Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa

“Buku ini menjelaskan gelora dakwah Wali Songo di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta berdirinya kerajaan (kesultanan) Islam dan ekspedisi jihad Wali Songo. Mereka melakukan seruan dakwah Islam kepada Raja Mojopahit hingga pemulihan stabilitas kerajaan. Strategi dakwah mendirikan pondok pesantren sebagai pusat kaderisasi dan membangun masjid sebagai pusat kekuatan umat hingga perluasan dakwah Islam dan melakukan ekspedisi jihad melawan Portugis di Sunda Kelapa.”


Judul Buku: Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa
Penulis: Rachmad Abdullah, S.Si., M.Pd.
Penerbit: Al Wafi Publishing
Tahun Terbit: Cetakan I. April 2015, IX. Februari 2021
ISBN: 978-979-1093-33-0
Tebal: 240 Halaman
Peresensi: Miladiah al-Qibthiyah
(Wakil RedPel NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Buku “Wali Songo: Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa” adalah sebuah buku yang mengungkapkan sepak terjang dakwah para Wali Songo tak hanya di Pulau Jawa, namun menembus batas teritorial di seluruh wilayah Indonesia. Di dalamnya mengulas bagaimana strategi dakwah yang ditempuh oleh Wali Songo hingga menyentuh berbagai kalangan masyarakat. Dalam sejarahnya, Wali Songo menjadikan gelora jihad fi sabilillah sebagai aktivitas utama dalam persebaran dakwahnya. Bagi mereka yang tidak mengetahui siapa sebenarnya Wali Songo beserta sejarahnya, maka buku ini akan membuka wawasan para pembaca bahwasanya Wali Songo adalah sebuah tim dakwah berjumlah 9 tokoh yang dibentuk oleh Khalifah Turki Utsmani, Sultan Muhammad I yang dikirim ke Jawa dan dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Hingga kemudian hari ini dikenal dengan sebutan Wali Songo angkatan pertama.

Beberapa kalangan awam menilai keberadaan Wali Songo tak lebih sekadar dongeng yang kental dengan nilai-nilai mistik. Belum lagi dengan sebutan kerajaan yang merupakan bekas peninggalan Kerajaan Hindu-Budha. Padahal, Wali Songo adalah Sultan dan Kesultanan yang memberi jejak persebaran Islam di tanah Jawa. Bahkan kekuasaan Islam telah berdaulat penuh hampir di seluruh wilayah Nusantara kala itu. Oleh karena itu, penting dipahami oleh umat, pembaca khususnya bahwa di Pulau Jawa inilah kobaran api revolusi yang mengantarkan pada jihad fi sabilillah menyala di abad ke-15 dan ke-16. Maka benar, jika Pulau Jawa merupakan titik sentral tersebarnya dakwah Islam di Nusantara. Dari sanalah terjadi pengaruh dan perubahan besar dalam aspek kehidupan, seperti ideologi, bidang politik, pemerintahan, militer, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan peradaban di Indonesia.

Buku ini akan mengantarkan para pembaca menyelami bagaimana perjuangan Wali Songo merintis jalan penyebaran Islam di tanah Jawa. Di dalam buku dijelaskan bahwa kata sanga merupakan perubahan dalam mengucapkan kata sana yang berarti tsana'. Kata tsana' berasal dari bahasa Arab yang berarti mulia yang semakna dengan mahmud yang berarti terpuji. Sedangkan wali adalah orang beriman dan bertakwa dan dekat dengan Allah Swt. Adapun dari sisi fakta sejarah, Songo merupakan bilangan angka 9 dalam bahasa Jawa. Sehingga istilah Wali Songo berasal dari kata Wali Tsana' yang berarti wali yang mulia, berjumlah 9 orang yang tergabung dalam lembaga dakwah, dewan ulama, atau majelis wali.

Ada 3 bagian yang dikupas dalam buku ini. Di antaranya adalah tentang “Runtuhnya Mojopahit dan Bangkitnya Islam di Tanah Jawa”, “Wali Songo: Perintis Jalan Penyebaran Islam di Jawa”, dan “Gelora Dakwah dan Jihad Wali Songo”. Ada sebuah kutipan hadis yang menggambarkan sosok Waliyullah dalam buku ini, bahwasanya "Allah berkalam, 'Barang siapa memusuhi wali-Ku berarti telah mengumumkan perang terhadap-Ku atau Aku menyatakan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya…'."

Istilah Wali Songo atau sembilan waliyullah begitu erat kaitannya dengan ungkapan hadis di atas, sebab mereka adalah para penyebar Islam terpenting di Tanah Jawa pada awal abad ke-15 dan ke-16. Wali Songo memiliki kelebihan daripada masyarakat mayoritas yang waktu itu masih menganut agama lama. Oleh karena itu, para Auliya' dipandang sebagai orang-orang dekat dengan Allah Swt. karena telah menegakkan kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan serta mengerjakan amalan-amalan sunah, sehingga mendapatkan berbagai karunia berupa kejadian luar biasa yang disebut karomah.

Pada bagian kedua, buku ini memaparkan Wali Songo angkatan pertama hingga angkatan ke-6. Angkatan pertama berjumlah 9 orang dan aktivitasnya dimulai pada tahun 1404-1421 M. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil Kubra, Maulana Muhammad Al-Maghribi, Maulana Malik Israil, Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, dan Syekh Subakir. Sembilan ulama inilah yang bersama-sama dan pertama berangkat ke Pulau Jawa atas perintah Sultan Muhammad I, Khalifah Turki Utsmani. Mereka sampai di Jawa pada tahun 808 H/1404 M. Kemudian angkatan kedua adalah Sunan Ampel (1421-1438 M). Angkatan ketiga adalah Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati (1436-1463 M).

Wali Songo angkatan keempat adalah Sunan Giri, Sunan Mbonang, Sunan Kalijogo, dan Sunan Drajat (1463-1466 M). Angkatan kelima adalah Raden Fattah dan Fattahillah (1466-1678 M) dan angkatan keenam adalah Sunan Muria dan Sunan Tembayat (1478-…M). Mereka inilah anggota-anggota Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam yang sesungguhnya. Bahkan mereka mengajarkan tentang etika kehidupan seorang muslim, yakni meninggalkan dunia, memilih orang yang baik untuk dijadikan kawan dalam bermusyawarah, dan memisahkan diri dari kebanyakan orang, duduk-duduk di masjid (i'tikaf), salat 5 waktu, dan mengkaji Al-Qur'an, dan bangun di waktu malam untuk beribadah pada Allah Yang Mahakuasa. Selain itu, di dalam buku ini juga ada banyak wejangan-wejangan dari Syekh Maulana Malik Ibrahim agar tetap berpegang teguh pada pedoman umat Islam yakni Al-Qur'an dan As-Sunah.

Kemudian pada bagian terakhir buku ini, yakni “Gelora Dakwah dan Jihad Wali Songo”, dijelaskan bagaimana gelora dakwah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta berdirinya kerajaan (kesultanan) Islam dan ekspedisi jihad Wali Songo. Mereka melakukan seruan dakwah Islam kepada Raja Mojopahit hingga pemulihan stabilitas kerajaan. Strategi dakwah dengan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Strategi dakwah mendirikan pondok pesantren dan memperbaiki moral masyarakat. Mereka juga membangun masjid sebagai pusat kekuatan umat, pesantren sebagai pusat kaderisasi, hingga perluasan dakwah Islam ke berbagai daerah dengan mengutus para santri. Sampai akhirnya berhasil membangun kekuasaan politik hingga melakukan ekspedisi jihad melawan Portugis di Sunda Kelapa pada 1527 M. Maa syaa Allah.

Buku ini sangat recommended bagi para pecinta sejarah atau para pendidik agar mampu meluruskan fakta sejarah Islam yang valid khususnya kisah hidup dan perjuangan dakwah Wali Songo di tanah Jawa. Sungguh dari buku ini kita benar-benar paham bahwasanya Kekhilafahan Turki Utsmani pernah mengirimkan pasukan dan angkatan perangnya untuk memperkuat pasukan koalisi Kesultanan Islam di Nusantara, hingga berhasil menghancurkan kekuatan pasukan Katolik Portugis di Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi Jayakarta.[]


Photo : Pribadi
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Sultan Fattah, Raja Islam Pertama Penakluk Tanah Jawa
Next
Bait-Bait Cinta Keluarga Perindu Surga
bubblemenu-circle linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram