Oknum pendidik dalam kasus pencabulan jangan harap bisa dihentikan tuntas, selama sistem kapitalisme sekuler masih dianut.
Oleh. Yuliyati Sambas
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
Narasiliterasi.id-Oknum pendidik kembali menumpahkan noda hitam pekat ke wajah institusi pendidikan Indonesia. Perbuatan bejat seorang pendidik yang berani mencabuli muridnya kembali terulang. Kali ini terjadi di sebuah SMP di Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.
Pendidik kesenian K (54) telah melecehkan anak didiknya ASA (14) pada bulan Juli 2024. Kapolresta Bandung Kombes Pol Kuswono memberi keterangan bahwa K telah diamankan atas tindak pidana persetubuhan kepada muridnya. (Tribunjabar.id, 14-10-2024)
Menurut laporan, perilaku kriminal tersebut terjadi di sore hari usai jam belajar mengajar. Berawal dari K memanggil korban ASA yang tengah menunggui kedai bakso orang tuanya yang tak jauh dari lokasi. Di saat korban mendatangi pelaku, tak menunggu waktu lama oknum pendidik tersebut tiba-tiba melancarkan aksi bejatnya dengan merudapaksa si murid malang. Mirisnya aksi kriminal tersebut dilakukan di area masjid sekolah. Astagfirullah.
Oknum Pendidik Bejat Kian Marak
Lagi dan lagi. Kasus tindak asusila oknum pendidik terhadap muridnya di Kabupaten Bandung ini menambah daftar panjang noda di wajah pendidikan negeri ini.
Setelah sebelumnya terjadi kasus di Tangerang Selatan, seorang pendidik ngaji melecehkan delapan anak didiknya dengan iming-iming agar bisa membuka mata batin dan memunculkan aura kecantikan diri sang murid. Dugaan pelecehan juga terjadi di lingkup satuan pendidikan SMKN 56 Jakarta. Sebanyak 15 siswi mengalami pelecehan oleh oknum pendidik seni budaya pada beberapa waktu belakangan ini. Di Surabaya telah ditindak tegas oleh pihak kepolisian seorang pendidik pembina pramuka yang dilaporkan telah mencabuli 7 siswi kelas 5 dan 6 SD. Oknum pendidik MAN Gorontalo pun sudah membuat geger jagat maya dengan perbuatan mesumnya bersama seorang siswi kelas XII. Ini baru beberapa yang terangkum selama satu bulan terakhir menurut laporan dari media CNN Indonesia.com (11-10-2024). Bayangkan jika ditampilkan data di seluruh wilayah, lalu dihitung dalam satu tahun! Sudah berapa banyak kasus-kasus mengerikan yang mencederai wajah pendidikan di Indonesia?!
Fenomena Mengerikan Kasus Oknum Pendidik Amoral
Di luar kasus-kasus di atas, ada demikian banyak perilaku amoral lainnya dari oknum-oknum pendidik. Dengan istilah pelecehan, rudapaksa, child grooming, dan semisalnya faktanya terus bermunculan. Kasus demi kasus menjelma menjadi fenomena yang meresahkan. Oleh karenanya, butuh kiranya bagi kita duduk merenung, mencari akar persoalan, dan menyudahi semuanya jangan sampai terjadi kembali di kemudian hari.
Fenomena ini tentu memperlihatkan adanya sesuatu yang salah, bahkan rusak dalam urusan pendidikan di negeri ini. Telah terjadi penurunan kapasitas dan kualitas akademisi, wa bil khusus di tataran komunitas pendidik. Ini tentu memalukan. Memalukan institusi besar pendidikan Indonesia!
Jika coba diselisik, setidaknya inilah yang dapat dianalisis terkait berulangnya kasus amoral oknum pendidik:
Pertama, para pelaku oknum pendidik tersebut adalah produk-produk pendidikan di masa 10, 20, 30 tahun lalu atau lebih. Artinya bahwa mereka adalah bagian dari anak didik di masa sekian puluh tahun yang lalu. Ini juga berarti bahwa kerusakan yang terekspos hari ini adalah akumulasi dari apa yang didapat di lingkup pendidikan saat itu.
Bahwa lingkup pendidikan yang telah berlangsung lama meski dengan wajah kurikulum yang terus berubah nyatanya memiliki kesamaan asas, yakni sekuler. Asas ini akan menjiwai seluruh peta pendidikan yang berjalan. Agama dibiarkan ada dalam kurikulum, tetapi tak diberi kesempatan untuk dipahami sebagai pemandu dalam seluruh aspek kehidupan anak didik.
Kedua, cetakan pendidikan yang terselenggara selama ini diakui atau tidak, telah gagal membentuk pribadi-pribadi yang paham moral, adab, etika, dan lainnya. Sosok pendidik yang sudah melewati banyak level pendidikan sehingga berhak untuk mendidik murid-muridnya, nyatanya tak sedikit yang justru terjerembap dalam aktivitas menuruti nafsu hewani. Perilaku nista diumbar dengan kejinya kepada pihak lemah yang ada di bawah otoritasnya. Ini menjadi satu alasan bermunculannya oknum amoral.
Ketiga, ada hal yang salah dengan tujuan dan orientasi pendidikan saat ini. Kecerdasan IQ yang terus digenjot melahirkan individu-individu peserta didik yang hanya cerdas dalam kemampuan kognitif saja. Bagaimana tidak, makin ke sini mesin pintar internet telah menjelma menjadi pendidik bagi peserta didik. Apa pun bisa didapat hanya dengan jentikan jari di dalam gadget. Selain itu, urusan moral dan adab seolah menjadi dua hal asing dalam kehidupan zaman sekarang. Terlebih ranah agama, makin tak mendapat tempat di sistem pembelajaran yang ada.
Hari ini orientasi pendidikan tak membawa panduan agama yang kaffah dalam perjalanannya. Dengan demikian, terjadilah beragam kerusakan yang bahkan di masa-masa lampau tak tebersit dapat terjadi. Bertebaran oknum pendidik yang tak pantas untuk dijadikan sosok teladan.
Peran Orang Tua, Lingkungan, dan Negara
Dari sisi sisi orang tua yang lalai membekali ilmu agama. Ayah ibu masa sekarang seolah sudah merasa cukup ketika bekerja keras dan memberikan jerihnya berupa limpahan materi kepada anak-anaknya. Mereka tak merasa berkebutuhan untuk mengisi tangki pemahaman agama pada buah hatinya. Alhasil pendidikan di sekolah seolah sudah mencukupi untuk mendidik sang buah hati.
Di samping itu, tak sedikit dari para ayah bunda yang tak memiliki cukup waktu dan perhatian dalam mendidik agama di rumah. Ditambah lagi dengan kondisi kemiskinan struktural yang hari ini terjadi. Alih-alih anak-anak terdidik dengan agama yang lurus, yang ada adalah konten-konten rusak dan menyesatkan yang banyak beredar di dunia mayalah yang menjadi pendidik dan panduan kehidupan mereka. Betapa mirisnya.
Kelima, lingkungan liberal dan masyarakat individualistis serta apatis turut menyempurnakan fenomena rusak kasus oknum pendidik amoral. Meski Indonesia secara umum adalah negara yang rakyatnya beragama, realitasnya agama hanya menjadi urusan pribadi dan tak mendapat porsi semestinya dalam mengatur urusan kehidupan alias sekuler.
Terkhusus Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas rakyat, nyatanya tak mampu melindungi umatnya dari perilaku nista dan dampak rusak yang terjadi. Hal ini sebagai impact dari masyarakat yang terpapar busuknya budaya kebebasan, individualistis, dan apatis.
Keenam, negara dalam hal ini abai dan lalai. Bagaimana tidak, pengurusan sistem pendidikan, ekonomi, sanksi, dan seterusnya adalah ranah negara. Negara sudah seharusnya menjamin akan terselenggaranya pendidikan yang baik dan benar. Selain mencerdaskan, pendidikan juga wajib melahirkan output pribadi-pribadi masyarakat beriman dan bertakwa. Negara pula yang memiliki kapasitas memberlakukan sistem ekonomi yang menyejahterakan dan sistem sanksi yang menjerakan. Maraknya oknum pendidik rusak harus segera disudahi.
Sistem Kapitalisme: Muara Persoalannya
Ketika dicermati menggunakan nalar sehat dan hati bersih, telunjuk akan mengarah betapa muara persoalannya karena negeri ini menganut sistem hidup kapitalisme. Sebuah cara pandang hidup yang mengagungkan materi dan menjauhkan diri dari tunduk pada ketetapan yang diturunkan oleh Zat Yang Maha Pencipta. Sebagai asasnya, sistem hidup ini menyandarkannya pada prinsip sekuler, yakni menjauhkan pengaturan agama dalam kehidupan.
Dalam sistem kapitalisme sekuler, makna bahagia hanya bersifat materi dan meraih sebanyak-banyaknya pemuas ragawi. Tidak mengherankan bermunculan individu-individu yang hanya mengedepankan hawa nafsu tanpa sedikit pun membawa nalar rasionalitasnya, terlebih pandangan agama. Seorang pendidik yang dikuasai nafsu birahi dapat dengan mudah melampiaskannya kepada sosok yang semestinya dididik, diberi teladan baik, dan dilindungi. Inilah oknum pendidik hasil paparan liberalisme ala sekuler.
Negara yang menganut ideologi kapitalisme akan memberlakukan aturan bernegara maupun pengurusan rakyat menggunakan akal kecerdasan manusia yang terbatas. Tak mengherankan ketika produk hukum dan kebijakannya kerap tersandera oleh kepentingan dan maslahat segelintir orang, bukan demi kebaikan semua rakyatnya.
Di sistem kapitalisme pula hajat hidup rakyat tak terkecuali urusan pendidikan tak mendapat porsi perhatian cukup. Kriminalitas tak mampu dibendung dikarenakan watak individu masyarakat banyak yang jauh dari nilai-nilai agama. Di samping tata sistem sanksi yang diberlakukan bersandar pada hitung-hitungan kecenderungan perasaan dan akal manusia, alih-alih diserahkan pada standar Al-Hakim. Ini menjadikan potensi berulangnya kasus pencabulan oleh oknum pendidik terus ada.
Baca juga : Pendidikan Bernasib Tragis di Bawah Kapitalisme
Islam Solusi Hakiki
Ketika disadari betapa muara persoalan kasus-kasus pencabulan oleh oknum pendidik adalah dianutnya sistem kapitalisme sekuler, solusinya tiada lain adalah segera membuangnya seraya menggantinya dengan sistem hidup yang benar. Sistem tersebut hanya berasal dari Zat Yang Maha Benar.
Allah Al-Khaliq Al-Mudabbir telah menegaskan dalam Al-Qur’an surah Thaha ayat 123-124: “… Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” Garansi kehidupan selamat, tidak tersesat, aman, tenteram adalah dengan mengikuti petunjuk Allah Swt.
Adapun mekanisme sistem Islam dalam menyolusikan secara tuntas kasus pencabulan tak terkecuali oleh oknum pendidik adalah sebagai berikut:
Pertama, Islam mengamanahkan kepada negara untuk mengurus semua urusan rakyat dari mulai keamanan, kesejahteraan, dan pendidikan. Dengan akidah Islam sebagai landasan dan syariat sebagai panduan maka lahirlah pribadi-pribadi yang bersyakhsiyah Islam jauh dari perilaku zalim terlebih keji.
Al-‘Alamah Syaikh Atha’ Abu Rusythah menjelaskan dalam kitab Usus at-Ta’lim fi Daulah al-Khilafah bahwa penyelenggaraan pendidikan dalam sistem Islam (khilafah) dalam rangka membentuk 3 karakter output. Ketiganya adalah menghasilkan generasi yang berkepribadian Islam, paham agama, dan terbekali ilmu sains serta teknologi terapan. Dengan demikian, ketika telah terbentuk kepribadian Islam, mustahil bermunculan oknum pendidik dan pihak lain yang amoral.
Kedua, negara bertanggung jawab melindungi semua warga dari paparan informasi dan tayangan merusak yang tidak sesuai dengan syariat dan akidah Islam. Situs kekerasan, cabul, porno, dan maksiat lainnya tidak akan beredar karena masyarakat telah terbekali dengan pemahaman Islam yang kuat. Adapun aksi negara adalah membuat regulasi tegas hingga memblokir secara langsung jika didapati ada yang berani muncul.
Ketiga, jika pun tetap terjadi kasus kriminal semisal pencabulan dan lainnya, negara telah menyiapkan perangkat sistem sanksi yang bersifat menjerakan.
Penutup
Selama sistem kapitalisme sekuler masih dianut, jangan harap kasus-kasus amoral dari oknum pendidik bisa dihentikan dengan tuntas. Hanya dengan penerapan sistem Islam secara kaffah dalam bingkai pemerintahan warisan Nabi saw. yakni Khilafah Rasyidah, niscaya semua kisah pilu yang dialami para korban tak mesti ada. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Astaghfirullah. Sudah begitu parahnya tindak asusila yang dilakukan oleh oknum pendidik negeri ini. Itu semua merupakan hasil dari sistem yang tidak Islami. Barakallah mba @Yuliyati
Iya betul, mbak Atien,,, ngeri ya Allah. Umat beneran butuh panduan Islam kaffah
Innalillahi.. serem sekali ya sistem saat ini membawa petaka di setiap lini, termasuk di ranah pendidikan..
leres Teh Dyah
Astaghfirullah