Hubungan Negeri-Negeri Islam dan Israel

Hubungan negeri-negeri Islam dan Israel

Sudah seharusnya umat Islam bangkit dan bersatu melakukan perubahan dan pembenahan dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan keteladanan hidup Rasulullah saw.

Oleh. Ummi Fatih
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Selama ini sudah diketahui bahwa Amerika adalah sekutu utama Zionis Israel yang melakukan aksi genosida di Palestina. Namun demikian, negara-negara di seluruh dunia pun tampaknya turut menjadi sekutu mereka.

Meskipun jalinan persekutuan itu masih belum jelas karena informasi yang diberitakan lebih banyak menunjukkan bahwa mereka mengirim ancaman dan penentangannya. Namun, jika diselidiki lebih lanjut support globalnya makin mengarah pada rencana-rencana strategis ala Amerika dan Israel.

Misalnya, dari segi politik global, bidan kelahiran implementasi solusi dua negara bagi Palestina dan Israel sesungguhnya adalah Amerika. Buktinya pada tahun 1948 lembaga dunia PBB yang diketuai oleh Amerika telah menyetujui rancangan tersebut.

Pada akhirnya, bangsa Yahudi diberi label kemerdekaan sebagai negara Israel. Akibatnya, mereka tidak sungkan lagi untuk maju memerangi Palestina dengan alasan mempertahankan wilayah kedudukannya.

Jalinan Persekutuan

Lantas, jika metode implementasi solusi dua negara tersebut saat ini masih dipilih oleh 142 anggota PBB sebagai suatu bentuk perdamaian dan keamanan antara Israel dan Palestina, (kompas.com, 23-09-2025) bukankah hal itu sangat tidak berguna? Bahkan lebih menunjukkan persekutuan karena memberi izin bagi Israel untuk merebut hak-hak Palestina.

Selanjutnya, dari segi ekonomi, negeri-negeri umat Islam sendiri pun masih menunjukkan jalinan persekutuan itu. Contoh konkretnya bisa ditengok pada kunjungan Trump ke negara-negara Arab pada bulan Mei 2025 yang disambut meriah.

Trump pun sudah menyatakan akan melakukan perjanjian penjualan senjata sebesar triliunan rupiah dengan Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Pada faktanya dia juga mendesak negara-negara Arab tersebut untuk menjalin persahabatan erat dengan Israel.

Bahkan Trump telah meminta Suriah untuk menormalisasi hubungan dengan Israel melalui penandatanganan Perjanjian Abraham. (tempo.co, 15-5-2025)

Kemudian, dalam upaya pemboikotan produk-produk Zionis Israel, faktor persekutuan masih bisa ditemukan juga. Pasalnya, berbagai tawaran Amerika selaku sekutu utama Zionis masih diterima di seluruh dunia.

Akibatnya pengendalian faktor ekonomi yang bertujuan agar Israel kehabisan dana dan berhenti melakukan aksi genosida pun tidak bisa diwujudkan. Israel masih kuat mengangkat senjata dan membantai setiap hari.

Sebagai contohnya adalah Indonesia yang merupakan negeri berpenduduk muslim terbesar dunia. Jika sebelumnya ia sudah berteriak keras untuk melakukan boikot produk-produk Israel dan para pendukungnya. Namun, ternyata ia justru memilih melakukan kesepakatan penurunan tarif ekonomi dengan Amerika Serikat dari 32% menjadi 19% dengan syarat utama agar Indonesia menerima impor segala produk Amerika. Dengan demikian, bukankah Amerika masih tetap akan lancar mengalirkan dana bantuannya pada Israel?

Akhirnya muncullah dua inti pertanyaan yang harus dijawab dengan benar, yakni mengapa kehormatan dan kewibawaan para pemimpin negara Islam itu hilang? Dan apa yang harus kita lakukan?

Jawaban Islam

Dari berbagai upaya politik Amerika yang menggunakan sistem kapitalisme, umat Islam seharusnya sadar bahwa sistem tersebut telah meracuni pemikiran para pemimpin dan menjauhkan mereka dari Islam.

Bahkan para pemimpin itu pun sudah termasuk golongan orang munafik yang hanya mengaku muslim, tetapi lebih condong pada kaum kafir. Padahal, Allah Swt. telah berulang kali mengingatkan agar tidak menjadikan kaum kafir itu sahabat dan pemimpin umat. Dalam Al-Qur'an Allah Swt. berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti." (QS. Ali Imron: 118)

Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Islam juga bangkit dan bersatu melakukan perubahan dan pembenahan dalam berbagai aspek kehidupan sesuai dengan keteladanan hidup Rasulullah saw., para sahabatnya, dan pemimpin saleh dahulu kala.

Baca: Hentikan Bencana Kelaparan di Gaza

Hal yang harus dilakukan oleh umat adalah:

Pertama, melalui penyatuan diri dalam kelompok dakwah ideologis Islam. Sebab dengan bersatu pada kelompok dakwah tersebut akan membuat kita paham bahwa Islam tidak hanya sekadar agama spiritual.

Namun, Islam adalah agama sempurna yang memiliki berbagai aturan kehidupan, termasuk politik, ekonomi, militer, dan lainnya. Dengan demikian, pemahaman itu akan membuat kita semakin mengenal Islam dan berempati pada saudara seiman yang seharusnya diselamatkan.

Kedua, saat pemahaman itu tertanam dalam pikiran dan jiwa, kita akan paham pula bahwa Islam dulu pernah memiliki sebuah negara berpengaruh besar yang disebut Khilafah.

Mulanya, Khilafah berdiri di bawah kendali Rasulullah di Madinah yang berhasil melenyapkan peradaban jahiliah. Selanjutnya, bendera Khilafah dapat pula dikibarkan oleh para Khulafaur Rasyidin di atas tanah Persia dan Romawi yang mereka taklukkan.

Hal itu terus berlanjut hingga generasi Khilafah Ummayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah pun dapat menjadi kiblat global sepanjang 13 abad. Umat Islam terlindungi, umat kafir pun diikat perjanjian damai yang tak dikhianati.

Ketiga, berdakwah tentang kebenaran Islam yang sudah banyak dilupakan serta mengenalkan kembali para pemimpin dan sebagian besar umat Islam tentang Khilafah. Dengan begitu, roda kehidupan umat islam akan berputar di jalan yang lurus, dikendalikan seorang sopir dalam sebuah kendaraan Khilafah yang tunduk pada rambu-rambu Allah Swt. sehingga mereka pun selamat dari berbagai jebakan kehidupan. Sesuai janji Allah Swt. dalam surah An-Nisa ayat 59:

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’ān) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." Allahu a’lam. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ummi Fatih Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Bijak Bermedsos, Islam Tuntunan yang Relevan
Next
Derita Gaza: Urgensi Kepemimpinan Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram