"Kiamat" Bakteri dan Problem Kesehatan Global

kiamat bakteri dan problem kesehatan

"Kiamat" bakteri merupakan problem kesehatan global yang terjadi di seluruh negara pada semua tingkat pendapatan.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-"Kiamat" bakteri jamur diprediksi akan mengancam nyawa umat manusia hingga 70 persen pada 2050 mendatang. Secara kumulatif dari tahun 2025 hingga 2050 akan ada 39 juta kematian yang diakibatkan resistansi antimikroba (AMR) terhadap obat-obatan. Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation Chris Murray yang juga menangani penelitian tentang bakteri jamur memperkirakan kondisi akan bertambah buruk dan dunia butuh penanganan yang tepat untuk antibiotik baru serta pengelolaannya agar masalah ini bisa teratasi dengan baik. (cnnindonesia, 18-9-2024)

Dua tren kematian yang saling berlawanan karena "kiamat" bakteri tengah terjadi. Pertama, tren penurunan kematian AMR pada anak usia di bawah 15 tahun. Penurunan ini disebabkan adanya program vaksinasi, air, dan sanitasi. Kedua, tren peningkatan kematian AMR pada rentang usia di atas 50 tahun. Murray berpendapat bahwa makin tua usia seseorang, makin rentan terhadap infeksi parah.

WHO juga menyatakan bahwa "kiamat" bakteri jamur yang menimbulkan resistansi antimikroba merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan masyarakat dan pembangunan global. Pada 2019, "kiamat" bakteri ini telah mengakibatkan kematian pada 4,95 juta jiwa. (who.int, 21-11-23)

Mengenal Antimikroba

Antimikroba, termasuk di dalamnya antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit adalah obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah penyakit menular pada hewan, manusia, dan tumbuhan. Resistansi antimikroba (AMR) terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit tidak lagi merespons obat antimikroba. Akibatnya infeksi akan sulit atau bahkan mustahil untuk diobati. Risiko penyebaran penyakit pun meningkat, penyakit akan menjadi lebih parah sehingga bisa menimbulkan kecacatan dan kematian.

AMR sendiri merupakan proses perubahan genetik pada patogen yang terjadi secara alami pada waktu tertentu. Kemunculan dan penyebaran AMR sangat dipengaruhi percepatan aktivitas manusia, terutamanya penyalahgunaan dan penggunaan antimikroba secara berlebihan untuk mengendalikan, mencegah, serta mengobati infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Kondisi inilah yang memicu terjadinya "kiamat" bakteri dan berakibat fatal pada kesehatan manusia.

Problem Kesehatan Global

Obat antimikroba merupakan landasan bagi pengobatan modern. Akan tetapi, kemunculan dan penyebaran patogen yang memiliki resistansi terhadap obat akan mengancam kesehatan global dan membahayakan pengobatan modern. AMR akan membuat prosedur ataupun perawatan medis lain, seperti operasi, operasi caesar, dan kemoterapi kanker akan jauh lebih berisiko.

Kiamat bakteri merupakan problem kesehatan global yang terjadi di seluruh negara pada semua tingkat pendapatan, tetapi negara dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah cenderung lebih tinggi risiko terjadinya. Faktor penyebab terjadinya resistansi ini meliputi sulitnya akses terhadap air bersih, sanitasi, dan kebersihan; buruknya pencegahan, perawatan, dan pengendalian infeksi di rumah; buruknya akses terhadap vaksin, diagnostik, dan obat-obatan berkualitas; serta minimnya kesadaran.

baca: Menjaga Amanah Kesehatan

Selain itu, AMR juga berdampak pada kesehatan hewan dan tanaman. Kondisi ini akan mengancam produktivitas peternakan dan ketahanan pangan.

"Kiamat" Bakteri Saat Ini

Laporan Sistem Pengawasan Penggunaan dan Resistansi Antimikroba Global tahun 2022 menyoroti tingkat resistansi patogen bakteri di 76 negara. Hasilnya, 42 persen mengalami resistansi terhadap bakteri e. coli yang bisa menimbulkan infeksi terhadap saluran kemih, hal ini memicu kerentanan terhadap antibiotik standar. Kemudian, bakteri usus klebsiella pneumoniae juga mengalami peningkatan resistansi terhadap obat-obatan dan mengakibatkan naiknya risiko infeksi yang sulit diobati.

Selanjutnya, kasus infeksi jamur yang sulit diobati karena disebabkan penyebaran bakteri candida auris. Bakteri ini sangat resistan terhadap banyak obat. Akhirnya infeksi jamur invasif pun menjadi perhatian penting WHO. Beberapa kasus penyakit lain yang juga menjadi pemicu resistansi antimikroba adalah penyakit tuberkulosis (TB), malaria, HIV, dan penyakit tropis terabaikan (NTD).

Selain kecacatan dan kematian, "kiamat" bakteri ini juga sangat berpengaruh pada perekonomian suatu negara. AMR menimbulkan biaya yang sangat besar karena kebutuhan perawatan yang lebih mahal dan intensif. Bank Dunia memprediksi bahwa AMR dapat meningkatkan biaya kesehatan sebesar US$1 triliun pada 2050 dan kerugian pada produk domestik bruto sebesar US$1 sampai US$3 triliun pada 2030.

Aksi Global Mengatasi "Kiamat" Bakteri

Untuk mengatasi "kiamat" bakteri yang menyebabkan AMR, negara-negara mengadopsi Rencana Aksi Global (GAP) yang bertajuk One Health. WHO pun bekerja sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Lingkungan PBB (UNEP), dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WHOAH). Keempat lembaga itu dikenal sebagai Quadripartite yang akan membahas kebijakan-kebijakan terkait AMR.

Prioritas untuk mengatasi AMR dalam kesehatan manusia ditekankan pada upaya untuk pencegahan semua infeksi yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam penggunaan antimikroba, memastikan akses universal terhadap diagnosis berkualitas, pengobatan infeksi secara tepat, informasi yang jelas dan tepat, pengawasan penggunaan antimikroba, penelitian dan pengembangan vaksin, serta informasi mengenai obat-obatan baru.

WHO pun meluncurkan Sistem Pengawasan Resistansi dan Penggunaan Antimikroba Global (GLASS) untuk mengisi kesenjangan pengetahuan dan menginformasikan strategi di seluruh negara. GLASS akan menggabungkan data dari pengawasan  AMR pada manusia dan pengawasan dalam penggunaan serta konsumsi antimikroba. Data ini akan terintegrasi dengan One Health.

Kegagalan Kapitalisme

"Kiamat" bakteri telah menjadi problem kesehatan global dalam kapitalisme. Program pencegahan dan penanggulangan AMR telah digalakkan sejak tahun 2015. Kendatipun begitu, upaya itu belum menemukan titik terang penyelesaian. Berbagai studi yang dilakukan justru mengisyaratkan hasil tak terduga, yakni kenaikan angka kematian akibat "kiamat" bakteri.

Problem kiamat bakteri-jamur ini merupakan problem kompleks yang solusinya tidak bisa hanya mencakup pencegahan dan penanggulangan AMR. Lebih dari itu, "kiamat" bakteri adalah permasalahan sistemis. Permasalahan ini timbul karena kemiskinan struktural yang mengakibatkan sulitnya akses air bersih, sanitasi, layanan kesehatan yang sulit dijangkau, dan lain sebagainya. Kemiskinan adalah problem yang mendarah daging di dalam kapitalisme.

Kapitalisme telah gagal mewujudkan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh rakyat, terlebih lagi di dunia negara ketiga. Sistem ini meniscayakan privatisasi terhadap air, sumber daya lain, dan kesehatan. Akibatnya hanya orang-orang berduit yang bisa merasakan fasilitas itu. Jadi, mau apa dan bagaimanapun solusi pencegahan serta penanggulangan yang diberikan WHO atau organisasi lain tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah "kiamat" bakteri ini selama masih sistem kapitalisme yang menjadi landasan.

Islam Mengatasi Kiamat Bakteri

Berbeda dari ideologi kapitalisme, Islam akan mewujudkan kesejahteraan di seluruh wilayah yang menjadi bagian dari Khilafah. Kemiskinan adalah hal yang sangat mudah untuk dientaskan. Politik ekonomi Islam akan menjamin setiap warga negaranya bisa memenuhi berbagai kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan dengan berbagai mekanisme. Islam akan menciptakan iklim kondusif bagi seluruh pencari nafkah dan menyediakan layanan kesehatan yang mudah diakses oleh seluruh rakyat, termasuk pelayanan cek kesehatan secara berkala. Layanan kesehatan juga akan diberikan secara cuma-cuma untuk seluruh rakyat.

Kondisi di atas sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasul saat menerima hadiah seorang dokter. Rasul pun menjadikan dokter tersebut sebagai dokter umat. Ini menunjukkan bahwa kesehatan adalah tanggung jawab negara.  Di sisi lain, negara akan menghilangkan privatisasi terhadap sumber daya alam milik umum, seperti air. Seluruh rakyat berhak untuk mendapat air bersih. Oleh karena itu, negara akan mengatur mekanisme penyaluran air bersih hingga bisa dinikmati oleh seluruh rakyat.

Khatimah

Kapitalisme telah gagal mengatasi berbagai problem kesehatan, termasuk "kiamat" bakteri. Ini membuktikan bahwa sudah saatnya kita mengganti sistem hari ini dengan sistem Islam yang akan mampu menyelesaikan berbagai masalah kesehatan.

Sungguh keberkahan akan mengalir pada seluruh penduduk bumi jika Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 96:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ

Artinya: “Jikalau penduduk negeri beriman, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”

Wallahua'lam bishawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Arum Indah Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Geng ART Tawuran, Muruah Wanita Hilang?
Next
Represifitas Aparat, Mampukah Demokrasi Mengenyahkannya ?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram