Topan Yagi yang menjadi badai terkuat tahun ini, bukan saja menunjukkan adanya faktor alam. Bisa jadi ini adalah bukti peringatan dari Allah Swt.
Oleh. Tutik Haryanti
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Topan Yagi telah menerjang beberapa wilayah di Asia. Seperti Cina, Vietnam, Thailand, Filipina, dan Myanmar yang juga terkena badai topan Yagi beberapa waktu lalu. Topan Yagi ini memicu banjir bandang, tanah longsor, dan kerusakan parah infrastruktur di berbagai daerah.
Dikutip dari cnnindonesia.com (16–09–2024), topan Yagi menghantam Myanmar pada Minggu (15–09) yang menyebabkan banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah Myanmar. Jumlah korban yang meninggal semula 33 orang, kini meningkat menjadi 89 orang dan 65.000 orang terpaksa meninggalkan rumahnya. Ibukota Myanmar, Naypyidaw, termasuk wilayah yang terkena banjir cukup parah. Sebelum Myanmar, topan Yagi menerjang Vietnam dan menurunkan 226 orang. Topan Yagi mendapatkan predikat badai terkuat di Benua Asia sepanjang tahun 2024.
Mengenal Topan Yagi
Topan Yagi, di Filipina dikenal dengan Badai Tropis Enteng, yaitu siklon tropis yang melanda Filipina, Tiongkok, dan Vietnam pada awal September 2024. Berbeda jika dalam Bahasa Jepang "Yagi" berarti kambing atau konstelasi Kaprikornus. Topan Yagi adalah Badai ke-11 yang memiliki kekuatan kategori 5 pertama dan merupakan paling hebat dalam musim topan tahun ini.
Menurut BMKG, fenomena topan Yagi bermula dari area tekanan atmosfer rendah, angin kencang, dan hujan lebat. Dengan radius 150-200 km/jam, suhu udara laut 26,5 derajat celsius. Dampak topan Yagi sendiri paling cepat sehari dan paling lama tiga puluh hari.
Topan Yagi dan Penderitaan Penduduk Myanmar
Badai topan Yagi telah memorak-porandakan sebagian besar wilayah Myanmar. Tentu saja kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Selain banyak warga yang meninggal, kehilangan tempat tinggal, juga infrastruktur serta lahan pertanian yang rusak akibat banjir. Hal ini membuat junta pemerintah Myanmar dan pejabat setempat segera turun tangan dengan mendatangi lokasi banjir serta memberikan bantuan.
Junta pemerintah Myanmar, Min Aung Hlain, meminta bantuan kepada negara asing untuk membantu para korban. Namun, sayangnya keinginan ini dihalangi oleh junta militer di Myanmar. Pasalnya, semenjak terjadi konflik antara junta pemerintah dan junta militer Myanmar yang sudah tidak sejalan, ketegangan demi ketegangan terus terjadi.
Perang saudara yang sudah berlangsung selama kurang lebih empat tahun, ditambah lagi banjir bandang akibat topan Yagi semakin menambah penderitaan penduduk Myanmar. Hal ini berdampak pada meluas dan meningkatnya kekerasan di seluruh negeri. Pun kurangnya akses terhadap kemanusiaan yang terjadi, sehingga mereka hidup dalam kemiskinan dan ketakutan.
Pentingnya Mitigasi Topan Yagi
Korban banjir akibat topan Yagi di Myanmar sangatlah banyak. Selain kondisi wilayahnya yang rentan terhadap bencana alam, juga terdapat suhu ekstrem, kekeringan, siklon, badai, dan hujan lebat. Bencana Ini juga dipengaruhi oleh lemahnya mitigasi. Mitigasi sangat diperlukan terutama wilayah yang rentan bencana. Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.
Strategi mitigasi yang dapat dilakukan yakni dengan penyambungan kembali dataran banjir, pemindahan tanggul, avulsi terkendali, perumahan baru, pembangunan ekonomi di lahan-lahan risiko banjir yang tidak terlalu parah, serta pentingnya edukasi masyarakat tentang upaya pencegahan dan pasca banjir.
Krisis Kemanusiaan
Namun sayangnya, Myanmar belum mampu mewujudkan itu semua. Hal ini disebabkan perang saudara yang masih terus berkecamuk. Perseteruan warga Rakhine yang beragama Buddha dan Rohingya yang beragama Islam belum juga berhenti.
Bahkan terjadi genosida terhadap warga Rohingya sehingga banyak dari mereka yang mengungsi dan terpaksa meninggalkan negaranya untuk mencari suaka. Rakyat menjadi korban perebutan kekuasaan. Dari sini, Myanmar mengalami krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, mitigasi bencana tidak mendapat prioritas utama dalam kebijakan negara.
Baca: Mata Uang Zimbabwe Menuju Standar Emas
Menyikapi Bencana dalam Islam
Islam hadir bukan hanya sebagai agama ritual saja. Namun, mampu mengatasi berbagai permasalahan kehidupan, termasuk dalam mengatasi banjir. Terjadinya banjir sesungguhnya berasal dari tangan-tangan manusia itu sendiri. Sebagaimana dengan firman Allah Swt.,
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41 ).
Persoalan banjir memerlukan penanganan yang serius, baik dari individu, lingkungan, dan negara. Negara Islam mempunyai peranan yang sangat besar terhadap upaya mitigasi, yakni penanganan dan dampak yang ditimbulkan akibat banjir tersebut. Oleh karena itu, negara Islam akan mengupayakan secara maksimal hal-hal yang telah disebutkan di atas.
Di sisi lain, banjir bukan saja permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam saja. Namun, bencana dapat diartikan sebagai bentuk kasih sayang dan peringatan dari Allah Swt. yang menuntut muhasabah dari semua pihak. Seperti yang terjadi di Myanmar yang telah melakukan intimidasi dan genosida terhadap muslim Rohingya. Sementara tidak ada satu pun pemimpin Islam yang mampu memberikan solusi hakiki bagi mereka.
Inilah salah satu yang harusnya menjadi perhatian bagi negara Myanmar dan negara-negara lain yang sudah memperlakukan umat Islam secara biadab. Padahal, dahulu saat Islam memimpin dunia, umat beragama dapat hidup bersanding dengan rukun dan damai. Seperti Palestina yang terdapat tiga agama bermukim di tempat yang sama. Yaitu Islam, Yahudi, dan Nasrani. Ketiganya saling mencintai dan menjaga toleransi di bawah Daulah Islamiah.
Khalifah sebagai pemimpin negara Islam (Khilafah) yang menjadi pengurus dan pelindung rakyat, akan selalu mengajak rakyatnya untuk meninggalkan segala bentuk kemaksiatan. Apalagi berani memerangi kaum muslim, maka khalifah akan balik memeranginya. Khalifah juga akan mendatangkan bantuan bagi wilayah yang terkena musibah atau bencana tanpa harus memintanya. Demikian bila sistem Islam dapat diterapkan, maka bencana akan dapat diminimalisasi. Insyaallah.
Khatimah
Banjir topan Yagi menjadi yang terkuat tahun ini, bukan saja menunjukkan adanya faktor alam. Bisa jadi ini adalah bukti peringatan dari Allah Swt. agar tidak memperlakukan kaum muslim dengan sewenang-wenang, seperti yang menimpa kaum muslim Rohingya.
Rasulullah saw. bersabda,
“Tidak akan menimpa suatu musibah pun, kecuali karena dosa-dosa kita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini menegaskan bahwa bencana alam sering kali terjadi sebagai konsekuensi dari dosa-dosa manusia, yang mencerminkan aspek moral dan spiritual dari penyebabnya. Maka, saatnya kembali ke sistem Islam, yang akan mendorong rakyatnya menjadi manusia yang bertakwa sehingga dapat terhindar dari segala bencana.
Wallahualam bissawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca : Topan Yagi Picu Banjir Myanmar […]
[…] Baca juga: topan yagi picu banjir myanmar […]
[…] Baca: Topan Yagi Picu Banjir Myanmar […]