Apa pun Posisimu, Melesatlah!

Fokus pada apa yang bisa kamu lakukan saat ini. Fokus pada penilaian Allah semata. Fokus pada bekal kehidupan akhirat. Fokus up grade diri dan mencetak generasi penakluk Roma. Fokus pada hal-hal positif, sehingga energi positif yang mendominasi.

Oleh. Sherly Agustina M.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis)

NarasiPost.Com-"Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik." (Ali bin Abi Thalib).

Kata-kata hikmah di atas related  banget dengan kehidupan saya pribadi. Sejak menikah dan punya anak, banyak keterbatasan saya dalam amanah dakwah. Bukan, bukan mencari alasan dan menyalahkan suami dan anak-anak. Namun, karena lemahnya diri ini dalam me-manage tenaga, pikiran, dan waktu. Tetapi satu yang pasti, apa pun kondisinya saya tak akan pernah mundur dari jalan dakwah yang indah ini. 

Memaksimalkan Potensi dalam Berdakwah 

Ketika gadis, saya biasa mobile ke sana ke mari, membawa motor ke mana pun sudah biasa. Bahkan, ke luar kota pun sudah biasa walau hanya sekadar silaturahmi dengan salah satu ibu nyai pesantren plus mubaligah di salah satu kota di Banten. Bahagia? Tentu. Karena merasa jiwa dan raga bisa full dalam dakwah. Membuat acara tokoh, menjadi panitia yang merangkap sudah biasa.

Bahkan, dituntut menjadi pembicara dadakan menggantikan salah satu pembicara karena tiba-tiba sakit di hari-H harus siap. Ini terjadi ketika saya punya anak pertama, kebetulan masih bisa mobile. Padahal, ketika itu saya panitia acara tersebut, terbayang 'kan sibuknya seperti apa. Memastikan para petugas teknis, dan rundown acara agar bisa berjalan lancar dan sukses. 

Hari itu, tak pernah terpikirkan kalau akhirnya saya yang menjadi salah satu pembicara di acara tersebut. Karena dalam perjalanan pun, saya masih sebagai panitia yang bertanggung jawab atas acara tersebut. Qadarullah, acara berjalan lancar dan saya bisa melewati acara tersebut sebagai salah satu pembicara terakhir. 

Bukan hanya satu acara atau forum diri ini terbiasa mengisi acara, baik itu kalangan remaja dan tokoh. Entah, mengapa saya jadi terbiasa mengisi forum sana-sini. Dalam pikiran, hanya untuk dakwah saya mau belajar walau itu sulit dalam pandangan saya. Teringat dulu ketika saya melanjutkan pendidikan S2, alasan utamanya ialah untuk dakwah. Mungkin Allah menagih azam saya ketika pulang kampung setelah lulus S2. 

Saat ada forum dan acara, saya diminta jadi pembicara karena gelar S2 saya cukup 'menjual' jika mengisi forum kalangan tokoh atau apa pun. Sepertinya, Allah ingin gelar S2 saya bisa bermanfaat untuk dakwah. Masyaallah, banyak peserta yang terpukau ketika saya mengisi forum. Sampai ada yang berkata, "Neng, pintar amat masih muda sudah S2 dan bisa jadi pembicara di mana-mana". 

Almarhum mamah pun bangga, selain dengan gelar S2 yang saya punya berkat perjuangan dan pengorbanannya. Juga putrinya terbiasa mengisi forum di mana-mana dan dilihat banyak orang. Terharu hati ini, bahagia jika beliau bahagia. Allahumaghfirlaha.

Sebenarnyakalau melihat kapasitas diri sungguh tak layak menjadi pembicara di mana-mana karena diri ini fakir ilmu dan pengalaman, dibanding teman yang lain. Tetapi, demi dakwah rela saya lakukan. Apabila  dengan ini Allah rida, bismillah akan saya lakukan. Maha Suci Allah yang senantiasa menjaga segala kekurangan dan kehinaan diri ini di hadapan manusia. 

Mencari Peluang Dakwah dalam Keterbatasan 

Namun, seiring berjalannya waktu dalam pernikahan dan punya anak, banyak kendala yang menghampiri. Setelah melahirkan anak pertama melalui caesar yang bermasalah, saya diminta suami bedrest 6 bulan. Waktu yang tak sebentar, selain pemulihan fisik, psikis pun butuh dipulihkan. Karena diri ini terbiasa mobile ke sana ke mari rasanya seperti es yang membeku  di rumah. Hanya pada Allah saya mengadu, "Ada hikmah apa di balik semua ini ya, Allah?"

Sebelum punya anak yang kedua, menjadi pemateri dadakan itu sepertinya persembahan terakhir saya mengisi forum tokoh. Tak lagi aktif di situ, mencoba mencari peluang dakwah di kampus. Kebetulan saya dosen honorer di kampus, mencoba mendekati para mahasiswi yang aktivitasnya membuat laporan praktikum setiap hari. Ya, karena saya mengajar di Untirta Cilegon Fakultas Teknik. Dalam hati, "Semoga ada di antara mereka hamba pilihan-Mu yang mau berjuang bersama."

Sayangnya, kenyataan tak sesuai harapan melihat generasi saat ini yang tersibukkan oleh kuliah dan lainnya. Sampai saya cuti melahirkan anak kedua, belum juga bisa mengajak mereka ke barisan dakwah. Seteleh melahirkan anak kedua, saat itu sedang ramainya 'gorengan' radikalisme yang membuat saya tidak bisa melanjutkan lagi mengajar di kampus. Batinku bergumam, "Allah, apa pun ketentuan-Mu hamba rida".

Nah, dari sini batu loncatan saya menggeluti dunia literasi, dan menghasilkan karya solo kumpulan opini pilihan yang selama ini saya tulis dan tayang di berbagai media. Ratusan karya tak bisa saya bukukan semua, hanya beberapa saja agar bisa menginspirasi bagi para penulis pemula. Bahwa jangan takut memulai, menulis itu menyenangkan, belajar dan terus belajar. Jangan pernah puas dengan apa yang sudah dilakukan, terus perbaiki diri agar lebih baik lagi dan bisa mempersembahkan yang terbaik di jalan dakwah ini. Ingat, jangan pernah berhenti berdakwah jika terkendala di dunia nyata maksimalkan di dunia maya.

Dalam dakwah jemaah, apa pun amanah dan posisi kita tetap lakukan yang terbaik. Walau mungkin apa yang kita lakukan, hanya sebagai pasir atau batu bata dalam rangka menyongsong janji-Nya demi tegaknya daulah. Ya, walau tugas kita terlihat "hanya" menulis tetap melesat secepat anak panah yang lepas dari busurnya. 

Terbentur izin suami tak bisa lagi mobile dalam aktivitas dakwah di dunia nyata  tidak menyurutkan saya untuk terus melakukan yang terbaik apa saja yang bisa saya lakukan. Tak peduli ucapan dan penilaian orang lain, fokus pada penilaian Allah saja. Meski kadang di dalam hati yang kotor ini berkata, "Cuma nulis? Kayaknya amalan saya lebih sedikit dibanding orang yang terbiasa mobile dakwah ke sana ke mari," Astagfirullah.

Ingatlah wahai diri, yang dinilai Allah itu keikhlasan niat dan hati untuk beramal bukan banyak amal  tapi niat ternoda oleh penyakit hati. Suami sering mengingatkan, bahwa "Dakwah itu harus karena Allah." Saya sempat tersinggung, maksudnya selama ini saya tidak ikhlas? Bukankah ikhlas itu perkara hati? Hanya hamba tersebut dan Allah yang tahu. https://narasipost.com/motivasi/03/2022/yang-tak-pernah-merugi-justru-hasilnya-berkembang-dan-mengalir-tiada-henti/

Namun, saya sering merenung dan menghayati ucapan suami. Mungkin maksudnya, ingin menjaga keikhlasan saya. Agar ketika berdakwah hanya berharap rida Allah semata bukan pamer atau ria. Apabila berhasil melakukan a, b, c, d, hanya  karena kehendak Allah bukan kehebatan kita walau pandai berbicara, lulusan S2, pernah mengenyam dunia pesantren puluhan tahun. Pasti, ada pelajaran lagi yang berharga dari Allah lewat lisan suami untuk saya.

Sebuah Renungan 

Hamba rida dan ikhlas, apa pun ketentuan-Mu termasuk Engkau menjodohkan hamba dengannya pasti ini yang terbaik, pasti ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Terkadang, kita selalu menyalahkan pasangan hidup jika tak mendapat izin aktivitas ke luar rumah baik dakwah ataupun yang lain. Tetapi coba renungkan kembali, mengapa suami mengatakan demikian.

"Wahai diri, terus muhasabah khawatir ada ujub dan ria yang sangat halus tak kau sadari hingga semua itu seketika menghanguskan semua  amalmu.

Wahai diri, lihat cermin hatimu mungkin masih kosong dari manisnya keikhlasan.

Wahai diri, benahi terus dirimu, walau terlihat sedikit amalmu, yang penting keikhlasan hatimu terjaga sehingga semua tak sia-sia."

Fokus pada apa yang bisa kamu lakukan saat ini. Fokus pada penilaian Allah semata. Fokus pada bekal kehidupan akhirat. Fokus up grade diri dan mencetak generasi penakluk Roma. Fokus pada hal-hal positif, sehingga energi positif yang mendominasi. Jangan risau, ketika sebuah amanah telah Allah jodohkan pada kita, maka akan Allah dekatkan dan mudahkan.

Ingatlah, bahwa tulisan itu mampu mengubah hidup dan cara pandang seseorang. Lihat tulisan dan bacaan Al-Qur'an yang mampu membuat orang bergetar dan berjalan menuju hidayah. Lihat tulisan Syekh Taqiyuddin An-Nabhani yang mencerahkan, bahwa Islam sebagai sebuah ideologi mampu menyelesaikan seluruh permasalahan umat. Lihat  tulisan dan karya para ulama yang dipakai sampai saat ini. Ribuan kitab para ulama memudahkan kita memahami syariat. 

Jadi, jangan berkecil hati dengan posisi apa pun di jemaah dakwah ini. Tetap semangat, istikamah, dan terus melaju. Melesatlah, bagai anak panah yang terlepas dari busurnya. Melesat untuk membongkar pemikiran kufur yang rusak dan merusak umat. Terus berjalan menapaki jalan perjuangan ini, hingga saatnya tiba Allah memanggil kita dalam suasana indah husnulkhatimah di jalan dakwah. Amin.https://narasipost.com/challenge-true-story/03/2023/dakwah-literasi-bersama-narasipost-com/

Ingat rumusnya, ketika kita mengaku beriman, maka Allah akan menguji keimanan  hamba-Nya. Pembuktian iman, dilihat dari cara hamba-Nya menghadapi ujian. Jika bisa melewati sesuai yang Allah harapkan, berarti lulus. Bahkan, saking sayangnya Allah akan menguji hamba-Nya di titik terlemahnya atau kelebihannya. Ujian setiap manusia berbeda, sesuai kapasitas keimanannya. 

Sebuah renungan dan amunisi bagi para pejuang Islam dari Ustaz Ismail Yusanto:

"Di setiap zaman, pejuang sejati selalu ada. Apabila mereka letih karena mengusung kebenaran, maka akan dikuatkan kembali oleh Allah. Namun, apabila mereka letih karena tergiur keindahan semu dunia, maka akan ada banyak pejuang yang rela menggantikannya. Dakwah tak kan pernah kehabisan pejuang. Kereta dakwah akan terus melesat meluluhlantakkan setiap penghalang yang ada, dan finishnya di stasiun kemenangan."

Sahabat, dakwah itu digambarkan seperti darah yang terus mengalir, kalau darah itu berhenti mengalir, tubuh ini akan binasa. Begitu pula dengan dakwah, jika dakwah berhenti umat akan binasa. Perjuangan dan pengorbanan menuju tegaknya syariat sudah Allah janjikan surga seluas langit dan bumi. Jadi, memilih binasa atau terus bergerak di dunia nyata dan maya demi tegaknya syariat? Wallahu a'lam bishawab.

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Sherly Agustina M.Ag. Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Metanoiac
Next
Pajak Berlaku untuk Selamanya, Gak Bahaya?
3.7 6 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

26 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Daiyah Isty
Daiyah Isty
1 year ago

MasyaAllah, membaca tulisan ini diriku seperti berkaca.
Bedanya diriku masih tergolong baru terjun ke dunia dakwah. Sedangkan bunda Syerli dari muda sudah berdakwah. Lha diriku sibuk kerja kantoran.
Bersyukur masih sempat dikenalkan dengan dunia dakwah.

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  Daiyah Isty

Baru atau lama Allah lebih tahu mana yang lebih baik. Bisa jadi di hadapan Allah, mbak jauh lebih baik. Menjaga keikhlasan itu luar biasa sulit. Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan kita dalam berdakwah ❤️

Jazaakillah khair sudah mampir di tulisan saya ❤️

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Manusia bisa berbuat taat juga itu karenaNya ya mbak.. semoga Allah Swt mengistikamahkan kita di jalan dakwah..

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  R. Bilhaq

Amin ❤️
Jazaakillah Khair sudah mampir di tulisan saya ❤️

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Wah mantap perjuangan yang luar biasa. Menjadi seorang intelektual dsn menjadi pengemban dakwah mengikuti risalah Rasulullah saw. Masyaallah luar biasa nih teteh cantik nan salehah. Ya memang harus memupuk diri dengan percaya diri jatuh bangun ya biasa yang penting harus tetap mencoba dan eksis di barisan dakwah.
Ajak aku ya Trh biar bisa hebat seperti dirimu

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  Dewi Kusuma

Bundaaaa..

Saya hanya serpihan debu dan remahan rengginang di tengah para pejuang yang hebat dan tangguh. Hayuk, kita saling bergandeng tangan ❤️

Siti aisyah
Siti aisyah
1 year ago
Reply to  Dewi Kusuma

Sungguh tulisan menyentuh dan jadi penyemangat....berbuatlah dimana kita bisa berbuat semoga itu menjadi hujjah kita dihadapan Allah

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah tabarakallah naskah keren ini bener2 jadi pengingat diriku. Jazakillah khairan mb Sherly

Sherly
Sherly
1 year ago

Pengingat saya khususnya ❤️
Jazaakillah Khair sudah mampir ❤️

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Posisi rendah atau tinggi seseorang dari segi apapun semoga tetap menjaga keimanan dan bisa melanjutkan amanah dakwah, ini memotivasi saya, di saar usia tak lagi muda semoga istikamah buat kita semua.

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  Hanimatul Umah

Amin. Jazaakillah Khair sudah mampir di tulisan saya ❤️

Sherly
Sherly
1 year ago

Jazaakunnallah Khair tim NP.
Jazaakillah Khair mom Andrea.

Sherly
Sherly
1 year ago

Semoga bermanfaat, khususnya bagi saya pribadi. Agar lebih baik lagi dari waktu ke waktu.

sar tinah
sar tinah
1 year ago

Masyaallah, perjuangan yang luar biasa mbak Sherly. Meski gelar tinggi tetap fokus tujuan utamanya yakni dakwah. Tapi memang bener sih, kadang gelar itu sangat membantu ketika dakwah di kalangan tertentu.

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  sar tinah

Betul banget ❤️❤️❤️

Iha Soliha
Iha Soliha
1 year ago

MasyaAllah..
Banyak Jalan dalam perjuangan dakwah melanjutkan kehidupan Islam... Semoga istikamah di jalan dakwah ....

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  Iha Soliha

Amin ❤️❤️❤️

hstyltfh
hstyltfh
1 year ago

Masyaa Allaah kaya lagi baca script kehidupan sendiri Dakwah dakwah dakwah♥️

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  hstyltfh

Dakwah, dakwah, dakwah ❤️❤️❤️

Aidha
Aidha
1 year ago

Masya Allah, tulisannya sangat mencerahkan. Saya pun merasakan saat pandemi, bagaimana kita terbatas untuk menyampaikan. Kemudian di amanah kan untuk mulai menulis, meski tanpa bekal apapun dalam dunia literasi. Namun Alhamdulillah perlahan belajar meski masih terseret-seret. Namun Allah berikan kemudahan. Semoga bisa mengikuti jejak para konapost yang karyanya melesat.

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  Aidha

Amin. Yassarallah ❤️❤️❤️

Isma Kim
Isma Kim
1 year ago

Sesungguhnya dibutuhkan orang yang mampu melesat dalam dakwah. Masya Allah. Keren tulisannya sangat memotivasi.

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  Isma Kim

Seperti mbak Isma yang melesat. Masyaallah ❤️

diana sahal
diana sahal
1 year ago

Maasya Allahu, baarokallahu fiik, teeehhh

Sherly
Sherly
1 year ago
Reply to  diana sahal

Wa fiik barakallah ❤️

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram