Kebiasaan baik dan produktif akan mengantarkan seseorang pada apa yang dicita-citakan. Sebaliknya, kebiasaan buruk hanya akan melemahkan badan, melumpuhkan produktivitas, mendatangkan penyakit, mengundang stres, juga berbagai hal yang buruk dan merusak lainnya.
Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sahabat, tahukah kamu betapa kebiasaan kita sehari-hari sangat berpengaruh dalam kehidupan kita di masa mendatang? Tak hanya berpengaruh dalam kesuksesan lo. Tapi juga dalam perekonomian, kesehatan, kesejahteraan, kebahagiaan, bahkan pada keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Ada banyak aktivitas tak berguna yang tanpa kita sadari telah menjadi kebiasaan. Kebiasaan inilah yang juga tanpa kita sadari, perlahan menghambat kemajuan. Hal ini karena kebiasaan yang tidak berguna akan melumpuhkan daya pikir, juga memorak-porandakan kedisiplinan kita. Jika sudah begitu, seseorang akan kesusahan dalam menyelesaikan tugas-tugas maupun kewajibannya. Walhasil, ia akan sulit pula mencapai tujuan yang telah dicita-citakan.
Siapa pun kita, seberapa pun banyaknya titel akademik, atau sesering apa pun mengikuti kajian dan berbagai seminar, ketika kita enggan mengamalkannya atau tidak berbuat apa-apa, maka hanya akan mendapat kesuksesan yang mustahil, serta penyesalan di masa depan. Titel akademik itu penting, Sahabat. Mengikuti seminar-seminar juga penting. Tetapi melakukan apa-apa yang kita ketahui, itu jauh lebih penting.
Sebaliknya, siapa pun kita, atau seberapa bodohnya kita, ketika rajin melakukan kebaikan tertentu, niscaya tanpa terasa ada hasil yang bisa kita petik di kemudian hari. Hal ini karena kebiasaan kita juga akan memengaruhi langkah kita dalam mengambil keputusan. Orang yang memiliki kebiasaan baik, keputusan-keputusan yang diambil pun akan baik, terukur, dan tepat, juga memberikan hasil terbaik untuk diri sendiri, lingkungan, maupun orang lain.
Jadi, Sahabat, sukses atau keberhasilan itu pilihan, serta harus diciptakan. Yaitu dengan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik, menghilangkan kebiasaan buruk, serta membentuk diri hingga menjadi pribadi yang berkarakter mulia.
Oh ya, Sahabat. Perlu kita sadari bahwa pribadi yang baik itu tidak sekadar senang membantu, lo, atau sekadar ramah, rapi, dan giat bekerja. Sebagai seorang muslim, pribadi yang baik tentu harus berpola pikir berlandaskan syariat Islam, serta memiliki kebiasaan bertingkah laku sesuai kaidah Islam.
Oleh karena itu, menciptakan kebiasaan baik itu sebuah keniscayaan, Sahabat. Maka sesulit apa pun, harus kita perjuangkan. Di dunia ini tidak ada hal yang mustahil bukan? Karena sebanyak apa pun titel kita, tingginya pangkat kita, dan hebatnya visi kita, tanpa meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan membangun kebiasaan yang baik, maka kehidupan siapa pun akan stagnan alias jalan di tempat.
Sahabat, kebiasaan merupakan kekuatan besar. Ia mampu mengantarkan seseorang pada kesuksesan, atau kegagalan. Kebiasaan baik dan produktif akan mengantarkan seseorang pada apa yang dicita-citakan. Sebaliknya, kebiasaan buruk hanya akan melemahkan badan, melumpuhkan produktivitas, mendatangkan penyakit, mengundang stres, juga berbagai hal yang buruk dan merusak lainnya.
Maka, Sahabat, perlu kita menelaah terlebih dahulu apa pun yang akan dilakukan. Seperti baik dan buruknya, manfaat atau tidaknya, juga halal atau haramnya. Apalagi pada aktivitas yang menyenangkan, karena yang seperti itu, lebih berpotensi melenakan. Ketika sudah terlena dan aktivitas tersebut dilakukan berulang-ulang, maka akan menjadi kebiasaan. Nah, kebiasaan itulah yang akan menguasai diri kita, dan kebiasaan itulah yang akan menggiring menjadi seperti apa kita di masa mendatang. Kata bijak mengatakan bahwa kamu adalah hasil dari kebiasaanmu.
Kebiasaan Buruk Pembunuh Kecerdasan
Sahabat, ada beberapa kebiasaan buruk yang perlahan akan membunuh kecerdasan kita. Sehingga, kita pun tak mampu mengambil keputusan-keputusan jitu.
Pertama, malas dan semau gue. Inilah kebiasaan yang akan memorak-porandakan kedisiplinan kita. Padahal, sikap disiplin adalah perantara antara diri kita dan apa yang dicita-citakan. Orang yang semau gue dan nyaman dalam kemalasan, pada umumnya akan ogah-ogahan. Hidup hanya pasrah ke mana air mengalir. Padahal, Sahabat, yang biasa mengikuti ke mana air mengalir adalah kotoran, bangkai ikan dan sampah bukan? Apakah kehidupan kita hanya dianggap benda-benda tersebut? Itu terlalu zalim, Sahabat.
Ketika akan mudik saja, seseorang tidak bisa tak acuh, perlu mempersiapkan segala sesuatunya, juga harus menjalankan aturan yang ada. Seperti, perginya lewat mana, transportasinya bagaimana, uangnya cukup atau tidak, apa saja yang akan dilakukan di sana, dan beberapa persiapan lainnya agar semua terlaksana dengan efektif dan efisien. Apalagi untuk meraih mimpi dan cita-cita, maka butuh perjuangan yang tidak santai, sekaligus mesti menjalankan kaidah-kaidah yang ada serta tidak bisa semau gue dan bermalas-malasan.
Benar, Sahabat, betapa bahayanya kebiasaan bermalas-malasan ini hingga Allah Swt. bersumpah demi waktu, sebagaimana yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran surat Al-Ashr. Siapa pun yang menyia-nyiakan waktu seperti untuk bermalas-malasan, maka ia golongan orang yang merugi. Betapa buruknya kebiasaan malas ini hingga Rasulullah saw. pun berdoa agar terhindar dari malas, sebagaimana dimuat dalam Shahih Bukhari yang artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia.” (HR. Bukhari)
Kedua, tinggi hati. Kebiasaan merasa hebat ini juga akan menghempaskan kecerdasan seseorang. Bagaimana tidak, karena sudah merasa hebat dan pintar maka seseorang akan berhenti belajar, bahkan acapkali berlaku sombong. Perlu kita ingat, Sahabat, bahwa di atas langit masih ada langit. Masih banyak orang yang lebih hebat, dan mereka gigih berbagi ilmu demi menyebarkan manfaat. Bersikap rendah hati dan terus belajar justru akan membantu mengembangkan potensi kita, juga meninggikan martabat kita. Sebaliknya, semakin merasa tinggi dan hebat, maka seseorang justru semakin rendah.
Ketiga, rasa tidak percaya diri dan takut. Dua kebiasaan ini saling berkaitan. Ada banyak orang yang memelihara rasa minder hingga takut untuk mencoba peluang-peluang. Demikian juga sebaliknya, banyak orang terbelenggu rasa sering takut hingga selalu merasa tidak percaya diri. Padahal, potensi diri akan terlihat ketika kita sudah mencoba. Maka, Sahabat, lakukan dan cobalah dahulu peluang yang datang. Karena, kita tidak tahu tangga mana yang akan mengantarkan kita pada kehidupan di level berikutnya. Ingat, Sahabat, kegagalan yang paling nyata adalah ketika seseorang tidak mencoba peluang yang ada.
Kita semua harus menyadari bahwa kegagalan dan kesuksesan itu satu paket. Di mana ada kegagalan, di situ pula ada kesuksesan. Posisikan saja kegagalan sebagai waktu pembelajaran untuk meraih kesuksesan yang dicita-citakan. Karena itu, jika kita terus memelihara rasa takut dan tidak percaya diri, niscaya hidup tidak akan berkembang.
Sahabat, salah satu fitrah kita hidup di dunia, adalah sebagai pemenang. Sahabat masih ingat bukan, pelajaran biologi semasa di bangku sekolah? Dari jutaan sel sperma, hanya satu yang mampu dan menang mencapai garis finis, itulah kita saat ini. Dari sini kita mestinya menyadari, bahwa kita hidup di dunia sudah ditakdirkan untuk menjadi pemenang. Jadi, untuk apa takut dan tidak percaya diri?
Keempat, batasan palsu. Sering kali manusia membuat batasan-batasan sesuai bayangannya sendiri. Padahal, di dunia ini segalanya penuh kemungkinan. Ketika kita membuat batasan yang harusnya tidak ada, maka hanya akan membelenggu langkah kita, mengunci kreativitas, juga menghilangkan semangat meraih cita-cita. Ketika dalam kurun waktu tertentu menyaksikan ada teman kita yang sukses, orang yang suka membatasi diri dengan batasan palsu ini akan penuh dengan penyesalan seraya mengatakan, “Kalau tahu begitu, harusnya dulu aku melakukan hal yang sama”.Akhirnya, mereka hanya akan menjadi orang yang suka terkejut dan terheran. Hem, sungguh, penyesalan itu tidak berguna, Sahabat.
Maka betapa pentingnya kita mengupayakan untuk membangun kebiasaan baik dan produktif. Sehingga mampu mengubah cara berpikir, cara pandang, juga mengubah kehidupan di masa depan menjadi lebih baik dan berkualitas.
Membangun Kebiasaan Baik
Ada tip yang bisa dilakukan bagaimana membangun kebiasaan yang baik. Di antaranya, Sahabat harus memiliki tekad yang kuat. Yaitu tekad untuk meninggalkan segala kebiasaan buruk, teman-teman yang buruk, dan keluar dari lingkaran toksik. Sementara itu, Sahabat harus bertekad pula untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Sahabat bisa menjadikan rasa sakit hati akibat ejekan orang sebagai cambuk agar terus bergerak memperbaiki diri. Sahabat juga bisa menjadikan harapan dan cita -cita sebagai kewajiban yang harus direalisasikan.
Sebagai langkah awal keseriusannya, Sahabat bisa mulai menuliskan apa-apa yang harus dilakukan esok hari. Tulislah di malam sebelumnya. Lis rencana yang akan dilakukan secara berurutan mulai hal kecil, seperti jam berapa harus bangun tidur, mandi pagi, apa yang akan dikerjakan, siapa yang harus ditemui, dan seterusnya. Lakukan saja seperti itu secara kontinu, niscaya perlahan terbuka pikiran dan cara pandang. Walhasil, ide-ide cemerlang pun berdatangan. Karena itu, jangan pernah sepelekan kebiasaan-kebiasaan kecil mulai sekarang!
Maka Sahabat, siapa pun kamu, mulailah melakukan hal-hal yang positif. Lalu diulang terus-menerus hingga menjadi kebiasaan. Ketika sudah menjadi kebiasaan, maka itulah identitasmu alias watak atau karaktermu. Maka, Sahabat, watak atau karaktermu akan berpengaruh besar pada kehidupan, kebahagiaan, juga keselamatanmu, baik keselamatan hidup di dunia, maupun di akhirat nanti. Karena, setiap kita melakukan kebaikan, sejatinya sedang menyusun batu bata untuk membangun rumah di surga.
Maka, teruslah berkembang membiasakan hal-hal baik. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, tanpa disadari, Sahabat sudah berada dalam kesuksesan. Impian yang dicita-citakan selama ini, tak terasa sudah berada dalam genggaman, dan akhirnya, Sahabat akan berterima kasih pada kebiasaan yang pernah dimulai. Wallahu a'lam bishawab.
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
beraktivitas itu seru.. sat set sat set.. maka bersyukurlah jika diberi sehat.. karena kalau sakit, kita tidak bisa beraktivitas seperti biasanya..
Masyaallah, tulisannya keren. Jazaakillah khair.
Barakallah..
MaasyaaAllah, motivasi yang bagus. Alhamdulillah diingatkan
Masyaallah tabarakallah. Betul sekali, kita harus menumbuhkan setiap saat kebiasaan baik. Semoga dg itu kualitas diri terjaga dan keselamatan hidup diraih.
Masyaallah, naskah yang keren. Menjadi pengingat diri bahwa kebiasaan seseorang akan menentukan siapa dia. Sukses ataukah gagal?
But, membentuk kebiasaan baik memang tidak mudah, yaa. Terlebih godaan gadget trus mengintai
MasyaAllah keren naskahnya…ya sejatinya dalam pandangan mendalam serta cemerlang terkait perbuatan terpuji dan tercela, dipengaruhi oleh faktor luar dan pertimbangan lain, baik dari akal atau syariat saja. Bisa juga berasal dari akal yang dibenarkan syara atau syara yg diperkuat akal. Jika diserahkan pada akal manusia yang lemah, jelas merupakan perkara batil. Sebab, parameter akal dalam menentukan keduanya dipengaruhi lingkungan hidupnya yang berubah dalam setiap kurun waktu. Alhasil, bagi sebagian orang perbuatan tercela bisa dianggap perbuatan terpuji. Oleh sebab itu, keduanya harus ditentukan oleh kekuatan dari luar akal yakni syara.
Masyaalloh menginspirasi banget kak
Masyaallah, motivasinya luar biasa tentang membentuk habit atau kebiasaan, tentu kebiasaan yang baik ya. Apalagi bagi kita seorang muslim yang setiap perbuatannya harus bersandar pada syariat.
MasyaAllah...
Tabarokallah bu Rini...
Motivasi yg Manfaat dan penuh makna yg harus kita sikapi...
Bismillah....
Masya Allah remindernya pas banget..barakallah mbak erdiya
[…] https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/pengaruh-kebiasaan-dalam-kehidupan/ […]