“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.“
(QS.Al-Munafikun : 11 )
Oleh. Andrea Aussie
(Pemred NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ada rasa sesak memenuhi ruang jiwaku saat kubaca hasil diagnosis pasienku. Apa yang kutakutkan menjadi kenyataan. Pikiranku berkecamuk mencoba mencari jalan bagaimana harus kuterangkan semuanya pada pasienku.
“Bagaimana hasilnya, Dok?” tanya pak Ridwan memecah kesunyian. Kutatap wajah pak Ridwan dan istrinya yang duduk di depan meja kerjaku. Kucoba mengatur napas agar penjelasanku bisa diterima oleh mereka.
“Pak Ridwan dan Bu Sherly, sepertinya malam ini Ibu Sherly harus dioperasi caesar!” kataku hati-hati.
“ Operasi caesar, Dok? Malam ini?” tanya pak Ridwan kaget.” Bukankah kandungan istri saya belum genap 39 minggu’ kan?”
“Pak Ridwan dan Bu Sherly, ada beberapa hal yang harus saya beritahu tentang kehamilan Bu Sherly sehingga harus diputuskan malam ini melakukan operasi caesar.
Yang pertama, dalam dunia medis usia bayi sudah bisa dikatakan normal sejak usia 37 minggu sampai 41 minggu. Usia kandungan Ibu Sherly sudah lebih dari 38 minggu jadi sudah cukup untuk lahir.
Yang kedua, kondisi bayi lehernya terlilit tali pusar dan posisi bayi pun malpresentasi dengan kata lain sungsang. Dan yang berikutnya adalah kista ovarium Ibu Sherly makin membesar. Kista tersebut dikhawatirkan pecah dan menyebabkan ovarium bergeser (Torsi Ovarium ) sehingga bisa menyebabkan ibu hamil kesakitan yang luar biasa. Dan dari hasil test CA-125 kami menduga kista ovarium Ibu Sherly berpotensi ke arah kanker…” terangku panjang lebar.
“Maaf Dok, separah itukah kondisi istri saya?
Kulihat wajah pak Ridwan dan ibu Sherly kebingungan.
“Kondisi bu Sherly memang seperti itu, Pak! Kami harus segera mengambil tindakan. Perlu Bapak ketahui juga, luka bekas operasi anak Bapak yang keempat belum sembuh secara sempurna dan kini ibu Sherly harus mengalami operasi caesar lagi. Dulu saya sudah menasihati agar menunda kehamilan ke-5 dengan jarak setidaknya minimal 2 tahun, namun nyatanya ibu Sherly sudah hamil anak ke-5!”
“Kami hanya ingin mengikuti sunah Rasulullah saw. yang menganjurkan memilki keturunan sebanyak mungkin seperti sabdanya dalam hadis Ahmad, Ibnu Hibban, dan Abas:
تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّيْ مُكَاشِرٌ بِكُمُ اْلأَنْبِيَاءَ يَومَ الْقِيَامَةِ
“Nikahikah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para Nabi nanti pada hari kiamat “
Kutatap wajah pak Ridwan. Mencoba tersenyum walaupun hatiku merasa getir mengapa terlalu egois dengan mempertaruhkan nyawa istrinya sendiri.
“Saya paham tentang hadis tersebut, Pak! Tapi Bapak juga harus melihat kondisi istri Bapak. Istri Bapak juga mempunyai riwayat jantung yang lemah dan tensi darah yang sangat rendah juga. Ini sangat berbahaya lho, Pak ! Banyak kasus ibu-ibu melahirkan yang kehilangan nyawa“
“Baiklah Dok, lakukan saja yang terbaik untuk istri saya. Selamatkan anak dan istri saya!”
“Kami akan mencoba berusaha yang terbaik, namun hasilnya kita serahkan kepada Allah Swt. Bapak dan Ibu dipersilakan mengurus administrasi dan lain-lainnya. Insyaallah pukul 10 malam kami agendakan Ibu Sherly masuk ruang operasi ya.“ ujarku lembut.
Kuantar pak Ridwan dan ibu Sherly keluar dari ruang kerjaku.
Aku kembali ke meja kerjaku lalu membuat beberapa catatan. Tiga puluh menit kemudian kupanggil tim bedah berjumlah 6 orang untuk melakukan operasi caesar. Ada dokter Arista bagian Anestesi bersama suster Heni, ada dokter Haifa spesialis anak, suster Maya dan suster Amel asistenku serta suster Dewi bagian perinatology.
“Oke, sengaja saya kumpulkan di sini sehubungan nanti malam tepat jam 10 kita akan melakukan operasi caesar serta pengangkatan kista ovarium. Saya ingin semuanya mempelajari tentang kasus pasien ini mengingat pasien mempunyai riwayat jantung yang lemah dan tensi darah yang sangat rendah. Kondisi bayi terlilit tali pusar di lehernya serta posisi sungsang. Ada kista ovarium yang cukup besar hampir menutupi leher rahim. Lebih jelasnya kalian pelajari filesnya ini.” Kataku sambil memberikan masing-masing files tentang kondisi pasien.
“Kita harus punya beberapa planning jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Apakah kita akan memberikan bius umum ataukah spinal block atau epidural? “ tanya dokter Haifa.
“Kemungkinan besar kita memberikan bius spinal block saja namun tidak menutup kemungkinan menggunakan bius umum mengingat operasi yang akan kita lakukan cukup lama. Dari operasi caesar berlanjut ke pengangkatan kista ovarium.“ jawab dokter Arista.
“Baiklah, sehubungan saat ini waktunya sholat Zuhur dan makan siang, maka kita break dulu. Saya mohon pelajari riwayat pasien ini dan kita harus kembali lagi untuk mendiskusikannya.
Untuk suster Dewi mohon persiapkan pasien untuk puasa sebelum menjalani oparasi caesar.
“Siap Dok ! jawab suster Dewi.
Satu persatu mereka meninggalkan ruangan kerjaku. Aku segera mengambil air wudu untuk menyerahkan diri kepada haribaan-Nya dan berdoa semoga operasinya berjalan lancar.
Baca juga : https://narasipost.com/cerpen-cerbung/10/2023/susuk/
Detak jarum jam terus berpacu mengitari ke angka 9.40 pm. Aku bersiap menuju ruang bedah yang tak jauh dari ruang kerjaku. Kurapikan baju kamar bedahku sebelum kubuka pintu kamar bedah itu.
Langkahku tegap memasuki kamar bedah. Semua tim bedah sudah siap dengan tugasnya masing-masing.
“Bu, insyaallah kami akan mencoba berusaha yang terbaik namun tetap hasilnya kita serahkan kepada Allah Swt. Silakan kalau Bu Sherly mau berdoa sebelum dokter Arista memberikan obat bius “ kataku lembut.
Bersamaan ibu Sherly selesai berdoa, dokter Arista segera membersihkan area punggung tempat jarum disuntikkan dengan antiseptik. Setelah itu dokter Arista menyuntikan obat anestesi ke dalam cairan serebrospinal yang mengelilingi syaraf tulang belakang. Dalam waktu lima menit kemudian bu Sherly sudah tidak merasakan apa-apa di bagian perut sampai ujung kaki.
Kubersihkan area perut pasien yang akan kami bedah. Kami memutuskan mengambil sayatan horizontal tepat di atas bagian rambut. Pemberian infus untuk mempermudah memberian cairan dan obat-obatan selama operasi bedah pun kami persiapkan. Begitu juga pemberian kateter yang berguna untuk menjaga kandungan kemih agar tetap kosong selama operasi berlangsung.
Tanganku terus bergerak. Sayatan demi sayatan pada lapisan perut terus kulakukan. Dimulai dari lapisan serosa luar (perimetrium), lapisan otot (myometrium), lapisan mukosa bagian dalam (endometrium), dan beberapa lapisan lainnya hingga sampailah pada lapisan rahim.
Sebuah pemandangan menakjubkan tampak di depan kami. Sosok bayi laki-laki mungil dengan leher terlilit tali pusar berhasil kami keluarkan. Kuserahkan bayi mungil itu ke dokter Haifa dan aku kembali menyelesaikan tugasku mengambil bagian plasenta untuk dikeluarkan.
Aku dan tim bedahku melanjutkan pengangkatan kista ovarium. Kista yang cukup besar hampir menghalangi leher rahim, sehingga menyulitkan proses persalinan normal.
Akhirnya proses penjahitan pun segera dilakukan. Ada 7 lapisan yang harus kami lakukan untuk dijahit. Jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim itu sendiri. Masing-masing jahitan berukuran 10 s.d. 15 cm dengan diameter 0,3 cm.
“Dok, bayinya ada kendala. Dokter Haifa memintamu untuk mengeceknya !” suara cemas suster Dewi mampu menghentikan tanganku saat sedang sibuk menyelesaikan jahitan lapisan perut terakhir.
“Dokter Arista bolehkah ambil alih pasien ini? Saya mau menengok bayi dulu. Yang lainnya tolong tetap fokus pada tugas masing-masing, jangan lupa mengecek kestabilan kondisi pasien ya !” kataku tegas.
Kulangkahkan kakiku menuju area bayi yang baru lahir. Kulihat dokter Haifa masih berkutat menyelamatkan bayi yang mulai membiru. Bayi yang terkulai lemas seolah tanpa denyut jantung apalagi keluar tangisan.
Kuambil bayi mungil itu. Kugosok-gosok seluruh tubuhnya untuk memberi kehangatan di tubuhnya. Kutepuk-tepuk bagian dada, punggung, perut, juga menekan telapak kakinya semata untuk merangsang pernapasannya. Kuangkat tubuhnya, kusandarkan pada bahuku dan kutepuk-tepuk punggungnya. Akhirnya aku mencoba mengisap cairan dari mulut dan hidung bayi menggunakan pipa isap kecil untuk membersihkan sumbatan dan memastikan kedua lubang hidungnya terbuka dengan penuh.
Aku dan dokter Haifa hampir menyerah dengan kondisi bayi itu. Berkecamuk perasaanku bagaimana caranya menyelamatkan bayi itu.Tubuhnya makin membiru tanpa tangisan maupun desah napas mungilnya. Aku berusaha tetap tenang walaupun kutahu jika bayi mengalami asfiksia (kekurangan oksigen saat persalinan ) lebih dari 5 menit biasanya tidak tertolong.
“Ya Allah, berikanlah seutas nyawa untuk makhluk mungil ini. Izinkanlah hamba-Mu yang mungil ini untuk menikmati indahnya dunia dan menjadi khalifah di bumi ini.“ Sebuah doa dan harapan tiba-tiba meluncur dari bibirku tanpa sadar dengan tangisan kucoba tahan.
Pertolongan Allah datang. Tiba-tiba sebuah batuk kecil keluar dari mulut bayi saat aku melakukan tepukan pada bagian dadanya. Dan tangisan bayi pun melengking memecah seluruh ruang operasi. Rasa cemas seolah sirna berganti rasa syukur dan bahagia menyelimuti perasaan kami. Seutas nyawa telah tersemat pada mahkluk mungil itu.
Baru saja kuserahkan bayi mungil ke dokter Haifa, tiba-tiba suster Amel datang menghampiriku. Dengan suara bergetar dia mengatakan bahwa pasien sudah tiada. Aku segera menuju pasien yang masih di terbaring di meja operasi. Kerongkonganku seolah tercekat dan debur jantung seolah terhenti saat kuperiksa denyut nadi ibu Sherly sudah tiada. Senyum manis menghiasi wajahnya yang sendu seolah ikhlas dalam menghadap Sang Pemilik.
Kuperiksa bagian tubuhnya yang lain. Sayatan di perut sudah terjahit dengan rapi dan bersih.
“Kapan pasien ini mengembuskan napas terakhirnya?” tanyaku parau. Genangan air mata tak terbendung menetes membasahi wajahku.
“Kami tidak tahu persis kapan waktu beliau mengembuskan napas terakhirnya. Saat itu kami sedang sibuk membersihkan pasien dari operasi ini. Kondisi pasien pun terpantau normal hanya efek obat anestesia masih terlihat sedikit.” terang dokter Arista.
“Saya bertugas mendampingi pasien selama proses persalinan. Saat beliau mendengar lengkingan suara bayinya yang pertama, beliau berusaha bangkit dengan gerakan kepalanya namun tiba-tiba terkulai lemas. Saya cek denyut nadinya sudah berhenti. Saya menengok wajahnya dan ternyata matanya sudah terpejam dengan senyum manisnya .Besar kemungkinan pasien ini wafat bersamaan dengan tangisan pertama bayinya. Mungkin pukul 11.10 pm.“ kata suster Amel.
Aku termangu. Diam membisu seolah pita suaraku tercekam. Pikiranku berkecamuk seolah tak percaya dengan apa yang terjadi. Tetesan bening mulai merayapi pipiku sebagai ungkapan kesedihan yang tiada tara.
“Pergilah engkau ke surga-Nya seperti sabda Rasulullah saw.dalam hadis Ahmad, Dawud, Nasai dan Malik. Allah Swt. memberikan jaminan surga bagi yang mati syahid saat hamil dan melahirkan. Dan engkau salah satunya. Maafkan kami!” kataku sambil menutup wajahnya dengan selembar kain hijau yang biasa digunakan di ruang bedah.
Kulangkahkan kakiku keluar dari ruang operasi diikuti tim bedah. Dokter Haifa menyerahkan bayi mungil kepada pak Ridwan yang dari tadi menunggu di luar kamar bedah bersama 2 saudaranya.
Wajahnya bersinar dan menciumi putranya yang barus lahir dengan bahagia.
“Bagaimana keadaan dengan istri saya, Dok?”Bolehkah saya menjenguknya?” Tanya pak Ridwan penuh harap.
Kuatur napasku dan perlahan kuembuskan seolah mengeluarkan beban berat yang selama ini kusimpan.
“Maafkan kami, Pak Ridwan. Kami sudah mencoba berusaha yang terbaik, namun rupanya Allah Swt lebih menyayangi bu Sherly.”kataku pelan.
Kulihat bahu pak Ridwan terguncang hebat. Dipeluknya bayi mungilnya dengan ketat seolah menahan kesedihan yang luar biasa.
Kulangkahkan kakiku menuju ruang ganti pakaian. Tatapanku nanar saat kulihat petugas mayat mendorong brankar jenazah bu Sherly diiringi tangisan keluarganya.
Malam kian larut. Jarum jam menunjukan ke angka 01.20 am dini hari. Lamunanku buyar saat berbunyi dering telpon dari suamiku. Dia mengatakan sudah menungguku di halaman parkir untuk menjemputku. Dengan rasa malas kutinggalkan ruang kerjaku. Saat kulewati koridor ruang bedah yang kebetulan hampir berdampingan dengan ruang kerjaku, aku merasakan sensasi aneh. Telingaku seolah mendengar tangisan merintih seorang wanita diiringi lengkingan bayi yang menangis menyayat hatiku. Kubuka ruang bedah namun ternyata gelap gulita. Bulu kudukku berdiri. Kukunci kamar bedah dan segera kulangkahkan kakiku menemui suamiku di halaman parkir.
Semilir angin menemani lajunya mobil kami. Diam membisu berusaha mencerna bianglala kehidupan. Pikiranku mengingat kembali peristiwa di ruang bedah. Bergelut mempertahankan seutas nyawa.
Seutas nyawa...
Kehadiran dan kepergiannya senantiasa penuh misteri.
Membiarkan tarian ranting-ranting zikir dalam melodi dunia
Namun..
Resap dalam renung..
Tempat pulang merebahkan jiwa….
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.“
(QS.Al-Munafikun : 11 )
****
Double Bay Sydney, 27 Oktober 2023
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Seolah-seolah saya melihat langsung proses operasi Bu Sherly.. perut saya terasa ngilu, dan badan sy terasa lemas. Mungkin karena saya terlalu menghayati isi cerpennya. Betapa berat perjuangan seorang ibu, seutas nyawa dipertaruhkan demi nyawa baru.
Barakallah Mom...
Terima kasih mbak Mila atas apresiasinya. oh ya mana naskah storymu ttg laptopmu?
Tegang, nangis, bahagia bercampur jadi satu.
Kisah yang memberikan banyak pelajaran. Kisah yangmembuatku larut dengan bayangan betapa sibuknya para dokter dan timnya saat aku d meja operasi. Membaca karya ini membuatku banyak menahan napas. La hawla wala quwwata illa billah
Barokallah Mom
saya itu tidak bisa menulis jika dibandingkan dengan dirimu yang sangat lihai dalam menulis cerpen/sastra.
Terima kasih ya mbak Afiyah
Masya Allah ....
Tidak ada satu orang pun yang dapat menunda atau memajukan ajal. Semoga kita dimatikan dalam keadaan membawa iman dan Islam. Aamiin
aamiin ya Rabb. Naam mbak..
Masyaa Allah mom..tulisannya sangat meremas perasaan..memang benar tugas seorang dokter itu sangat mulia...
Semoga mom senantiasa diberikan kesehatan dan keistiqomahan meniti jalan-Nya..
aamiin ya Mujabasilin. Sama2 berbagi ilmu mbak. Terima kasih ya
Semakin sadar, bahwa hidup mati kita hanyalah milik Allah... Termasuk kita sebagai wanita yang memiliki fitrah melahirkan. Tidak mudah tampaknya bagi pasien dan keluarga maupun dokter untuk mengambil keputusan operasi caesar, semuanya harus senantiasa tawakal kepada Allah. Menerima apapun keputusan Allah. Baik melahirkan dengan operasi caesar ataupun normal, sejatinya keduanya adalah kehendak Allah...
Di samping itu, tulisan ini menggambarkan aktivitas dokter maupun perawat yang mungkin tidak banyak diketahui orang lain... Tidak mudah menjadi mereka ketika menghadapi situasi seperti kisah di atas...
Betul mbak. Point utama saya memang ttg ajal manusia yang sangat berharga. yang kedua, saya ingin berbagi ilmu ttg dunia medical yang kali ini saya ambil ttg operasi caesar dimana tergambar jelas ttg 7 lapisan perut, berapa ukuran jahitan, macam obat bius dll ditambah latar belakang saya yang mengalami caesar sekaligus kista ovarium..
Di tunggu naskah2mu yang keren juga mbak, sudah cukup lama diirimu tdk menulis ya?
Maasyaalah mom. Membaca tulisannya seperti bisa merasakan seolah-olah ada didalamnya. Merinding dan terharu sampai tidak terasa menertes air mata. Mengingatkan untuk selalu mengisi waktu dengan baik karena ajal tidak pernah kita tahu datangnya kapan.
Betul mbak, saling mengingatkan walau dengan membaca sebuah tulisan bahwa ajal akan selalu mengintai siapapun di dunia ini..
Terima kasih mbak, bagaimana kabar klg di Sopeng?
Hidup mati seseorang adalah Hak Prerogatif Allah.
Cerita yang keren. Membuat pembaca hanyut dalam alurnya.
Makasih ya mbak. ditunggu naskahmu yang keren juga ya
MasyaAllah, satu jiwa hadir di dunia dan satu jiwa meninggalkan dunia.
Menjelang operasi caesar itu memang rasanya kayak mau pindah alam. Meski sudah pernah mengalami, tetapi tiap kali operasi rasanya tetap takut.
Cerpen yang inspiratif, Mom. Keren.
Menulis Story atau Cerpen sama susahnya dalam menulis Opini karena butuh fakta akurat apalagi berbau medis. Pinginnya NP memiliki story2 yang banyak mengandung ibrah, pembelajaran, ilmu yang jarang ditemui spt tentang 7 lapis kulit manusia saat mau di bedah..
Di tunggu juga naskahmu ya mbak Ragil dan trimakasih atas suportnya...
Ada yang datang dan ada yang pergi. Dunia memang tempatnya datang dan pergi. Suka dan duka kadang datang dalam waktu yang bersamaan. Tiada yang mampu menghalangi kala takdir-Nya telah menyapa. Menyambut haru sekaligus pilu. Itulah kehidupan dunia.
Welldone mba Andrea. Barokallah...
Benar bangat Nay, itulah kenapa saya sisipkan sejumput puisi sbg penggambaran nyawa manusia yang dititipkan smtr..
Makasih ya Nay..
Masyaallah ... saya pas baca seperti lagi nonton drama yang berlatar rumah sakit. Pernah nonton drama yang seperti ini, tegang banget waktu lihat dokter-dokter di ruang bedah sedang menyelamatkan nyawa pasien. Kadang ada tangis bahagia, tapi kadang juga ada tangis kesedihan saat pasien meninggal. Aku terbawa suasana ceritanya, nih. Keren Mom
Makasih ya, berlatar belakang kisahku sdr saat mau melahirkan dan operasi Kista Ovarium hehehe
Masya Allah ceritanya, bisa menggambarkan bagaimana suasana saat di meja operasi.
Terkadang kasian juga di posisi istri yang seperti ini. Inginnya punya banyak anak tapi kondisi tidak memungkinkan, pas suami ga mau tahu kondisi kesehatan istrinya.
Ceritanya bikin suami harus paham juga kondisi istri, selain anak itu amanah juga kondisi kesehatan yang harus diperhatikan
Meski hanya dalam dunia fiksi. Bahagia banget Haifa menjadi dokter spesialis anak 🙂
Apalagi tindakannya epic bgt menyelamatkan bayi bu Sherly dan Pak Ridwan. Bayinya selamat, tapi bu sherly wafat.
Ya Allah
kasian bayinya :'(
Ya Allah rasa sesak dan haru terhanyut dalam alur cerita. Betapa besar tanggung jawab seorang dokter dan tim medis untuk memberikan yang terbaik untuk pasiennya. Perjuangan seorang ibu yang sangat luar biasa hingga mempersembahkan nyawanya untuk si buah hati.
Ingat impian ku menjadi seorang dokter
Keren Mba Dia naskahnya merebut hatiku terhanyut dalam rasa sendu
naskah itu bukan karya mbak Dia Dwi, tapi naskah saya mbak hehehhe
Benar, memperbanyak anak karena ingin mewujudkan hadis Rasulullah bahwa Beliau akan berbangga dengan banyaknya jumlah umatnya harus dibersamai dengan akal sehat. Jika kondisi istri tidak baik-baik saja maka menjarangkan itu lebih baik.
MaasyaAllah .... perjuangan seorang ibu yang ingin anaknya selamat, dengan sabar dan ikhlas
dan upaya maksimal Tim medis...
Namun Allah Maha Yang Maha Mengetahui ....
Barakallahu fiik Mom...
Eh ini fakta atau fakta dan fiksi ya...
Ya Allah, Mom you are the best, paling bisa mengaduk aduk perasaan orang lewat tulisan. Aku ikut nangis bacanya.
Kehadiran dan kepergian sungguh rahasia Allah. Story yang apik Mommy. Aku jadi teringat saat operasi CS anak ke-2 ku.
Ternyata seperti ini step by stepnya.
Mendengar lengkingan tangisan bayi kita sungguh bahagia tiada tara.
Barakallahu fiikunna tim dokter.
Masyaallah. Baru baca awalnya saja sudah merasa sedih dan ikut terbawa suasana. Perjuangan seorang ibu memang luar biasa. Barakallah mom. Tulisannya selalu bikin baper
Story Mom selalu keren. Dapet banget feelnya.
Pengorbanan ibu memang sangat luar biasa ya Mom. Dari cerita di atas aku jadi keinget persalinan anak pertamaku. Dia terlahir dengan sungsang, saat awal lahir tidak menangis, dan badannya membiru. Ku kira sudah tidak ada. Alhamdulillah setelah dilakukan beberapa tindakan tangisnya pecah. MasyaAllah, Allah lah yang Maha Mengetahui.
Barakallah Mom.
Terima kasih atas suportnya..
Masyaallah tabarakallah , kuhela napas perlahan saat membacanya hingga akhinya Kuberpikir, apa pun yg terjadi telah tertulis dilangit_Nya.
Mbak Mimi kemana saja?
Baru bacaaaa, isinya
Bukan mengandung bawang lagi ini mah isinya..
Seorang ibu yang mempertaruhkan nyawanya. Seorang ayah yang luar biasa. Seorang baby yang lucuuu..
Bagus banget mom, isinya ❤️
Ada namaku di sana
Barakallah ❤️
hehehehh. afwan menculik namamu.. sbg kenangan untuk rilis bukuku dalam salah satu naskahnya heheh
MasyaAllah, sungguh mulia tugasmu Mom. Berjibaku mempertahankan seutas nyawa, di balik misteri arti kehadiran dan kepergiannya ❤️
saya baru belajar menulis mbakku hehehe
Sudah bahagia mau anestesi pasien, eh si pasien wafat.
Tulisan yang berhasil mengaduk2 emosi. Baarakallah Mom
Kan seru kisahnya..
Baca tulisan Mom isinya beragam, cemas, bahagia, sedih juga ada takut ☺️.. Ya Allah begitulah tulisan takdir, tiada siapa bisa menyangkanya
Naam mbak ajal sangat susah diprediksi ya..
Kisah yang luar biasa. Sarat wawasan medis dan hikmah akan kehidupan.
Naam mbak. Ayo di tunggu naskahmu masa dikirim terus ke media lain? hehhehe
Ya Allah....Begitu rahasia segala takdir yang telah tertulis.
Nama-nama tokohnya sangat femiliar di KonaPost. Ilmu berbalut kisah yang luar biasa bikin merinding.
Kan disengaja menculik nama2 para konapost biar terkenang hehheh. intinya berbagi ilmu medis, syiar Islam dll
Kisah yang mengingatkan pada kita bahwa hanya Allahh Swt yang menentukan kapan manusia datang ke dunia dan kapan manudia harus meninggalkan dunia. Hidup dan mati ada di tangan -Nya. Dan kematian adalah nasehat terbaik bagi manusia Menjadi seorang ahli medis berarti sering mendapatkan nasehat itu ya..
Keren Mom tulisan storynya
Naam mbakku, saling mengingatkan tentang ajal walau via sebuah cerita ya.
Syukron ya mbak atas suportmu slm ini
Pas baca berasa lagi di ruang operasi. Dag dig dug dan pecah tangisku (tangis bahagia) saat si bayi mulai menangis. Dikira bakalan berhenti nangisnya, eh pas tau ibunya meninggal makin berderai air mata . Perjuangan ibu yang melahirkan. Masya Allah
Tulisannya keren Mom. Masya Allah Barakallah
alhamdulillah.. penghargaan tertinggi untuk sosok Ibu, itulah kenapa Allah sangat meninggikannya..
Terima kasih atas suportnya ya
Ya, Allah kisahnya hampir sama dengan yang saya alami, bedanya bayi saya yang dipanggil Allah. Barakallah, Mom. Cerita yang keren sekali.
masyaAllah wa tabarakallah untuk Mom Andrea. miss you, semoga sehat selalu. aamiin
[…] Baca: Seutas Nyawa […]