Kala kurenta, indahnya dunia terasa sulit kunikmati dan kulihat karena pandanganku mulai kabur. Netraku makin menyempit dan linangan tetes mata mudah bergelayut. Menampilkan onak fatamorgana semu.
Oleh. Andrea Aussie
(Pemred Narasiliterasi.id)
NarasiPost.Com-Kucoba membuka netraku yang terasa berat untuk menyapa dunia. Hawa dingin yang belum beranjak seolah memanjakan tubuhku agar tetap berselimut menikmati keheningan dini hari.Terlebih rasa sakit tulang rusukku yang pernah patah akibat jatuh beberapa tahun lalu terasa menusuk punggungku.
Perlahan kucoba bangkit dari empuknya tempat tidur. Langkah kaki yang terasa berat dan rasa pening luar biasa tetap memaksaku untuk segera bersuci dan menghadap Mihrab-Nya. Menyapa dan memohon ampunan-Nya dalam heningnya sepertiga malam.
Kunyalakan macbook-ku seraya kuembuskan napasku pelan-pelan. Banyak amanah yang harus segera kubenahi dan beberapa masalah yang harus ditangani dengan cepat.. Aih.. terkadang aku merasa lelah saat memikirkannya.
Tangan kananku meraih salah satu iphone-ku. Kucari namanya dan secara perlahan kubaca kembali message yang kuterima kemarin sore.
“Mommy, bisakah memilih salah satu gaun kebaya untuk wisudaku? Apakah boleh sekalian untuk acara tunangan?” pesannya.
Deg..!
Ada rasa sembilu menusuk jiwaku. Bulir-bulir kristal bening mulai menetes di pipiku seolah menguak kembali kenangan tentangnya.
Putriku yang terlahir prematur dan hampir terlepas, kini menjelma menjadi seorang sarjana.
Gadis kecilku yang menapak kehidupan penuh kelam dan terjal. Namun, kini berdiri tegak meraih impiannya menjadi seorang peneliti ilmiah.
“Nak, model kebaya mana pun yang engkau suka pasti mommy menyukainya. Tapi pilihlah kebaya yang syar’i. Kebaya yang tidak melukiskan lekuk tubuhmu !” kataku saat dia memaksaku memilih model kebaya yang disodorkan
“Sebenarnya banyak model kebaya yang terlihat ribet dan menerawang lekuk badan. Nde nggak suka lho , Mommy ! Nde ingin kebaya yang polos, sederhana, dan anggun!”
“Kenapa nggak beli bahannya dan kirim ke tukang jahit sesuai model kebaya yang ingin kau pakai?
“Wah itu. bisa lebih mahal harganya dibandingkan beli dari Shopee.Tahu sendiri ‘kan tukang jahitnya suka getok harga kalau tahu siapa Mommy. Harga satu kebaya bisa lebih dari 1,5 juta!”
“Nak, wisuda itu momen sekali seumur hidupmu setelah kamu lulus kuliah. Jangan pikirkan masalah harganya tapi pikirkanlah mencari busana yang syar’i di acara wisudamu kelak. Coba diskusi dengan Uwa Nena! Beliau pintar sekali memilih berbagai kain!” kataku bijak.
Diam sejenak…
Keheningan menyeruak. Kuurai kembali helai demi helai tentang mimpinya, tangisannya serta kala dia kecewa.
Anakku..
Berulang kali kukatakan betapa bangganya diriku dengan apa yang engkau capai sampai detik ini. Terkadang hati ini tidak percaya. Dua puluh dua tahun bukan waktu yang sebentar. Mengitari titian waktu dan memaknai hitam putihnya hakikat kehidupan.
Putriku..
Jika saja engkau tahu betapa rapuhnya hati ini, Nak! Rasa tercabik perih relung hati, sembilu menusuk nurani. Sebuah kegelisahan dan ketakutanku. Mengingat semua impianmu dan masa depanmu. Aku takut engkau makin jauh dariku, Nak!
Kutahu dan sadar bahwa setiap anak akan tumbuh berkembang hingga suatu saat dia mampu berdiri pada kakinya sendiri. Bahkan, aku harus siap melepasmu kala engkau akan membangun istanamu sendiri.
Ya.. Pernikahan!
Sebuah mahligai pernikahan yang menuntut kita untuk mempersiapkannya dengan matang. Mahligai yang akan membawamu makin jauh dariku. Mengikuti sang imammu demi meraih cahaya surga-Nya. Apalagi impianmu ingin tinggal di kota besar.
Dan diriku..
Berdiam diri di kota kelahiranmu. Di rumah yang penuh kenangan pahit sebuah kezaliman dalam hidup kita. Menikmati masa-masa tua seorang diri tanpamu. Ah.. rasanya ada luka menganga kalau membayangkannya.
Duhai putriku..
Ketahuilah tubuh ini sudah tak sekuat dulu lagi..
Diri ini sudah renta Nak! Kulitku berkeriput bagaikan lukisan benang kusut dalam kanvas. Tangan dan kakiku sudah tidak sekokoh dulu lagi. Sering kali sendi tulang kakiku ngilu, sehingga terasa ringkih saat berjalan. Tubuh pun sering goyah menahan terpaan hidup walaupun semilir angin mencubitnya. Tanganku sudah tidak mampu lagi merengkuhmu. Punggung ini sudah tidak sanggup lagi menahan beban berat, tidak seperti dulu sanggup menggendongmu. Namun Nak, cinta dan hatiku selalu ingin merengkuh dirimu sampai ajalku menjemput
Kumohon Nak..
Kala kurenta, seringlah menengok diriku Nak. Carilah kabar tentangku.. Jangan biarkan diriku hidup sendirian dalam balutan rindu yang berkepanjangan.
Pahamilah Nak..
Kala kurenta, indahnya dunia terasa sulit kunikmati dan kulihat karena pandanganku mulai kabur. Netraku makin menyempit dan linangan tetes mata mudah bergelayut. Menampilkan onak fatamorgana semu.
Baca juga :kala hati harus memilih
Lihatlah diriku Nak.
Kala kurenta, rambut pun makin memutih. Satu persatu gigiku mulai menanggalkannya. Lidahku terasa kelu saat bicara layaknya bayi yang sedang belajar bicara. Tutur kata yang makin luntur seolah mengingatkanku bahwa semua mahluk-Nya akan kembali luntur ke dalam tanah.
Kala kurenta, Nak..
Memori ingatanku mulai kabur. Ibarat kaset usang yang perlu dibenahi dan memintaku mencatat ulang segalanya. Gelisah hati yang tiada tara berharap rindu yang berujung.
Jangan biarkan diriku menua sendiri, Nak. Diriku takut seperti mereka yang pergi tanpa jejak. Diam sunyi dalam dunia rentanya.
Ingatlah Nak..
Kala diri ini sudah benar-benar pergi selamanya, tak akan ada lagi rengekan mengibamu. Meninggalkan rindu tiada bertepi untukmu. Kumohon, jangan biarkan diri ini sendiri kala kurenta, Nak!
Ingatlah Firman-Nya:
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَإِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali". (QS. Luqman [31]: 14)
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Barakallah bu