
Seorang muslim tentu harus sadar dan yakin akan adanya hari pembalasan. Yakni, hari saat segala aktivitas kita akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk dalam bermedsos.
Oleh. Rida Ummu Zananby
Kontributor NarasiLiterasi.Id
NarasiLiterasi.Id--Ada sekitar 167 juta penduduk Indonesia yang menggunakan media sosial setara 60,4% dari total populasi. Hal ini membuat Indonesia berada pada peringkat ketiga di Asia Pasifik dan peringkat keempat di dunia. Angka ini menunjukkan adanya dominasi media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Adapun platform YouTube dan Instagram menjadi platform yang paling sering diakses oleh pengguna media sosial di Indonesia. (aIoverview.com, 28-9-2025)
Global Digital Report melaporkan ada 5,25 miliar orang yang aktif di medsos. Hanya saja perasaan terhubung media sosial ini tidak mampu menghilangkan perasaan sepi. Linimasa yang dipenuhi video hiburan dan kisah personal masih membuat banyak pengguna terasing di dunia nyata. Terlebih kebiasaan Gen Z yang hampir selalu berselancar di medsos, khususnya TikTok. Kebiasaan ini ternyata tidak mampu menghilangkan rasa kesepian dan insecure bahkan bisa berujung pada masalah kesehatan mental.
Kebebasan Bermedsos
Semua ini bukanlah sekadar persoalan literasi digital dan manajemen penggunaan gadget. Akan tetapi, jika kita perhatikan dan pahami kondisi saat ini adalah akibat dari diterapkannya sistem kapitalisme-liberalisme. Sistem ini telah membentuk pemikiran masyarakat akan nilai materialistis dan kebebasan berekspresi dan bereaksi terhadap segala sesuatu.
Dorongan penggunaan medsos banyak terpengaruh oleh pemahaman ini. Mereka merasa lebih bebas untuk berinteraksi juga menawarkan cara menghasilkan uang melalui media sosial. Dengan makin banyaknya konten-konten yang di-upload agar trending dan dilihat oleh banyak pengguna medsos dapat berbuah monetisasi atau materi.
Ini salah satu bukti adanya industri kapitalis dalam media sosial. Para pelaku media sosial digiring untuk melakukan interaksi sebanyak-banyaknya tanpa memedulikan lagi batasan interaksi antara pria dan wanita. Semuanya dibebaskan dengan tujuan yang sama yakni materi.
Maka tak ayal masyarakat pun menghabiskan waktu lebih banyak untuk berinteraksi di media sosial dibandingkan dengan berinteraksi di dunia nyata. Jika dibiarkan, hal ini akan berdampak buruk, bahkan sampai mengantarkan pada malapetaka.
Dampak Buruk Bermedsos
Hal seperti ini akan melahirkan sikap asosial yang menjadikan masyarakat sulit bergaul di dunia nyata. Di tengah keluarga pun pola hubungan antar anggota keluarga terasa sangat jauh. Tentu ini adalah sesuatu yang dapat merugikan umat.
Kondisi seperti ini menjadikan generasi menjadi lemah tak berdaya. Kepedulian terhadap persoalan umat tidak akan mampu terindera dan tergambar oleh masyarakat yang terjebak dalam kesepian ini. Padahal generasi memiliki potensi besar untuk menghasilkan karya-karya produktif untuk kemaslahatan umat dan menjadi pembuka kebangkitan umat menuju perubahan yang hakiki sebagai mana pandangan Islam.
Dari sini, masyarakat segera sadar bahwa pengaruh media sosial yang tidak dikelola dengan bijak maka akan mengantarkan pada kemerosotan dan kerusakan. Sehingga kaum muslim harus segera kembali menjadikan Islam sebagai identitas utama, sehingga mampu meninggalkan sistem kapitalis liberal yang menyesatkan.
Baca juga: Cancel Culture: Fenomena Sosial yang Kontroversial
Pandangan Islam
Seorang muslim tentu harus sadar dan yakin akan adanya hari pembalasan. Yakni, hari saat segala aktivitas kita akan dimintai pertanggungjawaban, termasuk dalam bermedsos. Malaikat akan selalu mencatat mengawasi segala apa yang kita tulis, buat, dan kita bagikan.
Oleh karenanya, kita tidak boleh tersihir dengan hanya menghabiskan waktu untuk bermedia sosial saja. Sebagaimana Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Selain itu juga Allah Swt. memerintahkan orang-orang beriman untuk saling menasihati dan berani menyampaikan kebenaran meskipun itu sangat pahit. Jika pada zaman Rasulullah saw. berdakwah hanya memakai pena (surat) dan lisan, hari ini sarana tersebut berkembang menjadi medsos yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan Islam, baik berupa tulisan, video, atau suara.
Namun hal ini tidak berarti bisa meninggalkan metode yang Rasulullah saw. ajarkan yakni dengan berinteraksi secara langsung di dunia nyata. Melakukan pembinaan secara langsung, melakukan dakwah secara langsung sampai umat diberikan pertolongan oleh Allah Swt. berupa penerapan Islam secara kaffah sebagaimana di Madinah dahulu.
Maka jika masyarakat sudah memahami pemikiran akan pentingnya interaksi secara langsung dalam masyarakat dan dengan dibekali ilmu yang merupakan hasil dari pembinaan secara langsung maka masyarakat tidak akan merasa insecure atau kesepian sebagaimana hari ini banyak dirasakan oleh pengguna sosial media.
Peran Negara
Peran negara pun diperlukan sebagai pengontrol dan pelindung bagi masyarakat agar media sosial bisa dikendalikan sebagaimana pandangan Islam. Sehingga umat akan menggunakannya secara bijak dan bervisi akhirat.
Adanya landasan keimanan yang kuat akan membuat seseorang memahami adanya kewajiban dalam menyampaikan kebenaran. Sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur’an. Seperti firman Allah Swt, “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fussilat: 33)
Dengan demikian maka dalam sistem Islam, masyarakat akan dibina oleh negara dengan dorongan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. dalam menggunakan media sosial. Dengan keimanan dan ketakwaan ini penggunaan media sosial akan dilakukan dengan bijak dan akan mengantarkan masyarakat menjadi orang-orang yang beruntung karena didorong oleh keimanan
Khatimah
Dalam sistem Islam negara tidak akan membiarkan industri kapitalisme menguasai media sosial. Sehingga konten-konten atau interaksi tidak hanya sebatas banyak viewer tetapi apakah akan berdampak buruk pada generasi atau tidak. Maka media sosial juga akan dimanfaatkan sebagai sarana dakwah amal makruf nahi mungkar, dan sebagai sumber informasi. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
