Memupus Rindu Baitullah

“Dari satu umrah ke umrah lainnya (berikutnya) menjadi penghapus dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR. Muslim)

Oleh. Asma Faoriyah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Beberapa rindu harus menunggu, bahkan pupus menorehkan luka. Mungkinkah pedihnya rindu, bernilai di sisi-Mu?

Wajah teduh lelaki berhidung bangir itu tetap tersenyum, meskipun luka itu tetap terlihat pada getar suaranya yang menahan marah, malu, dan putus asa.

“Aku malu sekali, Pak,” Isak Bu Sri pada sang suami.

“Sabar,” ujar Pak Ahmad nyaris tak terdengar.

“Simbok kok malu? ini ‘kan bukan aib,” sela Qia, si putri bungsu menghibur.

“Yo isin, wong umrah gagal, kok nggak malu,” ketus Bu Sri pada putrinya.

“Uang kalian halal, ‘kan?” ujar Bu Sri sendu, mencari kepastian pada anak-anaknya.

“Ya, Mbok,” ujar anak-anak meyakinkan.

Ruangan itu lengang, semua terbawa suasana sedih. Koper berisi kain ihram dan perlengkapan Pak Ahmad menjadi saksi suka duka di tengah keluarga itu. Sebulan yang lalu, mereka sangat bersemangat mengurusi berbagai keperluan sang ayah. Keenam anaknya rela berpatungan demi mewujudkan mimpi sang ayah yang telah menapaki usia senja. Bu Sri yang usianya terpaut jauh dengan sang suami rela ditinggal. Wanita itu ikhlas mengubur mimpinya agar bisa menunaikan ibadah haji dan umrah bersama sang suami.

Kebahagiaan itu berganti duka, keberangkatan jemaah umrah ditunda sampai waktu yang tak pasti. Harapan masih tetap ada, karena semua perlengkapan ibadah telah dibagikan oleh pihak travel. Hingga kepastian itu datang, setelah satu minggu menunggu, akhirnya Pak Ahmad dipastikan tidak jadi umrah. Travel yang berjanji memberangkatkan jemaah dengan biaya murah ternyata bermasalah. 

Waktu berlalu, perubahan sikap Pak Ahmad yang menjadi jauh lebih pendiam menggambarkan betapa terlukanya lelaki tegar itu. Ratri dan suaminya yang menyarankan agar sang ayah berangkat dengan travel tersebut merasa sangat bersalah.

Perubahan sikap sang ayah sekaligus keluh kesah sang ibu yang selalu menangis bila membicarakan masalah umrah membuat suasana serba canggung. Rasa bersalah itu semakin menjadi karena Pak Ahmad tak sekalipun memarahi mereka. Sikap diam sang ayah jauh lebih menakutkan dari keluh kesah sang ibu yang diiringi isak tangis.

“Dulu, setiap bertemu kiai, atau orang-orang yang saleh, bapak selalu minta doa agar bisa haji dan umrah,” ujar Ratri pada Hanif, sang suami.

“Aku hanya ingin mewujudkan mimpi itu. Tapi kita kok, belum kaya ya, Mas. Sementara usia bapak sudah tujuh puluh lebih,” keluh Ratri.

“Sabar,” Hibur Hanif.

“Uang yang sudah disetor ke travel nggak bisa diambil, ya, Mas?” tanya Ratri.

“Mereka janji akan memberangkatkan jemaah,” jawab Hanif.

“Ini sudah berbulan-bulan, lo.” Ratri mengeluh kesal.

Malam itu, Ratri terus saja bercerita tentang sang ayah. Sesekali Hanif mengingatkan bila Ratri mempertanyakan keadilan Allah, yang seolah tak berhenti menguji kesabaran ayahnya. Menjadi anak piatu sejak masih kecil, rela bersusah payah demi menjadi santri, bahkan rela hanya makan nasi berlauk garam demi keberlangsungan hidupnya di pondok. 

Ayahnya tak pernah meninggalkan salat berjemaah di masjid. Selalu mengajari anak-anaknya agar berhati-hati dalam masalah halal dan haram. Membanting tulang agar anak-anaknya mengenyam pendidikan tinggi. 

Dakhola alhalal khuruju al halal, dakhola al haram khuruju al haram ujar Ratri tersenyum mengingat nasihat sang ayah.

“Pasti ada hikmahnya,” Hibur Hanif.

“Bagaimana kalau bapak meninggal, nggak jadi umrah?” Ratri bertanya khawatir.

Keduanya terdiam, membisu. Bagi orang lain memberangkatkan orang tua umrah, mungkin bukan hal yang sulit. Namun, untuk Ratri dan saudara-saudaranya, hal tersebut tidaklah mudah. Mereka harus bersusah payah menyisihkan tabungan. Terlebih, kedua orang tua mereka selalu berpesan jangan menyusahkan diri dalam jeratan utang demi kehormatan dalam pandangan manusia.

Setahun telah berlalu, luka kegagalan ibadah umrah telah mulai mengering. Koper hijau berhiaskan nama travel bermasalah masih tersimpan rapi. Tak ada yang berani mengusiknya, tetapi juga tak ada yang berani membuangnya. Pak Ahmad telah berlapang dada dengan ketetapan yang Allah takdirkan. Bu Sri juga tak lagi mengeluhkan kegagalan yang menyakitkan tersebut. Hingga kabar yang membuat was-was datang lagi. Pihak travel memastikan bahwa rombongan jemaah umrah yang gagal berangkat setahun lalu telah dijadwalkan untuk berangkat kembali.

Seluruh jemaah mendapatkan koper dan perlengkapan ibadah yang baru.

“Ini hikmahnya, jadi dapat dua koper,” ujar salah seorang anggota keluarga jemaah.

Ratri menahan senyum mendengar percakapan itu. Dia terngiang ucapan suaminya tentang hikmah di setiap peristiwa. Bukan tentang materi, tetapi bagaimana peristiwa kegagalan itu membuat mereka semakin larut dalam munajat panjang demi mewujudkan mimpi orang tua. Bagaimana mereka belajar pada ketegaran sang ayah meredam emosi meskipun itu sangat menyakitkan hati. Membuat semua bermuhasabah akan kehalalan harta yang mereka gunakan untuk membiayai umrah tersebut. 

Dua bus yang membawa jemaah umrah siap berangkat menuju bandara. Lambaian tangan para jemaah membuat luruh air mata Bu Sri dan anak-anaknya.  Lelaki yang sangat mereka cintai sebentar lagi akan memeluk mimpinya. Hanya pada yang Maha Pengasih, mereka menitipkan sang ayah. Jika hari ini, mereka hanya mampu memberangkatkan ayah, semoga suatu hari nanti mereka bisa menggandeng sang ibu untuk tawaf mengelilingi Ka’bah. Wanita sederhana yang tak lelah menyenandungkan asmaulhusna sebagai pengantar tidur sang buah hati. 

Selama Pak Ahmad menunaikan ibadah, seluruh keluarga hanya mampu berpasrah pada yang Maha Kuasa. Sang ayah yang tak terbiasa dengan alat komunikasi, tak bisa mereka hubungi. Hingga kabar kepulangan jemaah umrah, menghapus kekhawatiran mereka. Pak Ahmad pulang dengan selamat. Kesedihan karena menanggung rindu pada Ka’bah, Makkah, dan Madinah telah sirna. Wajah cerah Pak Ahmad terpancar penuh kebahagiaan, tak sedikit pun menampakkan kelelahan. Keceriaan itu telah kembali. 

“Maaf, Bapak nggak bawa oleh-oleh, soalnya uangnya nggak ada di dompet,” tutur Pak Ahmad merasa bersalah. 

Hanif bergegas melihat dompet Pak Ahmad, dia sangat yakin memasukkan uang riyal di dompet tersebut. Bukan untuk membeli oleh-oleh, tetapi berjaga-jaga, khawatir sang ayah ingin membeli sesuatu.

“Ini uangnya, Pak, masih utuh,” Tunjuk Hanif mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet.

Pak Ahmad terkekeh, “La nyimpennya di situ, to. Kok, dompetnya nyelip-nyelip, sih,” ujar Pak Ahmad diiringi tawa gemas Bu Sri.

“Oalah, Pak e, Alhamdulillah duitnya utuh, Bapak selamat dan sehat,” Hibur Bu Sri.

“Tapi tas kecilnya hilang,” ujar Pak Ahmad sedih.

”Lupa menaruhnya, untung isinya cuma baju, bukan surat-surat penting,” tambahnya menyesal.

Rumah itu ramai dengan canda tawa juga senyum haru dengan berbagai cerita Pak Ahmad. Bahagia tak terkira saat melihat wajah orang yang mereka cintai berbinar bahagia. 

Putra-putri Pak Ahmad semakin percaya, bahwa mereka tak akan pernah memupus rindu menuju baitullah. Mereka berusaha terus memupuknya hingga bermekaran, memohon pada Sang Maha Pemurah, agar mampu meraih keutamaan haji dan umrah.

“Dari satu umrah ke umrah lainnya (berikutnya) menjadi penghapus dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (Hadis riwayat Muslim).

Bandarlampung, 9 Agustus 2023.

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Asma Faoriyah Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Perjalanan yang Mengesankan
Next
Remaja: Menjadi Duta Antinarkoba atau Duta Antimaksiat?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

14 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
diadwi arista
diadwi arista
1 year ago

Cerpen yang tak jarang terjadi di kehidupan nyata. Bagaimana dengan mudah penipuan terjadi, memang butuh ketegasan negara dalam mengatasi hal ini

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago
Reply to  diadwi arista

Setuju, semoga kebijakan dan pembenahan travel yang merugikan jemaah akan terus diperbaiki.

Yani Suryani
Yani Suryani
1 year ago

Duuh jadi terharu bacanya..mudah2an kita semua bisa berangkat haji dan umrah..aamiin

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago
Reply to  Yani Suryani

Aamiin. Terima kasih sudah mampir.

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Allah Swt lebih tahu waktu yang terbaik untuk para hamba-Nya..

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago
Reply to  R. Bilhaq

Sepakat, banyak hikmah yang kadang kita tak mampu menelaahnya.

sar tinah
sar tinah
1 year ago

Biar ini hanya cerpen, tapi betul harus berhati-hati memang kalau memilih travel. Miris saya baca diberita, orang yang sudah nabung puluhan tahun demi bisa haji atau umrah, eh tiba-tiba kena tipu atau travel bermasalah.

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago
Reply to  sar tinah

Setuju, semoga pemerintah hadir untuk memudahkan jemaah dalam menunaikan ibadah.

firda umayah
firda umayah
1 year ago

Penipuan berkedok syariah faktanya memang ada. Harus hati-hati memilih travel yang amanah. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengantarkan orang tua kita ke Baitullah. Aamiin

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago
Reply to  firda umayah

Aamiin

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago
Reply to  Asma Faoriyah

Aamiin

Iha Soliha
Iha Soliha
1 year ago

MasyaAllah....
Rindu Baitullah...

Semoga Allah mengizinkan kami sekeluarga ziarah ke Haramain

Barakallahu... Cerpennya keren

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago
Reply to  Iha Soliha

Aamiin, semoga Allah memudahkan jalan untuk menunaikan umrah dan haji.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram