Perbudakan Kampus, Mahasiswa Dipaksa Kerja

Perbudakan Kampus Mahasiswa Dipaksa Kerja

Kebijakan mewajibkan mahasiswa bekerja di kampus merupakan komersialisasi pendidikan dan perbudakan modern di lingkungan kampus yang makin nyata terlihat

Oleh. Arifah Azkia N.H, S.E
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Perguruan tinggi ternama Institut Teknologi Bandung (ITB) tengah menjadi sorotan publik, lantaran kebijakannya yang kerap kali menimbulkan polemik. Pada awal 2024, ITB pernah menyediakan skema pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) berupa cicilan plus bunga melalui platform pinjaman online (pinjol) Danacita. Platform tersebut merupakan bentuk "pemerasan" yang berpotensi menjerat mahasiswa dalam lilitan utang jika gagal membayar, hingga berujung pada intimidasi. Kini, ITB mengeluarkan kebijakan kewajiban kerja paruh waktu untuk kampus bagi mahasiswa penerima beasiswa keringanan UKT.

Kebijakan kerja paruh waktu yang diterapkan ITB, kian memperjelas orientasi kampus yang mengarah pada komersialisasi dan liberalisasi pendidikan. Sementara itu, Pengamat Pendidikan Ubaid Matraji memandang, bahwa kebijakan mewajibkan mahasiswa bekerja di kampus sebagai komersialisasi pendidikan dan perbudakan modern di lingkungan kampus yang makin nyata terlihat. Padahal, keringanan UKT adalah hak mahasiswa seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud Nomor 2 Tahun 2024 tentang Aturan UKT). (Bbc.com, 26-09-2024)

Memberikan Bantuan atau Tuntutan Imbalan

Kebijakan kontroversial yang mewajibkan kerja paruh waktu tersebut bermula ketika beredarnya surat pengumuman dari Direktorat Pendidikan ITB kepada mahasiswa penerima dan calon penerima pengurangan UKT. Adapun isi surat pengumuman tersebut berbunyi, "Kepada mahasiswa sekalian, ITB membuat kebijakan kepada semua mahasiswa ITB yang menerima beasiswa UKT, yaitu beasiswa dalam bentuk pengurangan UKT, maka mahasiswa diwajibkan melakukan kerja paruh waktu untuk ITB,”  pada Selasa (24-09-2024) yang kemudian viral di media sosial dan banyak memicu kritik publik serta berujung demo mahasiswa ITB.

Ada sekitar 10 kegiatan pekerjaan yang bisa menjadi pilihan, di antaranya pembuat konten materi matematika TPB, help desk Direktorat Pendidikan, serta menjadi administrasi dan surat-menyurat Direktorat Pendidikan CCAR. Tak sedikit para mahasiswa yang merasa kaget dengan kebijakan tersebut. Seolah-olah kampus ingin meminta imbalan dari keringanan UKT yang diberikan kepada para mahasiswa. Di sisi lain, pihak Rektorat ITB Jaka Sembiring menjelaskan bahwa kebijakan tersebut dirancang untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa penerima beasiswa UKT agar bisa kontribusi pada pengembangan kampus, sekaligus mendapatkan pengalaman kerja yang relevan.

Alih-alih meringankan, kebijakan ini disinyalir disodorkan untuk mendatangkan profit lebih dengan memanfaatkan mahasiswa. Hal ini sama dengan logika-logika komersialisasi dalam perbudakan modern dengan skema-skema bekerja tanpa upah di kampus berkedok magang, tetapi yang terjadi adalah perbudakan kepada mahasiswa. Layaknya ada kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai pekerja, tetapi tidak mendapat upah yang layak. Ada semacam legalisasi perbudakan dengan memanfaatkan mahasiswa untuk memberikan timbal balik.

Perbudakan Kampus Bukti Bobroknya Sistem Kapitalisme

Teradopsinya sistem kapitalisme mengakibatkan banyaknya problematika di dunia pendidikan. Mulai dari mahalnya biaya perguruan tinggi, komersialisasi dunia pendidikan, beban tugas-tugas yang terus menyibukkan, padatnya aktivitas kemahasiswaan, bangku kuliah tak menjanjikan pendidikan yang layak, kecurangan dengan mengandalkan joki skripsi, dan masih banyak lainnya.

Baca juga: Pendidikan Gratis hingga SMA/SMK, Mungkinkah?

Selain itu, orientasi kampus yang kini makin mengarah pada komersialisasi dan liberalisasi pendidikan, disebabkan pula karena abainya penguasa dalam masalah pendidikan. Pemerintah tidak memberikan subsidi dana pendidikan yang cukup untuk kampus-kampus PTN BH (Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum). Sehingga yang terjadi kampus-kampus PTN BH harus memikirkan sendiri strategi untuk tetap bertahan dengan cara fund rising, berbisnis, ataupun peluang lain agar bisa memperoleh dana demi memenuhi kebutuhan kampusnya, karena tidak ada lagi subsidi dari pemerintah. Kalaupun ada, itu pun sangat minim sekali. Pendidikan untuk memajukan generasi tak lagi menjadi urgensi utama di sistem kapitalisme.

Kegemilangan Sistem Pendidikan Islam

Melihat mirisnya problematika pendidikan saat ini, membuat kita harus kembali menoleh akan kegemilangan sistem pendidikan pada masa kejayaan Islam. Sebab, peradaban Islam terbukti banyak melahirkan sosok-sosok ulama dan ilmuwan muslim yang hebat. Semua itu tak lepas dari kebijakan yang senantiasa di dasarkan pada hukum Islam. Islam mewajibkan menuntut ilmu yang tak pernah terbatas usia. Sebagaimana HR. Ibnu Majah, "Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap kaum muslim."

Islam juga memberikan jaminan bagi para penuntut ilmu, "Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah Swt. akan memberikan kemudahan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Penunjang pendidikan di masa peradaban Islam didukung pula dengan fasilitas yang mumpuni. Keberadaan perpustakaan terbesar dalam negara Islam dibuka selebar-lebarnya dengan bermacam-macam buku pengetahuan untuk siapa pun yang ingin mendalami berbagai ilmu. Perpustakaan dibuka 24 jam dan disediakan pula makanan, teh maupun kopi gratis bagi penuntut ilmu.

Di samping itu, terdapat pula para alim ulama dan syekh yang siap memberikan ilmu bagi siapa pun yang bertanya. Pendidikan gratis, bahkan bisa meminta pengajaran kepada seluruh syekh dan ulama besar di masa kegemilangan Islam. Tak ada pengharapan timbal balik karena nafsiyah-nya telah ikhlas dan memahami urgensi pendidikan, sebagaimana sabda Nabi saw. yang menyatakan bahwa menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Selain itu, diimbangi pula dengan suasana keimanan yang kuat dalam sistem Islam, sehingga banyak melahirkan para intelektual dan ilmuwan-ilmuwan muslim yang menjadikan pesatnya pendidikan Islam di era kegemilangan.

Pemahaman para pendidik dan pelajar juga didasari oleh hadis Rasulullah yang di riwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, bahwasanya ilmu lebih berharga daripada harta: "Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan emas dan perak, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barang siapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”

Berkat luasnya ilmu yang bisa dipelajari dan terbukanya para guru-guru besar yang siap menjadi pengajar tanpa pamrih, serta diimbangi dengan penuh keikhlasan dan semangat yang membara, sehingga menghasilkan ilmuwan-ilmuwan yang tidak hanya ahli di satu bidang, tetapi juga seorang yang ahli ilmu dunia dan akhirat. Banyak ilmuwan Islam lahir dengan karya terbaiknya, bahkan karya tersebut masih bermanfaat dan berpengaruh hingga zaman modern ini. Sebut saja, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Al-Khaitam, Ibnu Musa Al-Khawarizmi, Abbas Ibn Firnas, Maryam Asturlabi, Fatimah Al-Fihri dan masih banyak lainnya. Maka, sudah selayaknya kita kembali pada sistem aturan Islam yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Arifah Azkia Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Utang Pemerintah, Apa Kabar?
Next
Usia Senja, Aku Pilih Menulis
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Novianti
Novianti
1 month ago

Kebangetan ya sekelas ITB melakukan hal ini. Kayak orang nolong tapi tidak ikhlas. Hanya saja yang paling patut disalahkan yaitu negara. Nuntut PTN berstandar internasional, tetapi tidak dikasih modal.

Arifah Azkia N.H
Arifah Azkia N.H
1 month ago
Reply to  Novianti

Betul sekali mb, akhirnya para mahasiswanya yg niat belajar sekolah tinggi, malah kena imbasnya.

Yuli Sambas
1 month ago

Perbudakan di kampus. Fakta yang tak mengherankan bisa terjadi di alam kapitalistis sekuler.

trackback

[…] Baca: Perbudakan Kampus, Mahasiswa Dipaksa Kerja […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram