Seberapa besar usaha manusia untuk meraih sesuatu, jika Allah tidak rida, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebaliknya, sekecil apa pun usaha yang dilakukan, ikhlas karena semata-mata untuk meraih rida Allah, dan Allah benar-benar rida, maka ia akan mendapatkannya.
Oleh. R. Raraswati
(Kontributor NarasiPost.Com, Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
NarasiPost.Com-Adakah manusia yang tidak pernah memiliki masalah? Oke, kalau tidak disebut masalah, katakan saja ujian. Selama masih hidup, manusia pasti diuji. Tidak ada satu orang pun di dunia yang tidak pernah diuji. Orang kaya, miskin, cantik, pintar, terkenal, pasangan suami istri, jomlo, orang tua, anak-anak, buruh, maupun juragan pasti diuji. Bahkan Allah juga memberikan ujian kepada para nabi untuk mengukur potensinya.
Tabiat Manusia
Sejatinya ujian tersebut sudah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan sunah. Ujian hidup berlaku untuk setiap manusia dengan intensitas yang berbeda. Hal ini Allah sampaikan dalam firman-Nya, yang artinya:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan ‘kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (TQS. Al-Ankabut: 2)
Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah akan menguji setiap manusia. Allah akan memberikan ujian sesuai dengan batas kemampuan manusia, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 286. Oleh karena itulah, umat muslim tidak boleh putus asa dari rahmat Allah dalam menghadapi segala ujian.
Selain Allah memberikan ujian sesuai batas kemampuannya, orang yang berputus asa akan mendapatkan dua kerugian. Apakah kerugian itu? Kerugian pertama, orang tersebut akan kehilangan sesuatu yang dicintai yaitu harta, keluarga, juga jabatan. Misalnya, ketika seseorang diuji dengan harta, usahanya gulung tikar, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Jika ia berputus asa, tidak mau berusaha bangkit lagi, maka usahanya akan benar-benar musnah. Istri bisa minta cerai karena suami tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Anak-anak kecewa dan menjauhkan diri. Jabatan sebagai pemilik perusahaan juga dengan sendirinya hilang bersamaan dengan ditutupnya usaha. Sungguh ini kerugian yang nyata dari sikap putus asa.
Kerugian kedua yaitu kehilangan pahala kesabaran dalam menghadapi ujian. Sejatinya Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya untuk mengetahui seberapa kuat upaya seseorang bertahan pada syariat Islam. Sabar di sini bukan berarti diam tanpa berbuat apa-apa. Sabar berarti terus berusaha dengan tetap teguh menjalankan syariat Islam.
Cara Menghadapi Ujian
Sejatinya Allah memberikan ujian kepada manusia sesuai dengan batas kemampuan masing-masing dan telah sertakan jalan keluarnya. Nah, tugas manusia adalah berusaha mencari jalan keluar tersebut. Dalam hal ini ada beberapa tipe manusia dalam menemukan jalan keluar atas ujian tersebut.
Pertama, manusia akan menghadapi ujian hidup dengan menggunakan perasaannya. Ketika ia merasa senang terhadap sesuatu, maka dianggapnya itu sebagai jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi. Padahal bisa jadi itu salah, meski ada kemungkinan benar, karena perasaan bisa berubah-ubah dan berbeda antara seseorang dengan yang lain. Maka, perbuatan yang didasarkan pada perasaan tidak bisa dijadikan landasan berpikir dalam menyelesaikan ujian.
Kedua, manusia menggunakan akal untuk menyelesaikan segala ujian yang dihadapi. Hal ini juga tidak bisa dijadikan landasan karena akal manusia yang lemah dan terbatas. Bahkan akal manusia sering keliru, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 216. Dalam ayat tersebut dijelaskan bisa jadi seseorang tidak menyenangi sesuatu, padahal itu justru baik baginya dan sebaliknya. Allah Maha Mengetahui, sedangkan manusia tidak. Akal manusia juga sering dipengaruhi oleh nafsu, keinginan, dan kepentingan sehingga bisa berubah setiap saat.
Ketiga, manusia menghadapi ujian dengan solusi Islam. Jika perasaan dan akal tidak mampu menjawab ujian, maka Islam merupakan satu-satunya solusi yang memang telah Allah siapkan. Islam datang dari Allah, Zat yang Maha Sempurna yang telah menciptakan manusia. Sehingga Allah yang Maha Mengetahui kebutuhan jasmani maupun naluri setiap manusia. Di dalam Islam telah ditunjukkan jalan keluar setiap ujian. Maka dari itu, berpegang teguhlah pada syariat Islam untuk mendapatkan jalan keluar dari ujian hidup. Berpegang teguh berarti memahami dan menjalankan syariat Islam dengan menjadikan Al-Qur’an dan sunah sebagai landasan setiap perbuatan. Bagaimana agar bisa menjadikannya landasan, tentu butuh mengkaji maknanya, kemudian mengamalkannya. Sesungguhnya Al-Qur’an berisi tatanan hidup yang sempurna dan paripurna.
Konsekuensi Iman
Taat dan berpegang teguh pada syariat Islam sejatinya bukan sekadar untuk menemukan jalan keluar ketika menghadapi ujian dari Allah. Taat pada syariat sesungguhnya konsekuensi dari keimanan manusia kepada Allah. Jika seseorang mengaku beriman kepada Allah, maka ia harus beriman kepada Malaikat, Al-Qur’an, Rasul, Hari Akhir dan Qada dan Kadar-Nya.
Taat kepada syariat berarti siap menjalankan segala perintah dan menjauhi semua larangan Allah. Taat tidak berusaha memilah dan memilih syariat mana yang diinginkan saja lalu mengabaikan yang lainnya. Taat harus total, tanpa tapi, tanpa nanti, begitu tahu, mendengar, saat itu juga melaksanakan. Itulah perintah Allah kepada manusia untuk masuk Islam secara menyeluruh, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah).” (TQS. Al-Baqarah: 208)
Meraih Rida Allah
Banyak orang tidak memahami tujuan hidupnya. Kalau ada yang memiliki tujuan hidup, ternyata berasal dari pemikiran yang dangkal, seperti untuk mencapai kekayaan dunia, jabatan tinggi, keluarga bahagia, dan sebagainya. Padahal semua itu bisa didapatkan ketika manusia berhasil meraih rida Allah. Manusia hanya diberikan kesempatan berusaha, selebihnya Allah yang menentukan hasilnya.
Seberapa besar usaha manusia untuk meraih sesuatu, jika Allah tidak rida, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa. Sebaliknya, sekecil apa pun usaha yang dilakukan, ikhlas karena semata-mata untuk meraih rida Allah, dan Allah benar-benar rida, maka ia akan mendapatkannya. Bahkan bisa jadi Allah memberikan apa yang tidak manusia minta, tetapi sesuatu yang sebenarnya dibutuhkan, karena Dia Maha Mengetahui.
Untuk meraih rida Allah, inilah perlunya kita bersungguh-sungguh menjalankan apa saja perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sedangkan cara mengetahui apa saja yang diperintahkan dan dilarang Allah, manusia butuh ilmu, karena beramal tanpa ilmu bisa salah dan tak terarah. Ilmu hanya bisa didapatkan dengan mengikuti kajian-kajian secara istikamah. Kajian yang membimbing manusia masuk ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah) hanya ada pada kelompok yang berlandaskan Islam ideologis.
Dengan Islam ideologis, seseorang terjaga setiap perbuatan dan perkataannya. Selalu marasa diawasi Allah, sehingga takut berbuat dosa dan senantiasa berbuat yang makruf. Menjadikan Islam sebagai satu-satunya landasan dalam berbuat. Tidak mudah goyah dan lemah dengan berbagai gempuran pemikiran lain yang rusak dan merusak. Bahkan berusaha menjadi umat terbaik dengan melakukan amar makruf nahi mungkar. Tidak mencukupkan diri dengan aktivitas pribadi, tetapi bergabung pada jemaah Islam ideologis yang berusaha melanjutkan kembali kehidupan Islam dalam naungan daulah Islam. Semangat bangkit ketika Allah uji dengan berbagai kesulitan dan tetap berbaik sangka atas keputusan-Nya. Maka dari itu, pahami, pegang teguh agamamu dan banggalah berislam kaffah.
Wallahu a’lam bishawab.
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Betul mbak, ujian manusia itu akan terjadi sepanjang hidup, terus-menerus, sampai manusia berjalan di atas bumi tanpa dosa. Di zaman fitnah ini, kita memang harus menggenggam erat agama kita ya, agar tidak lepas. Barakallah mbak Saraswati ...
Betul sekali, rida Allah yang utama. Rida Allah akan didapat ketika kita menjalankan aktivitas sesuai dengan syariat Islam.
Alhamdulillah, semoga tulisan ini menyadarkan umat untuk terus berpegang teguh pada Islam bahkan mau menjadi bagian yang memperjuangkannya.
Terus berpegang teguh pada tali agama Allah meski banyak yang mencela. Dan tetap mendakwahkan Islam secara menyeluruh, meski tak sedikit penolakan. Karena cukuplah rida Allah saja yang di tuju.
Berpegang teguh pada agama merupakan konsekuensi dari keimanan kita. Adapun ujian itu adalah untuk mengukur sejauhmana keimanan mu itu, kuat atau lemah?
Semoga kita dijadikanNya mampu berpegang teguh pada agamaNya..
Seorang muslim yang memiliki keimanan yang kokok, ia akan terus berpegang tegus pada agamanya meskipun badai hidup menerpa