
Dari sudut pandang Islam, perjuangan dalam pembebasan Palestina bukanlah perjuangan nasionalisme, melainkan bagian dari jihad mempertahankan tanah Islam dari penjajahan.
Oleh. Rika Kamila, S.Ag.
(Kontributor Nararasiliterasi.id)
NararasiLiterasi.id-Populasi Gaza mengalami penurunan sebesar 6 persen sejak konflik dengan Israel pecah pada Oktober 2023. Data dari Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS), yang dikutip oleh Al Arabiya menyebutkan sekitar 100.000 warga Palestina meninggalkan wilayah tersebut, sementara lebih dari 55.000 orang dilaporkan meninggal. Dari jumlah tersebut 45.500 orang tewas dan 11.000 lainnya dinyatakan hilang. Lebih dari setengah korban merupakan wanita dan anak-anak, berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan Palestina. Selain itu, seorang pejabat UNICEF melaporkan bahwa tujuh bayi Palestina meninggal akibat cuaca dingin di Jalur Gaza pada akhir Desember. (tempo.co, 2-1-2025)
Jalan Panjang Pembebasan Palestina
Tak ada kata-kata yang mampu menggambarkan penderitaan dahsyat yang telah dirasakan muslim Palestina sejak Oktober 2023 lalu. Dunia menjadi saksi nyata ketidakmampuan kaum muslimin di seluruh dunia menuntaskan fenomena genosida tersadis di abad ke-21. Terlepas dari sejarah masa lalu Israel dengan cita-citanya merebut paksa tanah air Palestina (baca: penjajahan), nyatanya genosida Israel terhadap Palestina mempertontonkan sisi lain yakni tentang siapa yang tengah menguasai sistem kekuasaan dunia dengan segala embel-embelnya yang nyata memusuhi Islam; umatnya, ajarannya, dan visi misi agamanya.
Hal ini bisa kita lihat dari rangkaian sikap dunia dalam merespon masalah genosida ini yang dengan jelas mendukung penjajahan Israel. Amerika Serikat adalah pendukung utama Israel secara finansial. Sejak 1948, AS telah memberikan lebih dari $150 miliar dalam bentuk bantuan langsung kepada Israel. Mayoritas bantuan ini berupa dukungan militer.
Pada tahun 2017, AS di bawah pemerintahan Donald Trump, memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, yang secara de facto mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah ini dikecam secara luas oleh dunia internasional. Gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) yang mendukung Palestina sering kali dikriminalisasi di negara-negara Barat, seperti Jerman, Prancis, dan sebagian besar negara bagian di AS.
Media global, terutama di Barat, sering kali membingkai konflik Palestina-Israel sebagai "pertahanan diri Israel" daripada penjajahan atau apartheid. Istilah yang digunakan, seperti "konflik" alih-alih "penjajahan" atau "pembersihan etnis", menunjukkan bias yang menguntungkan Israel.
Upaya Pembebasan Palestina
Resolusi untuk mengutuk tindakan Israel, seperti Resolusi 242 (1967) telah meminta Israel mundur dari wilayah yang diduduki. Namun, Israel tetap tidak mematuhi resolusi ini tanpa konsekuensi nyata. Veto Resolusi Palestina untuk mendapatkan pengakuan sebagai negara penuh sering kali diblokir, terutama oleh AS dan sekutunya.
Baca Juga: Resolusi PBB, Solusi Konflik Palestina?
Politik global secara jelas menunjukkan keberpihakan terhadap Israel, baik melalui dukungan langsung maupun tidak langsung. Hal ini memperkuat dominasi Israel dalam konflik Palestina-Israel dan menghambat tercapainya keadilan bagi rakyat Palestina. Keberpihakan ini disebabkan oleh faktor geopolitik, ekonomi, dan lobi politik yang kuat, yang semuanya menciptakan sistem yang mendukung status quo penjajahan Israel.
Dunia Islam Menyikapi Pembebasan Palestina
Dunia Islam hari ini tidak memiliki kekuatan untuk melawan dominasi negara-negara besar seperti Amerika Serikat yang mendukung Israel. Parahnya, beberapa negara muslim bahkan mulai menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, seperti melalui Abraham Accords. Beberapa negara Arab, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan, menormalisasi hubungan dengan Israel di bawah tekanan diplomatik dan insentif ekonomi dari AS. Normalisasi ini dianggap mengkhianati perjuangan Palestina.
Dalam dunia Islam pula telah terjadi konflik internal di negara-negara muslim, seperti di Suriah, Yaman, dan Irak yang tentu saja semakin melemahkan kemampuan dunia Islam untuk memberikan dukungan nyata dalam pembebasan Palestina. Hal ini menciptakan ketimpangan kekuatan yang sulit diatasi oleh Palestina sendirian.
Baca Juga: Bersatu Membebaskan Palestina
Padahal dari sudut pandang Islam perjuangan dalam pembebasan Palestina bukanlah perjuangan nasionalisme, melainkan bagian dari jihad mempertahankan tanah Islam dari penjajahan. Membela Palestina dipandang sebagai kewajiban umat Islam secara kolektif untuk mencegah kehancuran tempat-tempat suci. Maka, menempatkan jihad dan khilafah wajib dijadikan elemen kunci agar konflik Palestina segera berakhir. Kedua konsep ini didasarkan pada ajaran syariat Islam yang mengedepankan keadilan, kedaulatan umat, dan pembebasan dari kezaliman.
Solusi Mutlak dengan Jihad dan Khilafah
Jihad fisik merupakan upaya langsung untuk melindungi tanah Palestina dari pendudukan dan penjajahan Israel. Ini melibatkan berbagai bentuk perlawanan, termasuk operasi militer yang sah sesuai dengan hukum internasional. Sebagai kiblat pertama umat Islam, Masjid Al-Aqsa memiliki kedudukan istimewa. Membela kesuciannya adalah bagian dari jihad fisik yang menjadi kewajiban umat Islam. Jihad fisik harus dilakukan di bawah komando kepemimpinan yang sah untuk menghindari kekacauan dan memastikan tujuan strategis tercapai. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang didasarkan pada persatuan umat dan penerapan syariat secara menyeluruh.
Dalam sejarah, khilafah memiliki tradisi militer yang kuat yang dapat digunakan untuk melindungi wilayah Islam dan membebaskan tanah yang diduduki. Khilafah memiliki potensi untuk menyatukan negara-negara muslim di bawah satu kepemimpinan dan menghilangkan fragmentasi politik yang sering menjadi kelemahan dalam membela Palestina. Selain itu, khilafah menjamin hak-hak dasar setiap individu, termasuk perlindungan bagi warga Palestina dari diskriminasi dan kekerasan. Khilafah dapat membangun aliansi internasional yang kuat untuk menekan Israel dan negara pendukungnya melalui diplomasi yang berorientasi pada keadilan.
Membangun Kesadaran Umat
Melalui pendidikan, dakwah, dan kampanye global, umat Islam harus disadarkan tentang pentingnya khilafah dan jihad dalam membela Palestina. Negara-negara muslim perlu memperkuat kerja sama politik untuk mendukung gagasan khilafah dan melawan dominasi pro-Israel.
Jihad dan khilafah adalah dua pilar penting dalam pendekatan ideologis Islam terhadap masalah Palestina. Jihad memberikan kerangka perjuangan fisik, ekonomi, dan intelektual untuk melawan penjajahan. Sementara itu, khilafah menawarkan sistem politik yang dapat menyatukan umat Islam dan memberikan perlindungan yang efektif bagi Palestina. Kedua konsep ini memerlukan kesadaran kolektif, kerja sama strategis, dan komitmen jangka panjang dari seluruh umat Islam. Dengan begitu, khilafah dan jihad dapat mewujudkan solusi yang berkelanjutan.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

[…] Baca juga: Pembebasan Palestina Hanya dengan Jihad dan Khilafah […]