Pemimpin akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, menjaga agama, kedaulatan, menerapkan aturan Islam, dan melindungi umat
Oleh. Nilma Fitri
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-"Aku tak ingin kamu hilang dari bumi, yang akan membuat aku sunyi, yang akan membuat aku sedih, yang akan membuat aku menangis tak bisa berhenti."
Kata-kata Dilan tentang rindu amatlah terasa menohok. Rasa untuk yang dirindukan, menyisakan asa, sedih, perih, dan luka mendalam. Kerinduan Dilan kepada Milea hanyalah sebuah penyaluran naluri yang tak seberapa jika dibandingkan dengan kerinduan umat kepada sosok pemimpin sebagai pelindungnya, tentu akan lebih terasa menyayat hati dan pilu.
Derita dan nestapa dirasakan, kebahagiaan dan kesejahteraan direnggut paksa hingga hilangnya nyawa dan masa depan. Awan kelabu benar-benar menyelimuti umat saat ini. Kerinduan itu semakin membuncah demi melepaskan penderitaan yang luar biasa.
Hal ini terjadi pada muslim Rohingya korban genosida pemerintahan Myanmar. Mereka mendapat serangan artileri dan pesawat tak berawak saat menyeberangi perbatasan di Rakhine menuju negara Bangladesh untuk mengungsi. Diperkirakan 150 orang telah tewas (tribunnews.com, 11-8-2024)
Begitu juga di Palestina. Kezaliman tiada akhir dirasakan umat Islam di sana. Serangan, hantaman bom dan senjata, serta pembantaian adalah genosida yang tak diakui dunia, ribuan nyawa hilang termasuk wanita dan anak-anak.
Media voaindonesia.com (10-8-2024) mengabarkan kondisi terbaru di Palestina, tiga roket Israel telah menghantam sekolah di Kota Gaza yang digunakan sebagai penampungan para pengungsi. Sedikitnya 90 orang tewas dan sejumlah jenazah terbakar. Peristiwa ini seperti “pembantaian yang mengerikan.”
Belum lagi cap buruk yang disematkan pada umat Islam, terorisme, radikalisme adalah propaganda yang senantiasa digencarkan oleh musuh Islam. Umat Islam menjadi semakin terpuruk dan mengalami kemunduran di segala bidang.
Kehilangan Pemimpin
Berawal pada 3 Maret 1924, Turki Utsmani sebagai pertahanan terakhir umat Islam runtuh. Khilafah Ustmaniah sebagai sistem persatuan umat porak-poranda. Islam tak lagi dijadikan sebagai ideologi negara.
Kepemimpin Islam lenyap dan digantikan dengan ideologi Barat yaitu kapitalisme. Tak ada lagi pemimpin Islam sebagai penjaga agama yang menerapkan aturan dan menjaga kedaulatan. Tak ada lagi pengurus dan pelindung umat. Intimidasi, penindasan, penganiayaan, dan hal buruk lainnya mulai melanda umat bahkan hingga kini.
Kapitalisme Menguasai Umat
Amerika Serikat (AS) sebagai negara "super power" kapitalisme secara terang-terangan berdiri memihak Zionis Israel, dan gencar menjajah tanah Palestina. Dalam genosida ini sudah tak terhitung lagi korban yang berjatuhan.
Dikutip dari republika.co.id (11-8-2024), AS telah mengirim bantuan senilai 3,5 miliar dolar atau sekitar Rp55,8 triliun untuk memperkuat persenjataan dan peralatan militer Israel di bulan ini.
Bahkan, Kongres AS telah menyetujui alokasi bantuan terhadap Israel selama aksi genosida ke Palestina. Pada April, tambahan dana sebesar Rp224,8 triliun untuk Israel juga telah disahkan.
Tidak hanya itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang didirikan untuk mencegah konflik antarnegara dan bertujuan menjaga perdamaian dunia nyatanya tak mampu juga menghentikan perang di Palestina.
Karena di balik PBB, turut berdiri negara super power kapitalisme sebagai penggeraknya. Bukan karena mereka tak mampu menghentikan perang, tetapi karena mereka enggan. Hegemoni mereka sangat mendukung invansi Israel ke Palestina.
Misi besar mereka melanggengkan ideologi kapitalisme terhadap umat tidak boleh sirna. Pengukuhan cengkeraman mereka harus semakin kuat, itulah cita-cita mereka menghancurkan Islam sampai ke akarnya.
Baca: teladan-mulia-dari-palestina-merancang-profil-generasi-pembebas/
Tidaklah heran, kini banyak negeri Islam di dunia mengaminkan pengukuhan ideologi ini. Barat telah berhasil mengokohkan ideologinya. Sekuler sebagai asas kapitalisme telah menyatu dalam pemikiran umat.
Islam tak lagi dipercaya sebagai "problem solving" atas setiap permasalahan yang terjadi. Dampaknya, permasalahan kaum muslimin semakin kompleks dan berkesinambungan.
Nasionalisme Sekat Pemisah
Nasionalisme pun telah diembuskan membentuk sekat sebagai jalan pemecah belah persatuan umat. Bak sapu lidi yang telah ditanggalkan ikatannya, sebatang lidi akan menjadi rapuh dan mudah dipatahkan. Namun, bila lidi bersatu pasti mampu menyapu segalanya.
Begitulah kondisi umat saat ini. Pada saat ikatan akidah pemersatu lepas, umat menjadi lemah dan mudah dikendalikan oleh pembenci Islam. Rasa persaudaraan menjadi sirna.
Sekat nasionalisme telah membentuk dinding pemisah antarnegara, memupuk rasa bangga dan tenggang rasa hanya pada negara mereka sendiri. Kaum muslimin yang semestinya satu tubuh, tak lagi peduli dengan kesusahan dan lara yang terjadi di luar negara mereka.
Rasa empati dan simpati terhadap saudara seakidah telah terempas. Kalaupun ada, mereka tak mampu berbuat banyak, karena dinding tebal nasionalisme telah membatasi ruang gerak untuk saling tolong-menolong.
Pemimpin dan Persatuan Umat
Allah Swt. berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 103,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
“Dan berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Allah seraya berjemaah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian, sehingga dengan karunia-Nya kalian menjadi bersaudara."
Allah memerintahkan manusia, agar berpegang teguh pada tali agama Allah, dan menjaga persatuan dan kesatuan dalam jemaah, serta tidak bercerai-berai.
Persatuan umat inilah sebenarnya sumber kekuatan yang ditakuti musuh. Oleh sebab itu, musuh-musuh Islam akan terus berusaha habis-habisan memecah belah persatuan umat agar menjadi lemah dan tidak berdaya.
Islam pun memandang adanya seorang pemimpin di tengah-tengah umat adalah penting. Betapa pentingnya arti kepemimpinan dalam Islam, sehingga ketika Rasulullah wafat, para sahabat lebih mendahulukan memilih khalifah pengganti Rasulullah sebelum menyelenggarakan jenazah beliau yang agung dan mulia. Sehingga terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah pertama pengganti Rasulullah.
Keberadaan pemimpin akan berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Pemimpin akan menjaga agama dengan prinsip-prinsipnya yang kokoh, menjaga kedaulatan dan menerapkan hukum-hukum Islam, serta memberikan perlindungan dan jaminan keamanan bagi masyarakat.
Sungguh sangat berbeda kehidupan umat dulu dengan sekarang. Sejak Rasulullah membangun negara Islam di Madinah, kebaikan terus dirasakan umat hingga saat Khilafah runtuh. Umat tampil menjadi umat yang mulia dan terhormat.
Sejarah telah membuktikan, Nabi bukan hanya seorang pemimpin agama, tetapi juga sebagai pemimpin negara. Hal ini berarti bahwa Islam bukan hanya sekadar agama, tetapi juga sebagai ideologi negara, tidak ada pemisahan antara agama dan negara.
Sistem negara ini telah melahirkan kehidupan masyarakat sejahtera dalam naungan aturan Islam. Umat hidup berdampingan dengan aman dan damai baik muslim maupun nonmuslim.
Pemimpin umat yang hingga kini sangat dirindukan, akan mampu membangkitkan kembali kejayaan Islam dan mengembalikan kehormatan serta kemuliaan umat.
Hanya dengan dakwah mengembalikan pemikiran umat kepada Islam, maka pemimpin yang dirindukan akan kembali hadir.
Wallahualam bissawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca: pemimpin-yang-dirindukan […]
[…] Baca: pemimpin-yang-dirindukan […]
[…] Baca juga : https://narasiliterasi.id/opini/08/2024/pemimpin-yang-dirindukan/ […]