Solusi Kelaparan Sistemis di Gaza

Kelaparan Sistemis

Kelaparan Palestina yang bersifat sistemis harus diselesaikan dengan mewujudkan kembali institusi politik Islam.

Oleh. Hany Handayani Primantara, S.P
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id--Setelah serangan bertubi-tubi digencarkan Israel dengan bom dan senjata tidak berhasil menggentarkan perjuangan kaum muslim Palestina, kini mereka gunakan senjata primitif berupa kelaparan sistemis di Gaza. Ancaman malnutrisi hingga kelaparan kritis yang terjadi di Palestina secara sengaja dibentuk dengan memblokade lokasi distribusi bantuan agar akses terhadap bantuan tertutup.

Bantuan berupa bahan pangan dan air bersih sulit diperoleh warga. Walhasil warga bertahan hidup dengan memanfaatkan pangan ternak, rumput liar serta air limbah pembuangan. Setidaknya ada lebih dari 239 warga Palestina yang meninggal akibat kelaparan dan gizi buruk termasuk anak-anak. (Aljazeera.com, 24-08-25)

Gaza Humanitarian Foundation (GHF) menjadi alat strategi Zionis dan AS untuk mempercepat genosida demi mengosongkan wilayah Gaza. Mereka sengaja melaparkan penduduk Gaza hingga mati mengenaskan atau terpaksa berburu bantuan ke tengah dan selatan, di titik itulah rakyat gaza dibombardir masal dengan sadis atau mereka dipaksa untuk dievakuasi ke luar perbatasan.

Sungguh sangat keji perlakuan yang dilakukan oleh kaum Zionis. Warga muslim Palestina diperlakukan layaknya binatang. Demi mendapatkan bahan pangan, kaum muslim harus mempertaruhkan nyawa mereka. Tidak sedikit korban berasal dari rakyat sipil, reporter, serta tenaga kesehatan saat mereka sedang bertugas.

Pemimpin Negeri Muslim Pengecut

Para pemimpin kaum muslim seakan tuli dan buta. Mereka diam saja melihat kondisi saudara mereka dibantai. Tidak ada tindakan ataupun kebijakan yang tegas atas kezaliman tersebut. Rezim Mesir sebagai negara terdekat justru menunjukkan rasa pengecutnya dengan enggan membuka gerbang perbatasan Rafah yang merupakan salah satu jalur distribusi bantuan ke Palestina.

Begitu pula dengan negeri-negeri muslim yang jauh dari Palestina, hanya  bisa sekadar mengecam, memberi bantuan kemanusiaan, serta doa yang secara tidak langsung belum mampu menghentikan kekejaman kaum Zionis dan pengikutnya. Dorongan bantuan yang dilakukan sebagian besar kaum muslim hanya dilandasi atas dasar kemanusiaan dan rasa empati mereka terhadap warga Palestina. Bukan berlandaskan tolak ukur syarak yang bersumber dari keimanan kepada Allah Swt.

Tolak ukur Islam sudah lama hilang dari jiwa mereka, diganti dengan standar-standar keuntungan duniawi semata. Tidak lagi mengenal dan mengharap rida illahi, yang ada hanya keinginan meraih kesuksesan dan kebahagiaan bagi negaranya sendiri. Sikap mereka jauh dari harapan mendapat pahala dan cita-cita tertinggi menjemput syahid.

Padahal sikap, perasaan dan pandangan mereka merupakan barometer untuk mengukur tingkat keimanannya kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Sebagaimana sabda Nabi saw. berikut: “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap acuh para pemimpin negeri kaum muslim ini menunjukkan pengkhianatan serta pengecutnya mereka terhadap Zionis dan AS. Kecintaannya terhadap dunia dan seisinya melebihi cinta mereka kepada saudara mereka sendiri hingga tega membiarkan saudaranya menjemput syahid di tanah kelahirannya.

Baca juga: Mengakhiri Nestapa Palestina

Di Balik Politik Kelaparan Sistemik

Perlu diketahui bahwa kejadian di Gaza bukan sekadar tragedi kemanusiaan semata. Benang merah dari kusutnya kasus yang terjadi selama ribuan tahun hanyalah satu faktor utamanya, yakni pencaplokan wilayah umat Islam yang saat ini ditempati warga Palestina oleh para antek Zionis dan kroni-kroninya, termasuk negara adidaya Inggris dan Amerika.

Mereka sengaja mengambil alih wilayah Palestina untuk mencengkeram jantung umat Islam. Menjadikanya konflik abadi sebagai bentuk penjajahan terhadap negeri-negeri muslim yang notabene merupakan thoriqoh mabda mereka. Demi mempertahankan kekuasaannya menjadi pusat rujukan ideologi setiap negara di dunia dan menjadi negara adidaya dalam jangka waktu lama.

Berbeda ketika umat Islam masih dalam satu naungan kepemimpinan Khilafah. Musuh-musuh Islam tidak ada yang berani berbuat zalim sedemikian rupa. Wilayah Palestina amat dijaga dan dilindungi oleh Khalifah Abdul-Hamid II saat Theodor Hezl berniat busuk merebut Palestina. Palestina bisa dengan mudah mereka dapatkan justru ketika ketiadaan Khilafah sang penjaga. Di saat yang sama, mereka sekaligus mampu menguasai negeri-negeri muslim lainnya. Mereka pecah kaum muslim menjadi lebih dari 50 negara lengkap dengan sekularisme sebagai asas dan undang-undangnya. Kaum muslim dijerat oleh ikatan nasionalisme, menghilangkan ikatan akidah yang selama ribuan tahun menyatukan kaum muslim.

Kaum Muslim Butuh Institusi Khilafah

Saat itulah momen terburuk kaum muslim terjadi, di mana kabar yang disampaikan oleh Rasul saw. terbukti. Bahwa kaum muslim tidak memiliki kekuatan lagi. Bagai buih di lautan dan menjadi hidangan lezat diperebutkan banyak pihak saking banyaknya jumlah mereka. Fakta itu terjadi hingga detik ini, ketika lebih dari 2,04 milyar umat Islam tidak ada satu pun yang mampu menolong Gaza dan Palestina dari kezaliman yang dilakukan oleh Zionis yang jumlahnya tidak lebih dari 10 juta di muka bumi ini.

Dari sini jelas bahwa perkara kelaparan Palestina yang bersifat sistemis harus diselesaikan dengan perhitungan dan perencanaan yang matang. Target utamanya mewujudkan kembali institusi politik Islam yang berfungsi sebagai perisai penjaga. Institusi yang mampu memobilisasi seluruh kekuatan umat Islam dalam satu kepemimpinan mengusir penjajah. Mampu mengelola seluruh potensi umat, baik kekuatan militer dan sumber daya, menyatukannya menjadi kekuatan yang menggentarkan musuh. Sesuai firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an Surah Al Baqarah ayat 190: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Institusi tersebut adalah Khilafah Islamiyyah. Sebuah negara yang mampu menyatukan kaum muslim selama lebih dari 14 abad dengan landasan ikatan aqidah. Melalui penerapan hukum syara dalam kehidupan menghasilkan kesejahteraan dan menjadi digdaya di zamannya. Di mana keberadaannya kelak merupakan janji Allah yang harus diyakini oleh kaum muslim. Sabda nabi: “Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR. Ahmad dan Al-Bazar).

Hal ini tentu diawali dari sebuah kesadaran bahwa keimanan adalah asas kehidupan. Konsekuensi imannya melahirkan keterikatan terhadap hukum syarak yang kelak mampu menghasilkan kemuliaan serta rahmat bagi seluruh alam. Semua ini mewajibkan adanya dakwah kepada Islam secara kaffah. Yakni dakwah ideologis yang bersifat pemikiran, politis, berjamaah dan tanpa kekerasan sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Logo NaLi website-
Hany Handayani Primantara, S.P. Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Ketakutan Kafir Barat Akan Kebangkitan Islam
Next
Untuk Gaza yang Tak Gentar
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ayno
Ayno
19 days ago

The world needs khilafah

trackback

[…] Baca juga: Solusi Kelaparan Sistemis di Gaza […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram