Aku tekadkan niatku untuk menulis dengan segala suka duka di dalamnya. Tak peduli naskah yang aku tulis akan tayang atau tidak.
Oleh. Sulastri
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Banyak yang menganggap bahwa menulis itu susah. Lebih tepatnya, menulis memiliki banyak suka duka. Ada yang hobi membaca, tetapi tidak hobi menulis. Namun, banyak juga yang hobi menulis, lo. Aku termasuk yang tengah-tengah, kadang suka menulis, kadang gantung pena. Entahlah, terkadang diri ini tidak memiliki ide untuk menulis. Menulis sejatinya adalah amanah yang diberikan padaku.
Aku dan tim daerah mendapat amanah menulis delapan naskah tiap bulan. Sayangnya, banyak teman penulis daerah juga gantung pena. Alhasil terkadang hanya diriku saja atau dua orang yang menulis sehingga jumlah tulisan sangat kurang dari delapan tiap bulan. Aku merasa gagal ketika tak bisa menjalankan amanah dengan baik.
Aku tersadar bahwa tujuan menulis adalah untuk berdakwah, membongkar kedok penguasa, dan mencerdaskan umat. Lalu kuambil penaku dan mulai mencoba menulis opini. Aku masih di zona nyaman sehingga rubrik yang sering aku tulis adalah opini.
Tulisan selain rubrik opini, sebagian besar aku tulis saat challenge di NP. Akibat jarang menulis selain rubik opini, ada beberapa naskahku yang tak layak tayang waktu challenge di NP. Aku tersadar bahwa menulis selain rubik opini seharusnya jangan hanya challenge saja.
Suka Duka Challenge di NP
Ngomong-ngomong soal challenge di NP, diriku tak selalu mengikutinya. Ketika ada kendala membuat diriku tak bisa mengikuti challenge. Challenge di NP selalu bertabur hadiah dan mengasah pikiran. Banyak penulis hebat yang ikut serta. Aku yang cuma anak kemarin sore ini juga terkadang ikut serta mengikuti challenge, walau tak sering. Meski tak percaya diri, aku memberanikan diri ikut meramaikan, walaupun berpikir mustahil untuk menang yang penting berusaha saja dahulu.
Aku teringat firman Allah yang berbunyi: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Aku tekadkan niatku untuk menulis dengan segala suka duka di dalamnya. Tak peduli naskah yang aku tulis akan tayang atau tidak. Terpenting, aku sudah menjalankan kewajibanku. Di samping itu, aku harus menulis sebaik mungkin dengan self editing KBBI, EYD, dan lain-lain. Nyatanya diri ini juga masih belum cukup menguasai KBBI dan EYD. Namun, yang namanya belajar tidak ada kata terlambat.
Cita-Cita dan Suka Duka Meraihnya
Dahulu waktu SMA pernah bercita-cita menjadi penulis novel. Nyatanya sampai hari ini tidak pernah menulis cerpen atau cerbung. Entahlah, untuk menulis sastra tidak terlintas ide dalam pikiran. Seolah pikiran terasa buntu. Aku kagum pada teman-teman yang lihai menulis sastra.
Menulis sastra bagiku sulit karena cara penulisannya berbeda dan harus berpikir keras untuk merangkai cerita. Mungkin diriku harus ke luar dari zona nyaman untuk memulai menulis sastra. Segala sesuatu memang harus dicoba dahulu, tidak peduli mau tayang atau tidak. Terpenting coba saja dahulu.
Sebuah impian besar adalah bisa menerbitkan buku. Ya, itulah harapan kebanyakan penulis, termasuk diriku. Aku yang tak bergelar sarjana ini tidak pernah memiliki prestasi. Namun, jika diri ini masih saja malas tentu tak ada karya yang dimiliki. Karya terbaik umat manusia adalah karya yang dapat membawanya ke surga. Sebuah pencapaian terbesar umat manusia adalah masuk surga.
Tujuan Menulis
Kembalikan lagi tujuan menulis, yaitu untuk berdakwah. Berdakwah lewat tulisan berharap menjadi ladang amal, walaupun dakwah secara lisan juga amat penting. Aku masih berproses dan belajar untuk bisa berdakwah secara lisan maupun tulisan. Aku teringat cerita mom tentang seorang penulis yang sudah meninggal, tetapi tulisannya masih dibaca hingga saat ini. Begitu banyak pahala yang mengalir padanya karena menulis adalah amal jariah.
Baca: usia-senja-aku-pilih-menulis/
Walaupun penulis sudah meninggal, pahalanya terus mengalir. Itulah sebuah keutamaan menulis ilmu yang bermanfaat. Aku tahu betul bahwa menulis sangat penting. Aku berharap tak melewatkan waktu untuk menulis. Namun, terkadang faktanya diri ini masih malas untuk menulis. Aku masih sering mengabaikan untuk segera menulis. Dalam pintaku pada Sang Pencipta, aku berharap dijauhkan dari rasa malas dan menunda-nunda pekerjaan. Semoga doa ini dikabulkan Allah.
Aku berpikir bagaimana dengan seseorang yang menulis sesuatu yang dibenci Allah dan hingga saat ini tulisannya masih dibaca dan dipraktikkan oleh banyak orang. Tak terbayang sudah berapa banyak dosa penulis tersebut. Membayangkan itu membuatku tersadar bahwa aku harus menulis sesuatu yang bermanfaat. Tulisanku harus bisa mencerdaskan umat.
Aku ingin hidupku bermanfaat untuk orang lain. Tentu saja aku tidak mau hidupku sia-sia. Menulis adalah salah satu jalannya. Menulis bukan tentang bisa atau tidak. Namun, menulis itu tentang mau atau tidak. Ibaratnya, ketika kamu berusaha tentu akan membuahkan hasil.
Aku berpikir bahwa menulis adalah kemampuan. Nyatanya, menulis adalah keterampilan yang bisa diusahakan. Karena itu, aku pun menumbuhkan semangat menulis dengan mengembalikan tujuan menulis, yaitu untuk berdakwah. Semua hal yang niatnya karena Allah akan terasa ringan.
Ilmu Gratis
Tak jarang saat menulis ada saja suasana hati yang berantakan. Entahlah, harusnya aku bisa mengelola hati dan pikiran sehingga aku bisa tetap menulis. Ketika menulis memang begitu banyak suka duka yang dihadapi. Mulai dari gantung pena dalam waktu yang amat lama, ada juga waktu ketika rajin menulis.
Harusnya aku selalu rajin menulis. Aku memang biasa-biasa saja ketika menulis, tak sebagus tulisan teman yang lain. Namun, di NP aku diajarkan banyak hal seperti sharing ilmu kepenulisan, ujian KBBI, dan lain-lain sehingga aku bisa berproses. Sebuah ilmu gratis yang sangat bermanfaat. Terima kasih NP.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Suka duka dalam menulis pasti selalu ada. Satu yang pasti tujuan menulis adalah untuk menyampaikan kebaikan Islam. Barakallah mba @Sulastri
[…] Baca: Suka Duka Menulis […]