Ada Apa di Balik Kunjungan Paus Fransiskus?

Ada Apa di Balik Kunjungan Paus Fransiskus

Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia dan disambut dengan penuh kemuliaan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dianggap sebagai tindakan niradab dalam Islam.

Oleh. Mahganipatra
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Kunjungan petinggi Vatikan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi trending topik dan viral di berbagai platform media sosial, seperti Google, Facebook, YouTube, dan lain-lain. Hal ini bukan semata-mata karena agenda utamanya yang membawa misi perdamaian dunia. Akan tetapi, karena berbagai sikap dan perilaku oknum tokoh maupun penguasa negeri ini. Mereka dinilai terlalu memberi panggung besar dan berlebihan dalam menggelar acara penyambutannya.

Dilansir dari cnnindonesia.com, 7-8-2024, pemerintah Indonesia telah menyambut Paus Fransiskus di Istana Merdeka, padahal seharusnya Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor. Menurut Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, ini merupakan bentuk perlakuan istimewa "memanjakan" pemerintahan Presiden Jokowi kepada Paus Fransiskus.

Catatan Penting Kunjungan Paus Fransiskus

Dari kunjungan Paus Fransiskus, kita dapat menyaksikan ada beberapa catatan penting yang menjadi viral di masyarakat terutama bagi umat Islam. Hal ini terkait sikap beberapa tokoh agama lintas iman yang hadir menyambut kedatangan Paus Fransiskus di lokasi Masjid Istiqlal. Apalagi terkait sikap Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar dan jajaran pengurus masjid tersebut. Ini menjadi sorotan dan bisa dimaknai sebagai wujud perwakilan umat Islam di masyarakat.

Penyelewengan Akidah

Perilaku mereka tampak nyata sebagai bentuk mencintai, memuliakan, dan mengagungkan tokoh agama yang notabene petinggi umat Kristiani Vatikan. Secara akidah, hal ini jelas sebagai bentuk penyelewengan akidah Islam. Tidaklah berlebihan ketika sebagian umat Islam langsung bereaksi dan meminta Nasaruddin Umar segera mengajukan klarifikasi dan meminta maaf atas perbuatannya.

Islam telah memiliki rambu-rambu dalam memilih dan bersikap kepada teman. Termasuk etika ketika menyambut tamu yang memiliki akidah yang berbedam Misalnya, saat menyambut tamu seperti Paus Fransiskus. Walaupun paus merupakan seorang petinggi Vatikan, tetapi ketika datang berkunjung ke wilayah Islam atau negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka harus tunduk pada aturan Islam.

Demikian pula dengan para penyambutnya. Sebagai umat Islam seharusnya mereka wajib mengikuti aturan yang sesuai dengan aturan Islam. Dengan demikian, sikap mereka yang mengadakan acara penyambutan Paus Fransiskus, sangat memengaruhi kehidupan masyarakat. Sekaligus memiliki dampak krusial bagi keberlangsungan kehidupan beragama di tengah-tengah masyarakat.

Pengaruh Kunjungan Paus Fransiskus bagi Kehidupan Beragama di masyarakat.

Penyambutan Paus Fransiskus di lokasi Masjid Istiqlal oleh Nasaruddin Umar dengan penuh kemuliaan dianggap sebagai bentuk tindakan niradab dalam Islam. Nasaruddin telah melakukan pelecehan pada kemuliaan tempat beribadah umat Islam. Oleh karena itu, wajib bagi umat Islam untuk menjadikan kasus ini sebagai ibrah penting (pelajaran) dan bisa menjadi titik tolak kebangkitan dan kesadaran umat agar bersegera memahami dan menerapkan sistem Islam secara kafah.

Dengan memahami sistem Islam secara kafah, maka umat, para tokoh, dan penguasa akan dibimbing bagaimana seharusnya berkasihsayang dengan teman nonmuslim atau ketika mencari teman untuk dijadikan sahabat. Seorang teman akan menjadi cermin bagi kepribadian diri kita karena saat seseorang memiliki teman yang baik, maka ia akan tertular kebaikannya. Sebaliknya, jika seseorang sering berkumpul dan berteman dengan ahli maksiat, tidaklah aneh jika kemudian ia mengikutinya dalam kemaksiatan.

Teman dalam Pandangan Islam

Dalam pandangan Islam, seorang teman memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya. Baik dalam masalah beragama maupun di dalam masyarakat. Itulah alasannya mengapa Rasulullah saw. sangat tegas memerintahkan untuk memilih teman dalam bergaul dan dalam hubungan persahabatan. Beliau membuat perumpamaan dalam hubungan persahabatan dengan sangat menarik. Rasulullah saw. bersabda:

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang saleh dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; Anda bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal Anda mendapat wanginya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika kamu tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal kamu mendapat baunya yang tidak enak.” (HR Bukhari)

Melalui hadis ini Rasulullah saw. yang mulia ingin memberikan gambaran bahwa jika kita berteman dan dekat dengan pemilik minyak wangi, maka apa yang kita dapat? Tentunya selain harum/wangi yang enak, kita juga bisa membeli atau bahkan mendapat hadiah minyak darinya. Artinya, kita akan memperoleh banyak manfaat dan kebaikan.

Tentu akan sangat berbeda, ketika kita berteman dengan seorang pandai besi. Kalau dekat dengan pandai besi, apa yang kita dapat? Selain wangi asap yang tidak enak, baju atau badan juga bisa terbakar. Tentunya hal ini sangat merugikan dan berbahaya bagi kehidupan kita.

Teman yang Memberi Manfaat VS Teman Yang Merusak

Gambaran seorang teman, dalam hadis ini juga dijelaskan lebih rinci oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqolani, beliau mengatakan bahwa “Hadis ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Hadis ini juga menunjukkan dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan dunia.” (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 4/324, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379)

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita umat Islam memahami mengapa Rasulullah saw. mendorong setiap muslim untuk memperhatikan dengan siapa dia berteman. Seorang muslim dilarang menjadikan orang kafir sebagai “teman setia” (sahabat) karena akan membahayakan akidah umat Islam, Allah Swt. berfirman:

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi 'auliya' dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa yang berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).” (QS Ali Imran [3]: 28)

Melalui ayat ini, Allah Swt. secara tegas juga telah melarang orang kafir dijadikan sebagai wali dengan penuh sukacita, sementara kaum muslim sendiri justru dipersekusi. Apalagi ketika kita merujuk pada beragam kasus yang terjadi belakangan ini. Sungguh, sangat penting bagi umat ini untuk melakukan evaluasi dan muhasabah agar kita tahu dengan pasti siapa yang harus kita jadikan kawan dan siapa pula yang harus kita jadikan lawan.

Karena sejatinya, setiap hubungan pertemanan selalu ada dua kemungkinan. Jika dia tidak bisa memberikan manfaat bagimu, sudah pasti dia akan membawamu pada sebuah kerusakan. Jadi, berhati-hatilah!

Pentingnya Berteman dengan Orang Saleh

Di dalam Islam terdapat beberapa kisah para sahabat Rasulullah saw., seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam radiyallahu anhum , mereka tumbuh dan berkembang dari circle pertemanan ini. Persahabatan yang mereka bina telah membawa pengaruh yang penuh kebaikan hingga membimbing mereka untuk masuk Islam. Melalui Abu Bakar r.a. sebagai teman duduknya, risalah Islam sampai sehingga akhirnya mereka tersentuh dan masuk Islam.

Selanjutnya mereka tetap menjalin persahabatan dan menjadi orang-orang yang hebat, berkontribusi maksimal untuk Islam dan menjadi orang-orang yang dijamin masuk surga oleh Allah Swt.. Itulah alasannya mengapa dalam Islam setiap muslim penting untuk mencari teman-teman yang saleh.

Mereka akan selalu didorong untuk saling mengingatkan dalam keimanan dan berlomba-lomba agar beramal saleh (hijrah), senantiasa berbuat taat, sabar, kanaah lalu istikamah. Mereka juga akan saling mendoakan dalam melaksanakan beragam kebajikan sehingga bisa saling memberikan syafaat ketika dibangkitkan bersama-sama pada hari kiamat.

Dengan demikian, memperbanyak teman saleh itu, selain agar kita bisa tertular kesalehannya, juga akan selalu menasehati, menyemangati dan mendoakan kita kepada kebaikan.

https://narasiliterasi.id/world-news/09/2024/zionis-yahudi-tegak-di-bawah-perlindungan-as/

Bahaya Berteman dengan Orang yang Tidak Paham Agama

Berbeda halnya ketika kita berteman dengan mereka yang tidak paham agama. Setiap waktu akan terus berlalu, layaknya es yang terus mencair. Kalau tidak berganti dengan uang, tentu dia akan merugi. Begitu pula dengan hidup kita. Waktu hidup kita terus berkurang, kalau tidak berganti dengan pahala, pasti kita akan merugi.

Perumpamaan pertemanan kita dengan orang-orang yang tidak paham agama seperti es. Meskipun dia tidak mengajak pada kemaksiatan, mungkin saja dia akan mengajak kita untuk melakukan hal-hal yang mubah, misalnya menonton pertandingan bola, nongkrong di cafe, ngobrol hal-hal yang unfaedah, dan lain-lain.

Membuat waktu kita akan berlalu tanpa nilai pahala, bahkan bisa pula tanpa sadar akan memengaruhi pemikiran dan pemahaman kita dengan paham-paham yang bertentangan dengan Islam. Mengajak kita kepada perbuatan penuh kemaksiatan, kejahatan bahkan kekufuran yang akan menjerumuskan kita pada kerasnya azab neraka.

Oleh karena itu, teruslah memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar kita selamat dari pertemanan yang menyesatkan ini. Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mahganipatra Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Kelas Menengah Turun, Kapitalisme Dalangnya
Next
Gunung Bawah Laut, Penyeimbang Bumi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram