Perundungan Anak dan Kegagalan Sistem Sekuler

Perundungan Anak

Perundungan juga menjadi bukti kegagalan sistem pendidikan kita. Pendidikan yang seharusnya mencetak generasi yang berakhlak, berilmu, dan beradab, justru melahirkan generasi yang melakukan kekerasan tanpa rasa bersalah.

Oleh. Ratna Ummu Rayyan
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Kasus perundungan terhadap anak terus berulang di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu yang menggemparkan publik adalah insiden tragis yang terjadi di Kabupaten Bandung. Seorang siswa SMP mengalami kekerasan brutal dari teman-temannya sendiri. Kepalanya dipukul hingga berdarah karena ditendang dan terbentur batu, lalu diceburkan ke dalam sumur karena menolak ajakan minum tuak dan merokok. Ironisnya, semua pelaku merupakan anak-anak sebaya, teman sekolah dari korban. (news.detik.com, 26-06-2025)

Buah Regulasi dan Sistem Sanksi yang Lemah

Wakil Ketua Komisi X DPR, Adrian Irfani, menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa ini. Ia menegaskan bahwa para pelaku harus dikenai sanksi administratif dan hukum karena tindakan mereka masuk ke dalam ranah pidana. Namun demikian, fakta bahwa kasus-kasus semacam ini terus berulang dari tahun ke tahun menandakan bahwa ada yang sangat salah dalam sistem yang berlaku saat ini. Regulasi yang ada terbukti lemah dan sistem sanksi yang diterapkan gagal memberikan efek jera.

Menurut undang-undang yang berlaku di Indonesia, anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun belum bisa diproses hukum secara maksimal. Hal ini sering dimanfaatkan oleh pelaku anak untuk menghindari pertanggungjawaban hukum atas tindakan kriminal yang mereka lakukan. Situasi ini menunjukkan betapa lemahnya upaya penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan yang masih berstatus anak-anak.

Lebih dari itu, maraknya perundungan juga menjadi bukti kegagalan sistem pendidikan kita. Pendidikan yang seharusnya mencetak generasi yang berakhlak, berilmu, dan beradab, justru kini melahirkan generasi yang melakukan kekerasan tanpa rasa bersalah. Sebagian pelajar bahkan telah terbiasa dengan konsumsi barang-barang haram seperti tuak. Bentuk-bentuk perundungan pun semakin variatif dan ekstrem.

Baca juga: Kenakalan Remaja Berujung Malapetaka

Sistem Sekuler Menjadi Akar Masalah

Akar masalah dari semua ini adalah penerapan sistem kehidupan yang sekuler dan kapitalistik. Sistem ini memisahkan kehidupan dari nilai-nilai agama. Manusia tidak lagi merasa terikat pada ajaran Tuhan, sehingga tidak takut akan dosa dan tidak merasa perlu mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat. Ini juga yang membuat anak-anak seusia SMP pun berani melakukan kekerasan tanpa rasa bersalah.

Perubahan yang dibutuhkan bukan hanya sekadar pengetatan regulasi atau pemberatan sanksi, tetapi perubahan mendasar dalam cara pandang hidup yang diadopsi oleh negara. Sistem sekuler tidak akan mampu menyelesaikan persoalan moral semacam ini secara menyeluruh.

Islam Solusi Sistemik

Islam menawarkan solusi sistemik untuk masalah perundungan. Dalam Islam, segala bentuk perundungan, baik verbal maupun fisik, haram dilakukan. Bahkan penggunaan benda-benda haram seperti tuak juga dilarang keras. Rasulullah ï·º bersabda bahwa sesama muslim adalah saudara yang tidak boleh saling menzalimi, menghina, atau merendahkan. Beliau menekankan bahwa jiwa, harta, dan kehormatan seorang muslim adalah haram untuk dilanggar.

Islam juga menanamkan prinsip tanggung jawab pribadi sejak seseorang baligh. Dalam Al-Qur'an Surah Al-Muddatstsir ayat 38, Allah menegaskan bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya. Hadis Nabi juga menyebutkan bahwa anak-anak yang telah baligh akan mulai dibebani hukum dan tanggung jawab syariat.

Sistem Pendidikan dan Informasi Islam Membentuk Kepribadian Islam

Penerapan sistem pendidikan dalam Islam bertujuan untuk mempersiapkan generasi agar siap menjadi mukallaf, yaitu individu yang bertanggung jawab secara syar’i. Kurikulum pendidikan Islam berlandaskan akidah sebagai fondasi utama. Pendidikan seperti ini tidak hanya menekankan penguasaan ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan akhlak sesuai syariat.

Tanggung jawab pendidikan dalam Islam tidak hanya dibebankan kepada sekolah atau negara, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Orang tua wajib mendidik anak-anak mereka berdasarkan ajaran Islam. Masyarakat pun harus membentuk lingkungan yang mencerminkan nilai-nilai Islam, baik dari segi pemahaman, standar hidup, hingga cara berinteraksi. Negara pun akan memastikan bahwa kurikulum pendidikan yang diterapkan benar-benar bersumber dari syariat Islam dan mencakup semua jenjang pendidikan.

Dengan sistem seperti ini, anak-anak akan tumbuh dalam lingkungan yang membentuk kepribadian Islam. Mereka tahu bahwa perundungan bukan hanya tindakan tercela di mata hukum, tapi juga dosa besar di sisi Allah. Kesadaran ini akan mencegah mereka dari melakukan kekerasan.

Tak hanya sistem pendidikan, sistem informasi juga sangat berperan. Dalam Islam, media akan diarahkan untuk mendidik, bukan merusak. Tayangan yang mengandung kekerasan atau bertentangan dengan nilai Islam akan dicekal. Jika tetap ada yang melakukan perundungan, maka negara akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang telah baligh.

Penutup

Dengan adanya sistem sanksi yang kuat, masyarakat akan terlindungi dari kekerasan, dan anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islami, berakhlak mulia, dan takut kepada Allah.

Inilah solusi menyeluruh yang ditawarkan Islam, yang hanya bisa terwujud secara paripurna jika Islam diterapkan sebagai sistem kehidupan dalam naungan negara khilafah. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ratna Ummu Rayyan Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Duka Palestina Terus Berlanjut, Kita Tak Boleh Diam!
Next
Bakti Sepenuh Hati, Gaji Setengah Hati
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga: Perundungan Anak dan Kegagalan Sistem Sekuler […]

trackback

[…] juga: Perundungan Anak dan Kegagalan Sistem Sekuler‎‎Jika ditelaah lebih dalam, banyak kasus perundungan yang terjadi karena pelakunya menyimpan […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram