Kurikulum Akidah Islam Mencetak Generasi Faqih Fiddin

Kurikulum akidah Islam

Kurikulum akidah Islam tidak hanya sebatas majelis taklim, tetapi tempat pembinaan berdasarkan akidah dan tsaqofah Islam.

Oleh. Erna Astuti, A.Md
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id--Manusia bertingkah laku berdasarkan pemikirannya. Sedangkan pemikiran manusia tergantung dari asas pendidikannya. Pendidikan adalah tahapan pembelajaran dan pengembangan seseorang menjadi lebih berpengetahuan, terampil, serta berkarakter. Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh kurikulum yang diterapkan. Sebab kurikulum mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan arah dan kualitas pendidikan serta pemahaman seseorang.

Kamis, 24-7-2025, di asrama Haji Sudiang, Makasar, Kementrian Agama Repblik Indonesia resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) sebagai wajah baru pendidikan Islam yang humanis, lebih inklusif, serta spiritual.

Menurut Menteri Agama RI Nasaruddin Umar KBC bagian dari perubahan besar dalam sistem pendidikan Nasional. Program pendidikan ini muncul sebagai respon atas krisis kemanusiaan, diskriminasi, juga degradasi lingkungan yang makin mengkhawatirkan. Republika.co.id, Makasar.

Potensi Bahaya yang Terselubung

Kurikulum ini merupakan upaya untuk menghadirkan titik-titik kesadaran universal dan membangun peradaban dengan cinta sebagai fondasinya, juga jangan sampai kita mengajarkan agama tetapi tidak sadar menanamkan benih kebencian kepada yang berbeda. Ungkap Nasaruddin dalam siaran persnya.

Dalam penekanannya ia menyatakan pentingnya menjadikan cinta sebagai inti dari pendidikan. Menurut pendapatnya juga spiritual harus menjadi roh pendidikan, tercakup dalam pendekatan ekologi. Maksudnya kesadaran bahwa manusia bukan penguasa atas alam, melainkan bagian dari sistem kehidupan yang saling menjaga.

KBC merupakan kontribusi nyata dari Kementrian Agama RI dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Kurikulum ini dirancang untuk mencetak generasi yang bukan sekadar unggul secara akademik, tetapi juga matang secara spiritual, menghargai, juga peduli terhadap lingkungan.

Keunggulan dari program pendidikan ini adalah fokus pada empat pilar cinta yang seimbang dengan ajaran Islam. Yaitu, cinta kepada Tuhan, kepada sesama manusia, terhadap lingkungan, serta cinta kepada bangsa sebagai bentuk tanggung jawab membangun negeri. Benarkah demikian?

Sama sekali tidak. Di balik kurikulum ini ada potensi mengancam, dengan berbagai macam bentuknya.

Program pendidikan ini juga mendidik generasi muslim untuk bersikap keras kepada saudaranya sesama muslim dan lemah lembut kepada non muslim. Khususnya muslim yang berkeinginan untuk menerapkan syariat Islam kaffah akan diberi cap radikal dan ekstrim, dibenci, dipersikusi, serta pengajiannya dibubarkan.

Sementara untuk non muslim diperlakukan begitu hormat, begitu lembut dan santun. Rumah ibadahnya akan dijaga, kemudian ikut serta merayakan hari raya mereka.

Baca juga: Strategi Pendidikan Khilafah

Kurikulum Standar Kapitalisme

Mengenai KBC, Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Prof Nurhayati mengatakan gagasan tentang KBC bukan hanya wacana. Namun, sebuah kebutuhan mendesak dalam sistem pendidikan nasional saat ini yang cenderung kehilangan sentuhan kemanusiaan.

Ia berharap melalui kurikulum itu nantinya diharapkan lahir generasi yang tidak hanya taat agama, tetapi juga mampu hidup dalam keragaman. Dengan pendidikan yang berlandaskan cinta nantinya akan membentuk pribadi yang tidak mudah terprovokasi oleh keadaan.

Kurikulum ini adalah investasi jangka panjang. Diharapkan generasi tidak hanya cemerlang secara akademik. Namun, juga memiliki hati yang hangat, terbuka, dan siap membangun masa depan yang lebih manusiawi. Antara, 25-7-2025

Dengan diluncurkannya KBC, tentu saja menjadi harapan praktisi pendidikan. Hal ini menyoroti keadaan dunia pendidikan saat ini yang diwarnai tingginya angka kekerasan, intoleransi sosial, dan lain-lain.

Jika kita perhatikan berkali-kali negeri ini berganti kurikulum. Bahkan sampai yang baru diluncurkan yaitu KBC, output pendidikan tidak menghasilkan generasi berkepribadian mulia. Dengan kemerosotan adab menggejala, kemunduran moral merebak, serta generasi jatuh pada jurang kenistaan.

Sebaik apapun kurikulum, jika napas pendidikan masih berasas sekuler, jangan harap terwujud generasi berkualitas. Karena sejatinya dalam Islam kapitalisme sekularisme adalah ide yang salah dan batil. Menjauhkan generasi dari aturan agama serta menjadikan akal sebagai sumber hukum dan penentu segala sesuatu.

Kurikulum Islam

Pendidikan adalah gerbang utama lahirnya generasi unggul. Dalam sistem Islam, pendidikan bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam di mana pola pikir dan pola sikap distandarisasi sesuai dengan Islam.

Mari kita telaah dan pahami rahasia peradaban yang seakan terlupakan. Banyak umat Islam yang belum mengetahui bahwa mereka pernah memiliki peradaban tinggi yang melahirkan generasi cemerlang.

Sistem pendidikan Islam lengkap. Sistem pendidikan Islam dirancang untuk membina siswa memiliki kepribadian Islam. Output yang dihasilkan adalah siswa yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam. Segala yang akan mereka lakukan akan bersandar pada aturan Islam. Dalam sistem pendidikan Islam, siswa dapat mengerti dan memahami mana perilaku yang benar dan salah.

Peran Negara

Kurikulum pendidikan Islam tidak hanya sebatas majelis taklim, tetapi tempat pembinaan berdasarkan akidah dan tsaqofah Islam. Mereka belajar Islam dan wajib mengamalkannya. Bukan hanya belajar untuk selanjutnya melupakannya. Islam juga mewajibkan negara untuk menjaga akidah rakyat dengan menjadikan akidah Islam sebagai asasnya. Negara juga melaksanakan sanksi yang tegas sehingga akan menjadi zawajir (memberi efek jera) dan jawabir (penebus dosa).

Seluruhnya tidak akan terlaksana, melainkan negara mengambil peran sebagai penjaga. Negara wajib menerapkan aturan Islam di seluruh aspek kehidupan. Negara akan mengontrol keseluruhannya baik kurikulum pendidikan hingga kondisi masyarakatnya.

Rasulullah saw. bersabda:
"Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Khatimah

Bila semua itu bersinergi, akidah umat menjadi kuat, sehingga mereka akan taat secara totalitas kepada syariat Allah Swt. Hingga akhirnya mereka mampu menyelesaikan semua persoalan dalam kehidupannya.

Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Logo NaLi website-
Erna Astuti, A.Md. Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Sekolah Rakyat: Harapan atau Ilusi Semu?
Next
Bendera One Piece, Makar atau Sindiran?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca juga: Kurikulum Akidah Islam Mencetak Generasi Faqih Fiddin […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram