
Untuk mengatasi radikalisme dan terorisme dapat dimulai dengan penguatan akidah Islam melalui pendidikan agama yang dirancang untuk membangun pemahaman Islam yang mendalam dan menyeluruh.
Oleh. Tiktik Siti Mukarromah
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Isu radikalisme dan terorisme telah menjadi topik yang kerap diangkat setiap akhir tahun, seringkali bersanding dengan wacana toleransi dan moderasi beragama. Meskipun terlihat relevan, banyak pihak di masyarakat yang mulai merasa skeptis terhadap narasi ini. Tak sedikit yang beranggapan bahwa isu ini digunakan untuk kepentingan tertentu, termasuk memanfaatkan bantuan dari pihak-pihak yang diuntungkan.
Tepat Pada 23 Desember 2024, salah satu yayasan yang bertempat di Cileunyi, Kabupaten Bandung menjadi tempat penyelenggaraan diskusi beragama yang bertema “Toleransi Beragama dan Kepercayaan dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia di Jawa Barat; Mewaspadai Bahaya Radikalisme dan Terorisme Mengatasnamakan Ajaran Religi”. Dalam acara tersebut melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, aparat keamanan, organisasi masyarakat seperti GP Ansor, dan yang lainnya. (Liputanindo.id, 24-12-2024)
Dalam diskusi ini, Ustaz Kiki M. Iqbal, mantan pelaku terorisme, mengungkapkan bahwa radikalisme sering kali menyasar individu dengan tingkat pendidikan tinggi melalui doktrin agama yang disalahartikan. Pemateri lainnya menekankan pentingnya menjaga Pancasila sebagai landasan kebangsaan sekaligus warisan ulama dan umat Islam.
Radikalisme, Fenomena Kompleks Rawan Disalahfahami
Radikalisme dan terorisme adalah fenomena yang kompleks dan sering disalahpahami. Dalam banyak kasus, kedua istilah ini digunakan untuk menciptakan stigma terhadap kelompok tertentu, khususnya umat Islam, meskipun kenyataannya tindakan terorisme juga dilakukan oleh kelompok dari berbagai latar belakang agama.
Radikalisme pada dasarnya dapat menjadi hal positif jika dipahami sebagai upaya berpikir kritis untuk menciptakan perubahan. Namun, ketika dikaitkan dengan kekerasan dan penghancuran, ia menjadi ancaman serius bagi harmoni sosial. Fenomena ini sering kali berkembang di tengah ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, dan lemahnya pemahaman agama. Ketimpangan ini menciptakan rasa frustrasi dan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu.
Selain itu, radikalisme juga dipengaruhi oleh doktrin agama yang keliru dan interpretasi yang menyimpang. Hal ini disebabkan kurangnya pembelajaran agama yang mendalam dan terbuka terhadap berbagai sudut pandang ulama. Dengan demikian, pendidikan agama yang holistik menjadi sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan ajaran agama.
Radikalisme dan terorisme sering disalahpahami sebagai isu agama, padahal keduanya lebih kompleks, dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan politik. Sistem kapitalis sekuler berkontribusi melalui ketimpangan aspek kehidupan yang menciptakan frustrasi dan membuka celah bagi ideologi radikal untuk berkembang.
Di samping itu, pemisahan agama dari kehidupan publik dalam sistem sekuler menghasilkan minimnya pemahaman agama yang mendalam. Hal ini mengakibatkan banyaknya pemahaman orang-orang tergerus karena adanya sistem jahiliah ini yang menjadi penghambat berkembangnya dakwah Islam di masyarakat. Terjajahnya pemikiran adalah awal mula dari ketiadaan peradaban Islam di tengah-tengah masyarakat. Kondisi ini membuat masyarakat rentan terhadap interpretasi agama yang menyimpang. Politisasi isu radikalisme pun sering digunakan untuk menciptakan stigma terhadap kelompok tertentu dan ini memperburuk konflik sosial.
Baca juga: Proyek Moderasi Makin Gencar, Generasi Kian Ambyar
Solusi Tangani Radikalisme
Adanya wadah dakwah atau kelompok dakwah berjemaah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw. merupakan salah satu bentuk solusi dalam menangani paham radikalisme dan terorisme. Dakwah yang dilakukan secara terorganisasi dan berlandaskan pemahaman Islam yang benar akan menjadi sarana untuk membina umat dalam memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan sempurna. Rasulullah saw. sendiri menekankan pentingnya berjemaah, sebagaimana sabdanya,
... وَ.الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ »
“Wajib atas kamu sekalian untuk berjemaah karena sesungguhnya berjemaah itu adalah rahmat, sedangkan perpecahan itu adalah azab.” (HR. Ahmad)
Untuk mengatasi radikalisme dan terorisme dapat dimulai dengan penguatan akidah Islam melalui pendidikan agama yang dirancang untuk membangun pemahaman Islam yang mendalam dan menyeluruh. Akidah yang kokoh menjadi benteng yang mampu melindungi umat dari penyimpangan ideologi. Hal demikian sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً َ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah: 208)
Selain itu, penerapan sistem Islam dengan sempurna di berbagai lapisan hingga negara akan menjadi langkah fundamental. Sistem ini menawarkan solusi komprehensif terhadap setiap masalah ideologi, sosial, ekonomi, dan politik, dengan syariat Islam sebagai panduan utama agar hidup dan pemikiran masyarakat terarah. Allah juga mengingatkan pentingnya menegakkan hukum-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an,
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 45)
Lebih jauh, pemberdayaan ekonomi dan sosial menjadi kunci penting. Ketimpangan ekonomi yang sering menjadi akar masalah radikalisme harus diatasi melalui sistem ekonomi Islam yang menitikberatkan pada distribusi kekayaan negara melalui zakat, wakaf, dan pelarangan riba. Hal ini akan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera, makmur, dan kuat dengan identitas Islamnya. sebagaimana firman Allah,
كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ
“Agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Langkah Fundamental Atasi Radikalisme
Selain itu, nilai-nilai kebangsaan perlu direvitalisasi dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam yang universal seperti keadilan, toleransi, dan persatuan. Pendekatan ini akan memperkuat identitas seorang muslim sekaligus menjaga keberagaman sebagai aset bangsa. Dengan meyakini Islam sebagai satu-satunya agama yang benar, tidak terbawa arus oleh ideologi yang menyimpang sehingga kaum muslim terlindungi akidahnya dari pemahaman keliru.
Umat Islam juga perlu memimpin upaya ini dengan menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat yang baik. Dengan penguatan akidah, penerapan sistem Islam secara menyeluruh, isu radikalisme dan terorisme dapat diatasi secara efektif.
Langkah-langkah ini diharapkan tidak hanya mampu melindungi umat Islam dari pengaruh ideologi menyimpang, tetapi juga memberikan kontribusi positif dalam membangun peradaban yang damai dan adil. Wallahu a’lam bi ash-shawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
