Toleransi Kebablasan Merusak Akidah

Toleransi Kebablasan Merusak Akidah

Hari ini umat Islam kebanyakan tidak mengerti arti toleransi yang sesungguhnya. Toleransi yang ada sudah kebablasan.

Oleh. Yani Astuti
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Seorang muslim semestinya bisa menjaga keyakinan mereka dengan tidak mencampuradukkan agamanya dengan agama lain. Tanpa disadari hal ini menyebabkan dirinya terjerumus pada kemurtadan. Namun, lagi-lagi toleransi terus digaungkan bahwa antar-umat beragama harus berpartisipasi dalam perayaan agama lain, seperti perayaan Natal dan tahun baru (Nataru).

Pemkot Surabaya misalnya, sangat memfokuskan dalam persiapan menyambut perayaan Nataru. Persiapan yang dilakukan yaitu dengan memberikan keamanan tempat beribadah guna menjaga kerukunan antarumat beragama. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan adanya kejadian yang tidak diinginkan selama perayaan Natal. Karena itu, harus ada pengamanan secara optimal. Untuk itu, Pemkot Surabaya Eri Cahyadi telah berkoordinasi kepada seluruh gereja di Surabaya. (JawaPos.com, 13-12-2014)

Sikap toleransi juga ditunjukkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar. Menurutnya, sebagai warga bangsa yang hidup dalam lingkup keberagaman, kita seharusnya memelihara hubungan antar-umat beragama dengan baik. Dirinya juga menyerukan kepada masyarakat untuk saling menjaga keharmonisan menjelang perayaan Nataru 2024—2025. Menteri Agama juga mengatakan bahwa sikap toleransi kepada umat agama lain merupakan bagian penting untuk mewujudkan kerukunan serta menjadi bukti kebesaran dan martabat bangsa kita. (Radarsampit.jawapos.com, 15-12-2024)

Ide Barat Melahirkan Toleransi Kebablasan

Toleransi terus diserukan menjelang perayaan Nataru. Toleransi yang dimaksudkan, seseorang yang ikut berpartisipasi dalam perayaan Nataru maupun mengucapkan selamat pada perayaan Natal, menandakan bahwa dirinya telah melaksanakan toleransi dengan baik. Begitu pun sebaliknya, jika tidak ikut berpartisipasi dan tidak mengucapkan selamat pada hari besar agama lain, dengan mudah dirinya langsung dicap sebagai intoleran.

Padahal, seorang muslim seharusnya tetap menjaga akidahnya dengan tidak ikut berpartisipasi dalam perayaan umat beragama lain. Sebab, hal ini sangat bertentangan dengan keyakinan umat Islam yang akan merusak akidahnya. Namun, hari ini umat Islam kebanyakan tidak mengerti arti toleransi yang sesungguhnya. Toleransi yang ada sudah kebablasan.

Baca juga: Toleransi Sejati Menghormati, Bukan Mengikuti

Sikap toleransi yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat negara dan umat muslim guna menjaga kerukunan dan keamanan umat beragama lain merupakan hal yang keliru. Apalagi seruan moderasi beragama yang terus disebarkan dengan dalih bahwa semua agama adalah sama dan benar. Karena itu, terjadilah toleransi yang kebablasan. Ditambah adanya hak asasi manusia (HAM) yang menjadi acuan, membuat umat muslim sendiri berbelok dari pemahaman Islam yang benar. Hal ini terjadi karena tidak adanya penjagaan dari negara mengenai akidah. Negara juga membiarkan umat muslim mencampur-adukkan ajaran agama Islam dengan agama lain.

Inilah sebab dari penerapan sistem demokrasi kapitalisme. Sistem yang mengusung pemahaman-pemahaman Barat yang kemudian diambil oleh umat muslim sendiri. Masuknya pemahaman-pemahaman Barat ini semestinya bagi umat muslim tidak boleh terpengaruh. Jika umat muslim mudah terpengaruh apalagi sampai ikut-ikutan merayakannya, yang terjadi adalah umat muslim sendiri tidak menjadikan aturan Allah dan Rasul-Nya sebagai satu-satunya aturan yang benar.

Toleransi yang Diajarkan Islam

Sungguh Islam memiliki cara bertoleransi kepada umat agama lain dengan benar dan jelas, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Toleransi yang benar ialah pada saat Rasulullah saw. didatangi oleh kafir Quraisy. Mereka mengajak Rasulullah untuk bertoleransi dengan cara Rasulullah menyembah Tuhan mereka dan kaum kafir Quraisy akan menyembah apa yang disembah Rasulullah. Kaum Quraisy mengajak bertoleransi mengenai permasalahan agama masing-masing. Dalam hal ini apabila ada ajaran-ajaran dari agama masing-masing dari mereka maka harus diamalkannya. Namun, tawaran tersebut ditolak dengan tegas oleh Allah dan Rasul-Nya seperti yang ada pada surah Al-Kafirun, "Untukmu agamamu, untukku agamaku."

Sikap seorang muslim dalam bertoleransi semestinya cukup membiarkan umat nonmuslim melaksanakan ibadahnya masing-masing. Islam juga melarang umat muslim mencampur-adukkan antara yang hak dan batil dan tidak mengganggu peribadatannya. Namun, umat muslim wajib mengajak dan mendakwahi nonmuslim untuk masuk Islam. Apabila mereka menolak, umat Islam tidak boleh sampai memaksanya.

Sungguh, sikap toleransi yang dilakukan kebanyakan umat muslim hari ini ialah hal yang berlebihan atau kebablasan. Padahal, hal demikian dengan tegas telah disampaikan dalam hadis Rasulullah saw.. Ia bersabda, "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dalam hal ini, umat Islam tidak boleh mengurangi keyakinan bahwa Islam sebagai satu-satunya agama yang benar (yang lain salah) dan satu-satunya jalan keselamatan di akhirat (yang lain tidak). Islam hanya dibolehkan untuk bermuamalah dengan umat nonmuslim, seperti jual beli atau mengajar dalam sekolah. Islam juga mengajarkan untuk berbuat baik kepada nonmuslim. Namun, hal tersebut tidak boleh sampai berlebihan. Oleh sebab itu, harus ada penjagaan dari negara yang menerapkan Islam secara kaffah mengenai akidah untuk bertoleransi kepada nonmuslim. Hal ini telah dibuktikan pada saat negara Khilafah berdiri selama 1300 tahun lamanya. Saat itu kerukunan antar-umat beragama selalu terjaga. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Yani Astuti Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Pemuda Tolak Kenaikan PPN, Wujudkan Perubahan Hakiki
Next
Jual Beli Bayi: Kehancuran Moral di Sistem Kapitalistik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram