Meski pemimpin seperti Yahya Sinwar telah wafat, kita semua harus menyadari bahwa kematian para pemimpin perlawanan seperti dia bukanlah akhir dari perjuangan.
Oleh. Vega Rahmatika Fahra, S.H.
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Yahya Sinwar, seorang pemimpin Hamas dikabarkan tewas dalam pertempuran sengit dengan pasukan Israel pada 16 Oktober 2024. Pertempuran tersebut terjadi di daerah Tel al-Sultan, Rafah, Gaza. Dalam momen-momen terakhirnya, sebuah rekaman drone milik Israel memperlihatkan Sinwar yang berusaha menghalau drone dengan sebilah kayu.
Sinwar yang saat itu terluka di lengan, mencoba melempar tongkat kayu ke arah drone sebelum akhirnya pasukan Israel menghujani gedung tempat persembunyiannya dengan tembakan tambahan. Kematian Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang dikenal karena keteguhannya dalam memperjuangkan kebebasan Palestina telah menyentuh hati banyak orang di seluruh dunia.
Sinwar yang merupakan salah satu tokoh penting dalam perjuangan rakyat Palestina telah meninggalkan jejak yang begitu mendalam. Kehidupannya yang penuh dengan pengorbanan, keberanian, dan ketulusan menjadi simbol dari perlawanan yang tak kenal lelah melawan penjajahan. Sebelum tewas, Sinwar terlihat mencoba berpindah dari satu rumah ke rumah lain bersama beberapa anggota Hamas lainnya.
Dua di antara mereka tertembak dan berlindung di satu bangunan, sementara Sinwar memilih gedung yang berbeda. Setelah serangkaian serangan dari tank Israel, ia bersembunyi di lantai dua. Pasukan Israel kemudian mengirimkan drone untuk memeriksa ruangan tersebut. Sebuah rekaman menunjukkan bahwa Sinwar mencoba menyerang drone dengan kayu sebelum serangan tank terakhir menghancurkan gedung dan membunuhnya. (cnnindonesia.com, 19-10-2024)
Yahya Sinwar bukan hanya seorang pemimpin politik, tetapi juga pejuang yang tak kenal takut. Sejak muda, ia telah terlibat dalam berbagai aksi perlawanan terhadap pendudukan Israel. Ia tidak pernah goyah meski dihadapkan pada ancaman penjara, pengasingan, bahkan kematian. Tak hanya itu, meski Sinwar menjalani sebagian besar hidupnya di balik jeruji besi, semangat perjuangannya tidak pernah pudar. Ia dipenjara selama lebih dari dua dekade oleh Israel. Namun, selama masa tahanannya, ia tetap menjadi inspirasi bagi para pejuang Palestina yang lain.
Perjuangan Yahya Sinwar Membela Rakyat Palestina
Yahya Sinwar dikenal sebagai seseorang yang memiliki pemikiran yang tajam dan strategi yang matang dalam perjuangan Hamas. Ia mengerti bahwa perjuangan ini bukanlah perkara mudah dan membutuhkan keteguhan hati, disiplin, serta pengorbanan yang besar. Baginya, kebebasan Palestina adalah cita-cita suci yang harus diperjuangkan hingga titik darah penghabisan.
Oleh karena itu, meski kematiannya menjadi kehilangan yang mendalam, semangat yang ia tinggalkan tetap menyala di hati para pejuang yang masih hidup. Jika menilik jejak langkah Yahya Sinwar dalam sejarah pembebasan Palestina, kita akan menemukan seorang pemimpin yang mengorbankan hampir seluruh hidupnya untuk rakyat.
Sinwar lahir di Khan Younis, sebuah kamp pengungsi di Jalur Gaza, pada tahun 1962. Sejak usia muda, ia telah merasakan pahitnya hidup di bawah pendudukan. Perjuangan melawan ketidakadilan sudah tertanam kuat dalam jiwanya. Sinwar terlibat aktif dalam pendirian Hamas pada akhir 1980-an. Ia menjadi salah satu tokoh sentral dalam sayap militer Hamas, Izz ad-Din al-Qassam Brigades yang terus melancarkan perlawanan terhadap militer Israel.
Selama bertahun-tahun, ia menjadi sasaran utama Israel karena perannya yang begitu besar dalam mengorganisasi aksi-aksi perlawanan. Namun, meski diburu dan dipenjara berkali-kali, Sinwar tetap tak gentar. Selama masa pemenjaraannya, ia makin memperkuat keyakinannya bahwa pembebasan Palestina tidak bisa ditawar.
Meski ditahan selama puluhan tahun, ia tetap mampu memberikan arahan dan menginspirasi perlawanan dari balik penjara. Hingga akhirnya, pada tahun 2011, ia dibebaskan dalam pertukaran tahanan yang melibatkan seribu tahanan Palestina dengan seorang tentara Israel. Selepas kebebasannya, ia kembali aktif di Hamas dan memimpin organisasi tersebut dengan semangat yang lebih kuat. Namun, bukan hanya tentang keberanian di medan tempur yang membuat Yahya Sinwar dihormati. Ia juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang peduli pada kesejahteraan rakyatnya.
Yahya Sinwar Wafat, Perjuangan Tak Pernah Mati
Sinwar menyadari betul bahwa perjuangan melawan penjajahan Israel bukan hanya soal perlawanan bersenjata, tetapi juga mempertahankan kehidupan rakyat di tengah blokade dan penderitaan. Hamas di bawah kepemimpinannya berusaha untuk membangun sistem sosial yang mendukung kehidupan masyarakat Palestina, meski di tengah segala keterbatasan.
Meski Yahya Sinwar telah wafat, kita semua harus menyadari bahwa kematian para pemimpin perlawanan seperti dia bukanlah akhir dari perjuangan. Hamas berkali-kali kehilangan tokoh sentral dalam perjuangan mereka, mulai dari Syekh Ahmad Yassin hingga sekarang Yahya Sinwar. Namun, perjuangan mereka tidak pernah terhenti. Setiap kali mereka kehilangan seorang pemimpin, semangat perlawanan rakyat Palestina justru makin berkobar.
Baca juga: kepemimpinan-ideologis-solusi-pembebasan-palestina/
Sejarah telah membuktikan bahwa kematian para pemimpin Palestina tidak pernah menghentikan arus perlawanan. Sebaliknya, hal itu sering kali menjadi bahan bakar yang memperkuat tekad generasi berikutnya untuk terus berjuang. Para pemimpin yang gugur akan dikenang sebagai syuhada dan nama-nama mereka akan selalu disebut dalam doa-doa setiap pejuang Palestina. Kematian mereka bukanlah kekalahan, melainkan langkah menuju kemenangan yang makin mendekat.
Demkianlah, perjuangan melawan penjajahan tidak akan pernah berakhir sebelum Palestina merdeka. Para pejuang Palestina telah bersumpah bahwa tanah mereka tidak akan pernah dibiarkan jatuh ke tangan penjajah. Mereka terus melanjutkan perjuangan dengan keberanian yang luar biasa, meski harus mengorbankan nyawa dan keluarga. Kehilangan satu atau beberapa pemimpin hanya akan memperkuat keyakinan mereka bahwa kemenangan adalah satu-satunya akhir yang mungkin.
"Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." (QS. Al-Baqarah: 154)
Di Tengah Kebisuan Dunia, Palestina Tetap Teguh
Sungguh menyedihkan, di tengah penderitaan rakyat Palestina, banyak pemerintah dunia yang memilih untuk diam. Mereka menutup mata terhadap kejahatan yang dilakukan oleh Israel, seolah-olah penindasan ini adalah hal yang bisa diterima. Mereka melupakan prinsip-prinsip kemanusiaan dan hak asasi manusia yang seharusnya mereka junjung tinggi. Dunia memilih untuk diam ketika rakyat Palestina dibantai, rumah-rumah mereka dihancurkan, dan tanah mereka dirampas.
Namun, di tengah kebisuan itu, kita masih bisa melihat ada sekelompok kaum yang tetap teguh menghadapi cobaan yang begitu berat. Mereka adalah rakyat Palestina sendiri yang meski diimpit kesulitan dan ancaman setiap harinya, tetap tak menyerah. Mereka yang hidup di bawah bayang-bayang tank dan pesawat tempur, di bawah blokade yang mencekik, tetap melanjutkan hidup dengan penuh ketegaran.
Setiap hari mereka hidup dengan kesadaran bahwa kematian bisa datang kapan saja, tetapi hal itu tidak melemahkan semangat mereka. Mereka tetap berjuang mempertahankan tanah, keluarga, dan masa depan generasi mendatang. Palestina, dengan segala penderitaannya telah menjadi simbol keteguhan hati, keberanian, dan kesabaran yang luar biasa. Mereka adalah cermin dari kekuatan iman dan ketulusan luar biasa yang harus kita pelajari dan jadikan teladan.
Panggilan untuk Kaum Muslim
Di sinilah peran umat Islam di seluruh dunia menjadi sangat penting. Perjuangan Palestina bukanlah perjuangan mereka saja, tetapi merupakan perjuangan seluruh umat Islam. Palestina adalah tanah suci bagi kita semua, tempat di mana Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam berada. Oleh karena itu, pembebasan tanah suci ini adalah kewajiban bagi setiap muslim, bukan hanya bagi rakyat Palestina.
Di sisi lain, kita harus menyadari bahwa penjajahan ini tidak akan berakhir hanya dengan doa dan harapan. Perjuangan ini membutuhkan tindakan nyata, solidaritas yang tulus, dan persatuan yang kuat. Kaum muslim di seluruh dunia harus bersatu dalam satu barisan untuk mendukung saudaranya di Palestina. Kita harus menyatukan potensi, baik dalam bentuk dukungan politik, ekonomi maupun sosial. Setelah itu, memastikan bahwa perjuangan ini mendapatkan tempat yang layak dalam agenda internasional.
Persatuan umat ini tidak bisa dicapai tanpa adanya kesadaran akan pentingnya Khilafah Islamiah. Pasalnya, hanya Khilafah yang akan menjadi perisai bagi kaum muslim di seluruh dunia. Khilafah adalah sistem yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan untuk menjaga umat ini. Dengan Khilafah pula, kita mampu menghentikan segala bentuk penindasan terhadap umat Islam, termasuk di Palestina.
Kini saatnya bagi kita bangkit, tidak hanya merenungi penderitaan Palestina, tetapi juga bergerak bersama dalam satu barisan. Hanya dengan persatuan dan komitmen yang kuat, kita akan mampu mencapai tujuan akhir dari perjuangan ini: kebebasan dan kemuliaan bagi rakyat Palestina.
Wallahualam bissawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca juga: Yahya Sinwar […]