seruan Khilafah, jalan pembebasan Palestina.

Baca juga: Patutkah Memuliakan Negara Pengusung Islamofobia?

Khilafah: Solusi Final Pembebasan Palestina

Khilafah adalah institusi politik Islam global yang mampu menyatukan umat di bawah satu kepemimpinan. Ia akan menghimpun kekuatan militer umat Islam dari berbagai negeri.

Mengoptimalkan sumber daya alam dan potensi umat bagi perjuangan jihad. Menyatukan diplomasi Islam untuk membongkar hegemoni Barat. Mengembalikan Palestina sebagai bagian dari wilayah Islam.

Hanya dengan Khilafah, umat Islam akan kembali menjadi satu tubuh yang kuat. Dan hanya dengan jihad fi sabilillah di bawah naungan Khilafah, Palestina akan benar-benar terbebas.
Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Delfiani Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Sikap Tegas pada Negara Pengusung Islamofobia
Next
Scan Retina, Lemahnya Keamanan Data Rakyat
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram