Bahaya Toleransi Kebablasan

Miris, di negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim, dengan adanya toleransi yang kebablasan akan menggerus akidah umat menjadi dangkal

Oleh. Dara Millati Hanifah
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Beberapa waktu lalu, Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia. Berbagai persiapan untuk menyambut tamu agung dikerahkan oleh pemerintah. Dari pengaturan lalu lintas hingga menyarankan agar azan magrib di televisi diubah menjadi running text.

Beberapa kalangan baik dari pendidik, habib, serta jajaran pemerintah turut menghadiri pertemuan tersebut. Sebenarnya, ada apa di balik kedatangan beliau yang merupakan pemimpin Katolik sedunia?

Dalam pidato Presiden Joko Widodo dan Sri Paus Fransiskus menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya toleransi, keberagaman, dan perdamaian dunia. Kedua pemimpin menekankan adanya perbedaan sebagai kekuatan dalam memperkuat persatuan, serta pentingnya menyuarakan perdamaian di tengah meningkatnya konflik global.(Presidenri.go.id 04-09-2024)

Media asing turut menyoroti pertemuan Pemimpin Tertinggi Katolik Dunia Paus Fransiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Jakarta, Indonesia. Salah satunya media Amerika Serikat (AS), Associated Press (AP). Laman tersebut menjelaskan bagaimana hangatnya kedua pemimpin agama bertemu. Ketika Paus mencium mesra tangan sang imam yang mendekap pundak kepala negara Vatikan itu. (cnbcindonesia.com, 05-09-2024)

Dari fakta di atas, bisa kita lihat bahwa kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia sebenarnya ada tujuan terselubung. Yaitu, untuk menyuburkan moderasi agama di tengah-tengah masyarakat. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, masyarakat akan menganggap bahwa toleransi seperti itulah yang harus terjalin antar umat beragama.

Lama-kelamaan hal tersebut akan membahayakan akidah umat. Bukankah seharusnya negara menjauhkan masyarakat dari moderasi agama? Kenapa ini semakin gencar hingga melakukan pertemuan yang memakan biaya cukup besar?

Lagi-lagi sistem yang bercokol di negeri khatulistiwa ini adalah sistem liberalisme. Yang mana sistem tersebut membebaskan masyarakat untuk melakukan apa saja, termasuk dalam beragama. Menjadikan toleransi sebagai tolok ukur. Padahal yang demikian itu menjerumuskan umat pada toleransi kebablasan.

Miris, di negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim, dengan adanya toleransi yang kebablasan akan menggerus akidah umat menjadi dangkal. Mereka akan menganggap bahwa toleransi seperti itu adalah hal yang wajar.

https://narasiliterasi.id/opini/09/2024/menyikapi-pesan-kunjungan-paus/

Toleransi berlebihan ini, ternyata sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw. ketika beliau memperjuangkan agama Islam. Suatu ketika, beberapa orang kafir Quraisy yaitu Al-Walid bin Mughirah, Al-'Ash bin Wail, Al-Aswad Ibnul Muthalib, dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah saw..Mereka saat itu menawarkan toleransi kebablasan kepada beliau.

Toleransi kebablasan tersebut dibantah melalui firman Allah Swt. dalam surah Al-Kafirun: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (TQS. Al-Kafirun: 6)

Ayat di atas menjelaskan terkait toleransi. Artinya, kita tidak boleh mencampur-adukkan ajaran setiap agama. Cukup dengan menghormatinya ketika agama yang lain sedang melakukan ibadah atau merayakan hari besarnya. Umat wajib membiarkan dan tidak mendukung sama sekali ibadah dan perayaan non-muslim. Itulah toleransi yang diajarkan oleh Islam.

Nabi Muhammad saw. sudah memberikan contoh kepada umatnya terkait sikap toleransi. Beliau berinteraksi juga dengan non-muslim di Mekah dan Madinah, berniaga atau berdagang dengan mereka. Jadi, bukan hal yang baru bagi umat Islam untuk memiliki sikap toleran saat ini. Karena, toleransi sudah diajarkan sejak 14 abad silam di masa Rasulullah saw..

Beliau juga menunjukkan diri sebagai orang yang sangat toleran. Contohnya dalam Piagam Madinah, Rasulullah saw. siap bekerjasama dengan orang-orang non-muslim, untuk saling melindungi jika diserang musuh.

Contoh lainnya, ketika seorang Yahudi meninggal dunia yang dibawa oleh para kerabatnya untuk dimakamkan. Pada saat yang sama, Nabi saw. dan para sahabat sedang duduk-duduk. Mengetahui ada jenazah orang Yahudi sedang lewat, Nabi saw. kemudian berdiri sebagai tanda penghormatan.

Para sahabat bertanya, "Wahai Nabi, kenapa engkau berdiri, padahal jenazah tersebut adalah seorang Yahudi?" Jawaban Rasulullah singkat: "Setidaknya ia adalah seorang manusia." Sikap Nabi saw. ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. tipe yang menjunjung tinggi toleransi.

Namun, karena sistem yang digunakan saat ini masih liberalisme, sulit untuk menerapkan konsep toleransi yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saw..

Tetapi, sebagai seorang muslim harus meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar dan punya prinsip bara’ (berlepas diri dari ritual keagamaan non-muslim).

Meski begitu, berbuat baik dengan non-muslim seperti tetangga atau teman tetap ada selama tidak ada kaitan dengan ritual keagamaan atau sejenisnya.

Sesuai dengan firman Allah Swt.:"Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahah: 8)

Begitulah toleransi dalam Islam. Dan itu akan terwujud jika sistem yang digunakan adalah sistem Islam. Bukan sistem rusak yang saat ini masih digunakan. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Dara Millati Hanifah Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Jakarta Jadi Kota Global, Mampukah?
Next
Impor Barang Murah Matinya Produk Lokal
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ummu Hanan
1 month ago

Barakallah kak Dara 🙂

trackback

[…] Baca: bahaya-toleransi-kebablasan/ […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram