Khilafah, Galang Pasukan untuk Palestina

khilafah Galang pasukan

Khilafah terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman tak hanya bagi muslim, tetapi juga bagi non muslim, bahkan bagi alam semesta.

Oleh. Arda Sya'roni
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-"Bau amis darah sisa asap mesiu. Sesak nafasku. Mayat-mayat bergeletakan. Tak terkubur dengan layak…" demikian sepenggal lirik lagu Puing yang dinyanyikan oleh Iwan Fals. Di penggalan lirik berikutnya, "Banyak jatuh korban. Dari mereka yang tak mengerti apa-apa. Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan. Seorang ibu muda yang baru melahirkan. Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya"

Derita Gaza

Lirik lagu "Puing" tersebut sungguh mendeskripsikan kondisi Gaza saat ini. Mayat-mayat tergeletak di sepanjang jalanan, potongan tubuh berceceran, banjir darah, sungguh nyawa seakan tak berarti di Gaza. Kehilangan keluarga adalah hal biasa. Bahkan ada di antaranya yang terpaksa mengasuh adiknya yang masih bayi, padahal dirinya pun masih seorang anak yang butuh diasuh.

Tangis mereka tak dapat lagi tertumpah karena derita yang bertubi-tubi diterima. Pemadaman aliran listrik, keterbatasan obat, ketiadaan bahan makanan menambah beban mereka. Alhasil, mereka jalani operasi tanpa bius, menampung air hujan untuk bertahan hidup dan sejumput rumput atau tanaman gulma liar yang tumbuh menjadi santapan mereka. Namun sayang, dunia seakan terpejam mata. Teriak warga Gaza seakan tak terdengar. Raga mereka bak boneka tak bernyawa yang layak dipermainkan oleh Zionis. Bukankah warga Gaza adalah saudara seiman kita juga? Bukankah Islam mengajarkan bahwa umat Islam laksana satu tubuh. Apabila ada bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit juga.

Dikutip dari cnnindonesia.com, 19-4-2025, warga Gaza terpaksa mulai memakan daging kura-kura untuk memenuhi kebutuhan protein mereka imbas krisis makanan akibat pengepungan dan genosida yang dilakukan Israel. Mereka tidak pernah menyangka akan menyantap daging kura-kura, tetapi inilah satu-satunya pilihan alternatif protein yang ada.

Kebrutalan Zionis

Kebiadaban Zionis sungguh tiada tara. Bukannya berhenti setelah kesepakatan gencatan senjata, mereka justru semakin brutal dan bertindak di luar batas kemanusiaan. Tubuh-tubuh tak berdosa terlempar di udara sebab rudal yang dijatuhkan di pemukiman. Paramedis dan wartawan sengaja dihujani tembakan, bahkan dibakar hidup-hidup. Sekolah, rumah sakit, masjid, tempat pengungsian justru menjadi sasaran rudal. Bukankah itu semua sudah melanggar aturan perang?

Belum lagi penganiayaan yang ditujukan pada wanita dan anak-anak serta tawanan perang, semuanya di luar nalar yang tak selayaknya dilakukan pada manusia. Sebaliknya, tentara Zionis sebagai tawanan perang yang berada di tangan Hamas diperlakukan dengan sangat manusiawi dan penuh kasih sayang.

Baca juga: Mengakhiri Nestapa Palestina

Melihat fakta ini, pantaskah kita hanya terdiam terpaku? Sedangkan semua fakta ini terjadi di saat narasi HAM dan perlindungan anak digaungkan. Namun nyatanya, narasi-narasi tersebut tak mampu menghentikan kebrutalan Zionis. Pemimpin-pemimpin negeri hanya mampu sebatas mengecam dan memberi bantuan, tidak mengirimkan tentara mereka. Lupakah mereka dengan fakta bagaimana bani Israil kerap mengingkari perjanjian yang dibuat? Sudah berpuluh-puluh tahun pula perang ini terjadi, bukankah mereka melanggar dan melanggar lagi?

Sekat Nasionalisme

Kapitalisme dan sekularisme telah menjadikan umat tersekat oleh batasan imajiner yang disebut negara. Bahkan para kepala negara negeri muslim tak berkutik akibat perjanjian-perjanjian yang mengikat mereka. Berita tentang Gaza telah bergema di penjuru negeri. Derita mereka telah pula dipertontonkan. Namun, kita tetap tak bergeming, hanya karena sekat nasionalisme. PBB sebagai lembaga internasional yang digadang-gadang mampu menyelesaikan konflik ini, bagaikan macan ompong, tidak mampu menunjukkan taringnya. Lemah dan tunduk pada sang penjajah. Padahal semua ini semestinya mampu membuka mata dan menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional tersebut. Semua aturan yang dilahirkannya hanya sekedar omong kosong, tanpa aksi nyata.

Rasulullah bersabda, "Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)

Khilafah untuk Masa Depan Gaza

Masa depan Gaza hanya bisa diraih melalui kepemimpinan politik Islam atau khilafah. Khalifah atau pemimpin dalam negara Islam akan berfungsi sebagai raain (pengurus) dan junnah (pelindung). Khilafah tidak akan rida bila kezaliman menimpa rakyatnya. Khilafah terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman tak hanya bagi muslim, tetapi juga bagi non muslim, bahkan bagi alam semesta.

Hal ini karena Khilafah hanya menerapkan syariat Islam dalam aktivitas hariannya. Khalifah sebagai pemimpin akan senang hati mengurus umat karena kesadaran penuh akan amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Satu nyawa sangat berarti bagi Khilafah, bahkan nyawa janin sekalipun. Khilafah yang bersandar pada syariat Islam dalam pemerintahannya akan menjaga akidah, nyawa, harta, nasab, serta akal umat. Dengan demikian kehidupan gemilang yang damai sejahtera akan terwujud nyata.

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk terlibat dalam memperjuangkan kembalinya Khilafah ini. Perjuangan menegakkan Khilafah merupakan hujjah kita ketika anak-anak Gaza menuntut kita kelak di hadapan Allah. Selama umat masih terikat pada nasionalisme warisan penjajah, mereka tidak akan pernah benar-benar bersatu, dan jihad pun tidak akan digerakkan. Maka, umat Islam harus mencampakkan nasionalisme, menyadari bahwa penjajahan hanya bisa dihentikan dengan persatuan umat dalam satu kepemimpinan global, yaitu Khilafah.

Khalifah dalam Khilafah akan menyeru pada tentara muslim di seluruh penjuru dunia untuk bersatu menumpas penjajah Zionis. Tidak ada kata yang tepat melawan tabiat kaum zionis, selain kata jihad. Tidak pula ada sistem yang tepat untuk menciptakan kedamaian yang penuh berkah kecuali dengan Islam melalui Khilafah.

Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Arda Sya'roni
Arda Sya'roni Kontributor NarasiLiterasi.id
Previous
Momen Istimewa dalam Hidup
Next
Label Halal Tetapi Mengandung Babi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram