Mitigasi Topan Yagi dan Perpolitikan Myanmar

mitigasi Topan Yagi dan Perpolitikan Myanmar

Mitigasi bencana topan Yagi tidak maksimal akibat lemahnya kondisi politik Myanmar, menyebabkan banyak korban berjatuhan.

Oleh. Maya Dhita
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Badai topan Yagi telah menghancurkan beberapa wilayah di Asia Tenggara. Tak terkecuali Myanmar yang diterjang banjir sejak Senin (9-9-2024). Hingga Sabtu malam korban meninggal akibat banjir meningkat menjadi sedikitnya 113 orang. Setidaknya 320.000 orang mengungsi dan 64 orang masih hilang, kata juru bicara pemerintah Zaw Min Tun. (Reuters.com, 15-9-2024)

Topan Yagi adalah siklon tropis kategori lima Beryl, terkuat kedua di dunia pada tahun 2024, setelah badai Atlantik. Topan ini memiliki kecepatan angin maksimum 234 km per jam di area dekat pusatnya. Itu sebabnya kerusakan yang ditimbulkan begitu besar.

Mengenal Topan Yagi

Badai tropis yang dinamai Yagi oleh Badan Meteorologi Jepang ini berasal dari bahasa Jepang yang berarti kambing dan konstelasi Capricornus.

Topan ini terbentuk di atas lautan hangat di Filipina bagian timur. Setelah menerjang Filipina, badai bergerak ke arah barat menuju Cina Selatan dan dengan cepat menuju beberapa negara seperti Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Laos. Badai topan Yogi menjadi lebih dasyat karena memanasnya air laut.

Para ahli meteorologi mengatakan bahwa menghangatnya bumi berkaitan dengan topan dengan kecepatan angin dan curah hujan yang lebih tinggi.

Derita Rakyat Myanmar Berlipat karena Topan Yagi

Rakyat Myanmar mengalami penderitaan terutama setelah terjadinya perang saudara, empat tahun yang lalu. Tepatnya setelah militer menggulingkan pemerintahan sipil tanggal 1 Februari 2021. Meski gaungnya tak sekuat perang di Ukraina dan Palestina, pertikaian bersenjata dan serangan udara militer di Myanmar juga dahsyat. Ribuan warga sipil tewas terbunuh. Sebanyak 2,3 juta  warga terpaksa mengungsi, dan 18,6 juta penduduk Myanmar membutuhkan bantuan cepat. (Detik.com, 2-2-2024)

Perang telah mengakibatkan separuh penduduk jatuh miskin. Sistem pendidikan mati dan sistem kesehatan pun sekarat.

Belum selesai derita perang saudara, banjir besar melanda Myanmar. Kesedihan dan penderitaan makin bertumpuk. Lagi-lagi warga Myanmar harus berpindah dan mengungsi. Seakan tidak ada kesempatan untuk bernafas lega.

baca: Banjir Bukan Sekadar Fenomena Alam

Pentingnya Mitigasi Bencana

Myanmar sebagai negara yang rawan bencana seperti banjir, badai, dan gempa seharusnya memiliki managemen bencana yang bagus. Namun, hal ini akan menjadi sulit dikarenakan kondisi politik, ekonomi, dan infrastruktur yang lemah. Selain itu, adanya konflik internal dan masalah politik membuat perhatian pemerintah terpecah. Upaya mitigasi pun terhambat karena tidak menjadi prioritas. Seringkali reaksi terhadap bencana cenderung lambat dan tidak maksimal. Hal ini dikarenakan keterbatasan dalam menyediakan bantuan kepada masyarakat terdampak bencana.

Lain halnya pada negeri rawan bencana dengan kondisi pemerintahan yang stabil. Mereka akan lebih serius dalam merumuskan mitigasi bencana. Faktor ketersediaan anggaran, managemen yang baik, dan kesigapan dalam menghadapi bencana menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah sistem mitigasi bencana.

Parameter Keberhasilan Mitigasi

Penurunan Dampak Bencana

Adanya penurunan dampak bencana merupakan salah satu parameter keberhasilan sistem mitigasi. Hal ini meliputi penurunan secara signifikan atas korban jiwa, kerugian materi, serta dampak lingkungan.

Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Peringatan Bencana

Keberhasilan mitigasi berikutnya dapat dilihat dari sikap tanggap masyarakat dalam merespon tanda bahaya terjadinya bencana sekaligus penanganan dampaknya. Dalam hal ini menyangkut pendistribusian bantuan secara cepat dan merata. Tak kalah penting adanya ketersediaan pelayanan kesehatan yang mumpuni.

Pengembangan Infrastruktur Tahan Bencana

Pengembangan infrastruktur tahan bencana sangat penting untuk antisipasi adanya kerusakan, korban jiwa, dan biaya yang ditimbulkan dari kerusakan tersebut. Sedangkan tata ruang yang tepat penting untuk mengantisipasi kemungkinan sebuah bangunan atau kawasan terkena dampak bencana lebih besar.

Mitigasi Bencana dalam Islam

Pada masa kekhalifahan Islam, mitigasi bencana alam telah menjadi perhatian serius. Ada beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mewujudkan mitigasi ini. Mulai dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Khalifah, hukum Islam, dan tak kalah penting adalah pembangunan infrastruktur.

Kebijakan Khalifah Terkait Mitigasi

Khalifah Umar bin Khattab, pernah mengeluarkan kebijakan baitulmal untuk mendistribusikan bantuan pada masa kekeringan. Pembangunan infrastruktur juga dilakukan untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisasi dampak bencana. Misalnya pembangunan kanal, bendungan, dan irigasi untuk mencegah terjadinya banjir dan kekeringan.

Kebijakan Pengelolaan SDA Bagian dari Mitigasi

Selain itu diperlukan kebijakan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) oleh pemerintah. Sehingga diharapkan tidak akan terjadi eksploitasi SDA secara ugal-ugalan. Karena tidak dapat dimungkiri bahwa adanya kerusakan (bencana alam) diakibatkan oleh ulah tangan manusia. (Ar-Rum: 41)

Khatimah

Mitigasi bencana alam terbentuk secara efektif dan efisien pada negara dengan kondisi perpolitikan, ekonomi, infrastruktur yang kuat dan stabil. Kondisi ini hanya bisa terwujud pada negara dengan sistem pemerintahan yang kuat dan disokong oleh aturan sahih yang berasal dari sang Pencipta. Itulah daulah Islam. Penerapan Islam secara kaffah mampu mengantarkan daulah Islam sebagai negara adidaya berpemimpin tungggal yang luas wilayahnya meliputi 2/3 dunia. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Maya Dhita Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Metode Gentle Parenting vs Parenting Islam
Next
Indonesia dalam Jebakan Utang
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram