Wahai muslimah, ayo lekas berkarya! Kiprahmu sangat ditunggu. Lahan untuk berkiprah di tengah umat ini sebenarnya sangat banyak sekali.
Oleh. Ratty S Leman
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Betapa rindunya kami kepada kiprah para muslimah pendahulu-pendahulu kami. Para muslimah yang namanya harum sepanjang sejarah, akan terus harum di langit dunia dan akhirat kelak. Wangi semerbak harumnya surga karena jejak kiprah amal mereka.
Kiprah Ibunda Khadijah dengan perniagaannya yang sukses untuk mendukung dakwah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Begitu juga Ibunda Aisyah yang sukses sebagai pendidik yang hafal Al-Qur'an dan ribuan hadis. Kita juga tak akan lupa dengan ibunda lainnya, baik istri-istri Rasulullah maupun para sahabiyah. Ada juga kiprah Ibunda Fatimah, putri Rasulullah yang telah mencontohkan keberhasilan seorang wanita ketika memilih berkiprah di rumah sebagai ibu rumah tangga yang sukses dunia akhirat. Masih banyak para ibunda muslimah lainnya yang telah menulis sejarah dengan tinta emas.
Muslimah, Apa yang Sudah Kita Persembahkan?
Sejak Islam datang membawa berita gembira bagi umat manusia, bermunculan para tokoh wanita muslimah yang selalu mengisi sejarah dengan karya-karya agung bervisi akhirat. Sejujurnya, kami wanita di akhir zaman ini sangat iri dengan amal-amal mereka, para muslimah pendahulu-pendahulu kami. Bagi mereka karya mereka, bagi kami karya kami. Kita hidup di waktu dan tempat yang berbeda. Namun amal besar seperti mereka bisa kita contoh. Kita ikuti jalan-jalan yang pernah mereka rintis dan telusuri untuk meraih keridaan Allah dan surga-Nya.
Mereka telah melakukan suatu amal besar untuk umat. Pertanyaan selanjutnya, apa yang sudah kita persembahkan dan akan kita lakukan untuk umat dalam rangka melanjutkan risalah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam yang mulia ini, yakni melanjutkan kehidupan yang islami? Apakah kita cukup puas dengan keberhasilan para muslimah pendahulu kita? Mereka hebat-hebat dan kita merasa cukup puas dengan semua kebanggaan masa lalu itu, namun tidak berusaha meniru. Apakah demikian?
Apa yang Kau Tunggu
Berkiprah melakukan suatu amal ternyata tidak mudah. Banyak teman-teman para muslimah yang masih bingung menentukan kiprahnya. Mau berbuat amal apa saya ini? Padahal dari mereka banyak yang telah memperoleh gelar sarjana. Makin tinggi ilmu seseorang, seharusnya makin banyak pilihan yang bisa dikerjakan. Bukan malah bingung dan pusing tujuh keliling menentukan kiprah atau ladang beramalnya.
Bukankah lapangan untuk berkarya masih begitu luas terbuka? Menanti otak-otak cerdas dan tangan-tangan terampil kaum muslimah. Mengapa masih bingung menentukan sikap? Sejumlah pertanyaan akhirnya muncul. Apakah terlalu banyak pilihan sehingga bingung dan belum menemukan potensi diri? Kurang percaya diri atau belum menemukan wadah untuk berkiprah? Ataukah belum menemukan yang cocok imbalannya?
Baca juga: Muslimah Mencari Peran Peradaban
Mungkin terkadang kita terlalu panjang angan-angan. Ingin berkarya dengan imbalan yang besar dengan harapan nanti bisa membantu dakwah Islam. Keinginan luhur ini tentu harus dipelihara. Akan tetapi, apa langkah yang harus dilakukan jika pekerjaan dengan gaji yang memuaskan belum juga datang, meski kita sudah berusaha keras berjuang dan berlari-lari mengejarnya? Apakah kita akan terus menunggu dan menunggu serta diam (mager atau malas gerak) tanpa melakukan aktivitas produktif apa-apa? Mengapa ketika waktu luang begitu banyak dan tenaga masih kuat kita tidak segera berlomba-lomba beramal saleh?
Berkiprah untuk Islam
Beraktivitaslah untuk perjuangan Islam karena kesempatan ini terbuka lebar. Tidak ada kata menganggur jika kita mau berdakwah. Belum tentu juga jika seseorang sudah kaya akan ikhlas memberikan bantuan untuk dakwah seperti yang dicita-citakan dulu. Bisa saja seseorang menjadi pelit dan perhitungan karena banyaknya kebutuhan dan keinginan. Merasa sayang mengeluarkan harta yang diusahakannya sendiri dengan susah payah.
Rasulullah shallallahu alahi wassalam bersabda, "Sesungguhnya kamu wajib menjelaskan urusanmu selagi belum tampak padamu kerepotan, yaitu repot dengan kebodohan dan repot dengan cinta hidup atau dunia."
Bekerjalah dan Allah akan melihat pekerjaanmu. Bekerja atau berkarya merupakan ibadah. Oleh sebab itu, jangan terlalu terobsesi dengan materi dan tujuan-tujuan semu lainnya. Harta memang diperlukan untuk menjalani kehidupan ini. Akan tetapi, jangan terlalu terobsesi dengan uang. Jika tidak ada imbalan uang tidak berbuat apa-apa atau lebih baik menganggur. Di akhirat nanti Allah akan menanyakan amal kita seperti petikan firman-Nya di dalam Al-Qur'an surah An-Naml ayat 93, "Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
Nah, tunggu apa lagi wahai muslimah. Ayo lekas berkarya! Kiprahmu sangat ditunggu. Lahan untuk berkiprah di tengah umat ini sebenarnya sangat banyak sekali.
Pilihlah salah satu dan cobalah istikamah. Kesuksesan memang tidak datang seperti durian runtuh. Semua aktivitas membutuhkan perjuangan, kesabaran, ketekunan, kesungguhan, dan keuletan. Jangan mudah menyerah, kendala-kendala yang mengadang cobalah diatasi dengan penuh kesabaran dan keyakinan.
Selamat berjuang rekan-rekan muslimah. Semoga kelak kita bisa berjumpa dengan ibunda-ibunda yang kita kagumi di surga Firdaus. Bisa berdiskusi tentang kiprah kita masing-masing karena garis perjuangan yang sama. Mari berdoa, "Rabbana taqabbal minna innaka antas sami'ul alim." Ini adalah doa dari Nabi Ibrahim yang tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 127 yang artinya, "Ya Tuhan kami terimalah amal dari kami sungguh Engkaulah yang Maha Mendengar Maha Mengetahui".
Waallahu a'lam bishawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com