Sultan Fattah, Raja Islam Pertama Penakluk Tanah Jawa

"Banyak dari kalangan masyarakat yang menganggap jejak kerajaan Islam di tanah Jawa hanya romantisme sejarah belaka. Padahal, keberadaan Kerajaan Islam Demak inilah yang menjadi cikal bakal diterapkannya syariat Islam di tanah Jawa dan hukum-hukumnya terlaksana di bawah kepemimpinan dan pemerintahan Islam Sultan Fattah yang didukung oleh para ulama yang tergabung dalam Wali Songo."


Judul Buku: Sultan Fattah, Raja Islam Pertama Penakluk Tanah Jawa
Penulis: Rachmad Abdullah, S.Si., M.Pd.
Penerbit: Al Wafi Publishing
Tahun Terbit: Cetakan I. April 2015, VII. Juli 2021
ISBN: 978-979-1093-34-7
Tebal: 226 Halaman
Peresensi: Miladiah al-Qibthiyah
(Wakil RedPel NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Buku “Sultan Fattah, Raja Islam Pertama Penakluk Tanah Jawa” adalah sebuah buku yang di dalamnya mengungkapkan fakta sejarah yang valid tentang sepak terjang Sultan Fattah dalam membuka kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Bagi mereka yang tidak mengetahui sejarah kerajaan Islam di tanah Jawa khususnya Kerajaan Demak, maka buku ini akan memahamkan para pembaca bahwasanya Sultan Fattah telah memerintah Kerajaan Demak dengan menegakkan syariat Islam. Sultan Fattah menegakkan hukum-hukum Islam dan menjadikan Masjid Agung Demak sebagai pusat pemerintahannya.

Banyak dari kalangan masyarakat yang menganggap jejak kerajaan Islam di tanah Jawa hanya romantisme sejarah belaka. Padahal, keberadaan Kerajaan Islam Demak inilah yang menjadi cikal bakal diterapkannya syariat Islam di tanah Jawa dan hukum-hukumnya terlaksana di bawah kepemimpinan dan pemerintahan Islam Sultan Fattah yang didukung oleh para ulama yang tergabung dalam Wali Songo. Para pembaca akan tergambar bagaimana eksistensi kekuatan politik Islam (as-siyasah asy-syar'iyah) Kerajaan Demak yang mampu menguasai hampir seluruh tanah Jawa, bahkan meluaskan pengaruhnya ke berbagai kepulauan di Nusantara, seperti Nusa Tenggara, Maluku (Ternate dan Tidore), Sulawesi (Gowa dan Tallo), Kalimantan, Malaka, dll.

Buku ini akan mengantarkan para pembaca menyelami bagaimana perjuangan Sultan Fattah menjadi Raja Islam Penakluk tanah Jawa, mengobarkan api revolusi kerajaan Islam Demak Bintoro dalam hal akidah, ibadah, pentingnya makna syahadat, salat, puasa, zakat, dan berhaji. Juga mengobarkan semangat revolusi di bidang hukum dan pemerintahan, revolusi militer, ekonomi, pendidikan, sosial kemasyarakatan, sains dan teknologi yang semuanya berbasis pada akidah Islam. Digambarkan juga bagaimana Sultan Fattah menghabiskan waktunya nyantri kepada Sunan Ampel. Atas nasihat Sunan Ampel inilah Sultan Fattah memahami betapa pentingnya kekuasaan politik Islam (siyasah syar'iyah) yang menyatukan para pimpinan dan ulama dalam rangka ibadah untuk mempercepat perluasan Islam.

Ada 5 bagian yang dikupas di dalam buku ini. Di antaranya adalah tentang “Islam dan Kekuasaan Politik, “Titik Balik Peradaban Jawa: Dari Syiwo Buddho Menuju Islam”, “Berdirinya Kerajaan Islam Demak: Awal Revolusi Islam Jawa”, ” Api Revolusi Kerajaan Islam Demak”, dan “Api Revolusi Islam Berkobar di Nusantara”. Ada sebuah kutipan menarik dalam buku ini, bahwasanya "Kerajaan Islam Demak dipandang sebagai sebuah daulah Islam. Kekuasaannya dipimpin oleh Sultan Syah Alam Akbar Al-Fattah sebagai rajanya dan Wali Songo sebagai ahlul halli wal 'aqdi sekaligus dewan ulama. Di wilayahnya diberlakukan hukum Islam dan mayoritas umat yang berada di daerah kekuasaannya adalah umat Islam". Kutipan ini seolah mengobarkan kembali semangat dan tekad juang para pengemban dakwah untuk semakin yakin berjuang menegakkan syariat melalui jalan revolusi Islam di Indonesia.

Pada bagian kedua, buku ini menjelaskan tentang keberadaan Wali Songo yang menyebarkan dakwah Islam di tanah Jawa. Wali Songo angkatan pertama dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dan menjadi peletak dasar bagi tersebarnya dakwah Islam yang terorganisir dengan rapi. Diadakan sidang para wali untuk berbagi tugas dakwah yang dikelompokkan menjadi 3 wilayah kerja, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di Jawa Timur ada Syekh Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, dan Maulana Ahmad Jumadil Kubra. Di Jawa Tengah diserahkan pada Syekh Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Maulana Muhammad Ali Akbar, dan Syekh Subakir. Sedangkan, Syekh Maulana Malik Israil, Maulana Hasanuddin, dan Maulana Alayuddin ditugaskan berdakwah di Jawa Barat. Mereka inilah 9 Wali Songo yang telah bertugas menyebarkan ajaran Islam kaffah di tanah Jawa.

Kemudian pada bagian “Api Revolusi Islam Berkobar di Nusantara”, dijelaskan bagaimana Jawa Tengah menjadi basis kekuatan Islam. Tegaknya kekuasaan politik Islam adalah sebuah keharusan bagi berlangsungnya perjuangan untuk memperluas wilayah dakwah ilallah. Ekspansi telah merambah ke hampir seluruh tanah Jawa. Dalam Islam hanya ada 3 pilihan yang ditawarkan, yaitu masuk Islam, menjadi kafir dzimmi, atau diperangi. Walau telah berdiri kerajaan Demak, bukan berarti Islam di pulau ini disebarkan dengan cara-cara kekerasan dan pemaksaan lewat pedang. Sebagaimana yang dituduhkan kaum orientalis bahwa yang tidak mau masuk Islam akan dibunuh. Islam justru memberikan perlindungan terhadap orang-orang kafir dzimmi, yakni orang kafir yang bersedia tunduk dan patuh di bawah kekuasaan Islam. Dengan berdirinya kerajaan Demak Bintoro, maka berkobarlah api revolusi Islam yang menjalar ke arah Barat maupun Timur.

Buku ini sangat recommended bagi para pecinta sejarah atau para pendidik agar mampu meluruskan fakta sejarah Islam yang valid dan menjelaskan bahwasanya syariat Islam tidak hanya diterapkan di wilayah Arab saja, melainkan merambah ke seluruh dunia hingga pelosok negeri. Mereka yang yang tengah berjuang mendakwahkan Islam ideologis juga wajib membaca buku ini sebagai amunisi bincang sejarah Islam di tengah-tengah circle mereka. Sungguh dari buku ini kita benar-benar paham bahwasanya Kekhilafahan Turki Utsmani pernah mengirimkan pasukan dan angkatan perangnya untuk memperkuat pasukan koalisi Kerajaan Islam dari Aceh, Palembang, dan Jawa untuk membasmi kekuatan penjajah Katolik Portugis yang telah menganeksasi wajah kerajaan Islam di Malaka pada masa berikutnya.[]


Photo : Pribadi
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Muara Kasih Ibu
Next
Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa
bubblemenu-circle linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram