
Melihat dari fakta yang ada, setiap diplomasi antara AS dan Korut yang dilakukan tidak mendapatkan keputusan perdamaian yang konkret. Ini menjadi bukti bahwa sebenarnya AS sengaja melanggengkan permusuhannya.
Oleh. Tutik Haryanti
(Kontributor NarasiLiterasi.id)
NarasiLiterasi.Id-Hubungan Amerika Serikat dan Korea Utara makin merenggang. Ketegangan demi ketegangan kedua negara tersebut justru makin meningkat. Dilansir oleh Reuters (22-11-2024), Presiden Korea Utara Kim Jong Un dalam pidatonya di acara pameran militer di Pyongyang, menyoroti kebijakan Amerika Serikat yang bersifat agresif dan bermusuhan terhadap Pyongyang. Meskipun Kim telah beberapa kali melakukan negosiasi bersama Presiden AS Donald Trump, hasilnya tetap saja nihil. Perdamaian yang diharapkan oleh Kim tidak dapat terwujud. Ketegangan pun terus berlanjut.
Penyebab Ketegangan
Saat Trump menjabat Presiden AS periode pertama, Kim dan Trump telah melakukan diplomasi sebanyak tiga kali, yakni di Singapura, Hanoi di Vietnam, dan perbatasan kedua Korea. Dalam pertemuan tersebut tidak menemukan hasil yang konkret. AS tetap menampakkan kekuasaannya melalui kebijakan yang agresif dan bermusuhan terhadap Korut.
Pihak AS dan Korut tidak menemukan kesepakatan bersama. Hal ini dikarenakan kedua negara bersikukuh dengan prinsipnya masing-masing. AS menyeru agar Korut meninggalkan senjata nuklirnya, sedangkan Kim Jong Un menuntut keringanan sanksi-sanksi internasional bagi Pyongyang. Inilah yang menjadi penyebab ketegangan AS dan Korut belum juga usai hingga saat ini.
Menurut kantor berita Korut (KCNA), dalam pidatonya Kim juga menyebut bahwa sebelumnya Semenanjung Korea tidak pernah ada ketegangan antara pihak-pihak yang bertikai. Namun, saat ini justru terjadi konfrontasi akut yang memungkinkan terjadinya perang termonuklir yang akan menghancurkan. Artinya, ada kekhawatiran kehancuran yang terjadi bukan saja pihak Korea Utara dan Korea Selatan sebagai pihak yang bertikai, tetapi akan meluas pada negara-negara pendukung dari kedua negara tersebut. (Detiknews.com, 22-11-2024)
Baca: Mewujudkan Perdamaian di Semenanjung Korea
Langgengnya Permusuhan
Melihat dari fakta yang ada, setiap diplomasi antara AS dan Korut yang dilakukan tidak mendapatkan keputusan perdamaian yang konkret. Ini menjadi bukti bahwa sebenarnya AS sengaja melanggengkan permusuhannya. AS tidak ingin kepentingannya terusik oleh siapa pun termasuk oleh Korea Utara yang menguasai nuklir di Asia-Pasifik. AS lebih beraliansi dengan Korea Selatan sebagai negara sekutunya untuk menghadapi Korut. Korut akan menjadi pesaing yang berat bagi AS.
Diketahui bersama, Korut adalah negara yang menjalin hubungan baik dengan Rusia, hingga mengirimkan bantuan pasukan militernya ke Rusia. Sementara itu, AS bermusuhan dengan Rusia, apalagi semenjak pecah perang Rusia dan Ukraina. AS tidak akan rela membiarkan wilayah Ukraina yang menjadi salah satu anggota NATO dicaplok oleh Rusia. AS dan Ukraina juga memiliki perjanjian investasi bilateral. Ditambah lagi Ukraina merupakan kawasan strategis yang menjadi koridor Eurasia (penghubung benua Asia-Eropa) yang dianggap sebagai kawasan heartland. Negara yang menguasai heartland dapat dikatakan menguasai dunia.
Hegemoni AS
Tidak bisa dimungkiri, saat ini AS sebagai negara adidaya yang menguasai dunia, tentunya tidak mudah untuk menggeser kedudukannya. AS telah menguasai geopolitik internasional, di antaranya dalam hal perekonomian. Saat ini dolar Amerika masih tetap menjadi patokan untuk mata uang dunia. Selain itu, pengaruh dari teknologi, kemiliteran, pertahanan dan keamanan, serta budaya AS meluas seluruh penjuru dunia.
Oleh karena itu, pengaruh hegemoni AS ke negara-negara dunia semakin menguat. Bukan saja wilayah Uni Eropa, tetapi sudah merata hampir seluruh dunia. AS juga berusaha menancapkan hegemoninya di wilayah Timur Tengah, dengan tujuan untuk mendapatkan pasokan energi, jalur perdagangan, stabilitas geopolitik, dan kontraterorisme. Contoh hegemoni AS di Timur Tengah yang sangat tampak yakni bersekutu dengan Israel dengan mendukung genosida di Palestina.
Hal ini sangat terlihat jelas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh AS yang tidak dapat diganggu gugat. Misalnya, dalam mengeluarkan hak veto di keanggotaan Dewan Keamanan PBB yang berjumlah 15 negara. Meskipun ada 14 anggota DK PBB yang menyetujui adanya gencatan senjata terhadap genosida Israel di Palestina, tetapi dengan AS memveto usulan tersebut, maka usulan gencatan senjata dibatalkan. Ini kebijakan yang jelas tidak masuk akal, 14 negara lain tersebut tidak dapat berbuat apa pun. Hal ini menunjukkan kekuatan AS sudah membuat negara-negara lain tunduk terhadap keputusan dan sikap yang diambilnya.
AS Pengemban Ideologi Kapitalisme
Kekuatan AS sebagai negara adidaya di dunia tak lain karena didukung dari ideologi kapitalisme yang dianutnya. Ideologi kapitalisme inilah yang mengangkat citra AS menjadi negara superpower. Ideologi yang berasaskan manfaat, dan menjunjung tinggi liberalisme akan dengan mudah menguasai negara-negara lain untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Maka wajar bila AS merasa khawatir bila ada yang berani menggantikan kedudukannya sebagai negara adikuasa seperti Korut, Cina, atau Rusia yang menganut ideologi komunisme.
Ideologi kapitalisme sudah diikuti oleh sebagian besar negara-negara di dunia. Ideologi ini sudah mengakar pula di negeri-negeri muslim termasuk Indonesia. Akibat dari ideologi kapitalisme inilah negeri muslim tersekat-sekat dengan nasionalisme sehingga tidak dapat memberikan bantuan militernya untuk mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina.
Beginilah wajah asli AS sebagai pengemban ideologi kapitalisme yang memiliki sifat penjajah, melanggengkan permusuhan demi eksisnya hegemoni ke negara-negara di dunia.
Lantas adakah negara yang mampu menandingi Amerika Serikat sebagai pengemban ideologi kapitalisme yang tidak ingin tergantikan posisinya? Adakah pula negara adikuasa yang mampu menciptakan perdamaian di seluruh penjuru dunia?
Negara Tandingan AS
Negara yang mampu menggeser posisi AS sebagai negara adidaya saat ini yaitu Daulah Khilafah Islamiah. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi muslimin seluruh dunia, yang menerapkan syariat Islam dan hukum-hukum Allah serta mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Negara Khilafah tidak dibatasi teritorial serta meliputi berbagai suku dan bangsa. Sistem pemerintahan Khilafah akan menerapkan Islam sebagai ideologi, menjadikan syariat Islam sebagai dasar hukum, serta mengikuti cara Rasulullah saw. dan Khulafaurasyidin dalam menjalankan pemerintahan.
Pada masa kekhilafahan ini telah mampu menguasai dua pertiga dunia selama 13 abad lamanya. Jadi, sudah tidak diragukan lagi kekuasaan dan kekuatan yang pernah dimiliki oleh Khilafah, ternyata tidak sebanding dengan AS saat ini. Negara Khilafah akan mengatur seluruh urusan umat di semua aspek kehidupan. Dari hubungannya per individu, masyarakat, negara, sampai dengan antarnegara. Khilafah akan dipimpin seorang khalifah yang akan menjalankan amanah dengan baik sesuai ajaran agama Islam.
Tugas dari khalifah sangatlah banyak, salah satunya yakni mewujudkan persatuan dan perdamaian di muka bumi. Khalifah akan menjaga negeri-negeri muslim maupun nonmuslim yang tunduk terhadap syariat Islam. Tentu ketika ada negeri yang sedang diperangi, maka khalifah akan segera turun tangan untuk mengirimkan pasukannya dan balik memeranginya sehingga tunduk terhadap negara Islam. Tujuannya, agar perdamaian akan selalu terjaga, tidak ada lagi kezaliman di muka bumi sehingga tercipta rahmatan lil-'alamin.
Khatimah
Dari sini dapat diketahui bahwa hanya Khilafah dengan ideologi Islam, satu-satunya negara yang akan mampu memimpin dunia serta mampu menciptakan persatuan dan perdamaian yang hakiki di seluruh dunia. Oleh karena itu, sebagai umat Islam sudah seharusnya berjuang bersama mengikuti petunjuk Nabi Muhammad saw. untuk tegaknya kembali Daulah Khilafah Islamiah di muka bumi. Sebagaimana Allah berfirman,
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai." (QS. An-Nur: 55)
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
