
Premanisme terus terjadi, bahkan terus berulang karena hukuman memang tidak berefekĀ menjerakan.
Oleh. Erdiya Indrarini
Kontributor NarasiLiterasi
NarasiLiterasi.Id-Wonosobo yang telah lama dikenal dengan kotanya yang ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah) kini telah bergeser. Di samping menjamurnya tempat pariwisata, konon kota nan sejuk dan indah ini kini juga digadang-gadang sebagai kota budaya yang ramah terhadap hak asasi manusia (HAM). Tak hanya itu, para preman pun seolah memiliki panggung. Hal ini terlihat dari maraknya aksi premanisme.
Sebagaimana dilansir dari detik.com (16-5-2025), seorang residivis bernama Ahmad Ridho (23) warga Wonosobo membobol brankas toko dengan cara menyelinap, lalu sembunyi ke dalam toko. Ketika toko ditutup dan pemiliknya pergi, ia beraksi menggasak barang-barang yang ada, serta membongkar brangkas dengan linggis yang ia bawa. Tersangka ditangkap atas pelaporan korban yang kehilangan ponsel dan uang Rp163 juta pada awal Mei 2025.
Saat jumpa pers pada 16 Mei 2025, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jateng, Kombes Dwi Subagio mengatakan bahwa setidaknya ada sembilan TKP di Wonosobo dan Kebumen. Dwi pun mengatakan bahwa pelaku ini residivis. Ia telah berulang kali masuk penjara dengan kasus yang sama, bahkan sejak masih di bawah umur. Pada tahun 2022, pelaku juga melakukan premanisme, yaitu perampasan motor disertai kekerasan di Purworejo, dengan cara memukul kepala korban.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto juga menambahkan bahwa sebelumnya, residivis itu pernah menjalani perkara pidana Undang-Undang perlindungan anak di Kutoarjo. Selain itu, pelaku juga pernah menjalani hukuman 2 tahun di Magelang. Saat ini, pelaku dijerat Pasal 363 KUHP tentang pencurian, yaitu dengan ancaman hukuman 7 tahun kurungan.
Premanisme karena Sekularisme
Aksi premanisme saat ini, sungguh mengiris hati. Bagaimana tidak, remaja bahkan masih anak-anak sudah menjadi pelaku perampokan dan kejahatan. Rasa kemanusiaan seolah telah sirna dari benak para generasi penerus bangsa. Yang ada, mereka saling memangsa, rasa kasih sayang pun seolah telah tercerabut dari dadanya.
Banyaknya kriminalitas saat ini, tentu sangat berkaitan dengan sistem kehidupan yang sekuler saat ini. Sekularisme adalah paham yang mengusung kebebasan atau liberalisme, serta mengabaikan dan menjauhkan aturan-aturan Allah Swt. dari seluruh sendi kehidupan.
Dengan adanya sekularisme, rakyat tidak lagi takut dosa, dan tidak peduli halal haram. Dampak lain adanya sekularisme, jiwa-jiwa generasi bangsa saat ini menjadi beku, dan kering dari nilai-nilai kemanusiaan yang penuh welas asih. Akhirnya, generasinya pun bisa berperilaku layaknya binatang yang saling menyerang, tak peduli jika itu membahayakan orang. Inilah ketika manusia tidak bersandarkan pada aturan Sang Pencipta, Allah Swt. maka kehidupan hanya berlandaskan keinginan dan nafsunya semata.
Risiko Impor Ideologi Barat
Inilah risiko dari negara yang mengabaikan syariat tetapi malah mengadopsi ideologi kapitalisme dari Barat. Ideologi kapitalisme buatan barat meniscayakan adanya sekularisme, yaitu menjauhkan syariat dari seluruh sendi kehidupan manusia. Rakyat masih boleh mengatur ibadah seperti salat, puasa, sedekah, dan yang seperti itu saja. Akan tetapi, sekularisme menjadikan agama (Islam) tidak boleh mengatur bidang-bidang yang penting, seperti sistem ekonomi, sistem pergaulan, sistem hukum, sistem sosial dan budaya, apalagi sistem politik.
Dengan demikian, hukum dan Undang-Undangnya pun berdasarkan pada apa-apa yang telah dibuat manusia, yang tentu sarat dengan kepentingan. Dampaknya, hukuman yang ditetapkan tidak menjerakan, juga tidak menakutkan bagi yang akan melakukan kejahatan. Sebagaimana kita saksikan saat ini, pembunuh tidak dihukum mati, pezina tidak dirajam, dan pencuri tidak dipotong tangannya.Ā Wajar, premanisme terus terjadi, bahkan terus berulang karena hukuman memang tidak berefekĀ menjerakan. Padahal, Allah Swt. telah berfirman,
ŁŁŲ§ŁŲ³ŁŁŲ§Ų±ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŲ³ŁŁŲ§Ų±ŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŁŲ·ŁŲ¹ŁŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŲÆŁŁŁŁŁŁ ŁŲ§ Ų¬ŁŲ²ŁŲ§Ū¤Ų”ŁŪ¢ ŲØŁŁ ŁŲ§ ŁŁŲ³ŁŲØŁŲ§ ŁŁŁŁŲ§ŁŁŲ§ Ł ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ°ŁŁ
"Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah." (TQS. Al-Maidah: 38)
Selain itu, sistem ekonomi yang buruk dari ideologi kapitalisme juga sangat memperparah keadaan. Yang kaya makin kaya, karena dibebaskan mengelola harta sebanyak-banyaknya, sementara yang miskin makin tak berdaya. Dampaknya, kasus pencurian dan premanisme pun marak sebagaimana kasus pembobolan toko.
Negara Abai
Ideologi kapitalisme yang dianut negeri ini juga meniscayakan negara menjadi abai. Ia tidak peduli terhadap kesejahteraan dan nasib rakyatnya juga abai terhadap masa depan generasi bangsanya. Bagaimana tidak, remaja umur 23 tahun telah keluar masuk penjara karena melakukan premanisme. Padahal, generasi muda harusnya menjadi aset bangsa yang mesti dibina. Hal ini karena merekalah Ā yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita negeri ini, yaitu menjadi negeri yang penuh kemuliaan, yakni negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Di samping itu, abainya negara juga terlihat dari permisifnya terhadap ideologi kapitalisme, yaitu sistem pemerintahan yang dibuat oleh penjajah. Dengan menerapkan ideologi kapitalisme di negeri ini, hukum menjadi tumpul dan mandul, tidak ada efek menakutkan dan menjerakan. Sistem ekonominya pun hanya mencetak jurang kesenjangan, dan sistem politiknya hanya melahirkan para penguasa korup. Inilah salah satu sebab premanisme terus terjadi.
Fenomena seperti itu akan berlangsung terus menerus, bahkan akan makin parah karena telah terstruktur dan tersistem, yaitu sistem ideologi kapitalisme yang sangat mendewakan materi. Oleh karena itu, selama sistemnya tidak di ubah, maka nasib kehidupan masyarakat tidak akan berubah, bahkan makin parah, yaitu mengarah pada kekacauan dan kesengsaraan. Lantas, adakah sistem kehidupan yang bisa mencegah premanisme?
Baca juga: Islam Menjadi Jaminan Keamanan dari Premanisme
Butuh Sinergitas
Agar tercapai kehidupan yang aman dari kejahatan dan premanisme tidak bisa dilakukan sendiri, tentu dibutuhkan sinergitas antara individu, masyarakat, dan negara.
Pertama, individu yang bertakwa. Orang yang bertakwa tentu akan takut pada Tuhannya, sehingga ia tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar dosa. Orang bertakwa akan sadar bahwa ia diciptakan hanya untuk mengabdi pada Tuhannya. Oleh karena itu, hidupnya akan terkonsep, ia memiliki tujuan hidup yang jelas, yaitu untuk beribadah pada Tuhan, Allah Swt. Hidup semata-mata untuk mendapat rida-Nya. Ketakwaan inilah yang akan mengontrol dirinya untuk tidak berbuat apapun yang dilarang-Nya. Sebaliknya ia akan sibuk dengan beribadah sesuai bidang-bidang yang ia geluti.
Kedua, masyarakat sebagai kontrol. Manusia adalah makhluk sosial, karena itu mereka tidak bisa hidup sendirian. Setiap orang membutuhkan orang lain sebagai tempat musyawarah, diskusi, bermuhasabah, ataupun saling mengingatkan dalam kebenaran. Ketika ada terjadi musibah, kejahatan, atau penyimpangan, maka masyarakat yang lain harus peduli dan mengingatkan. Inilah gunanya hidup bermasyarakat, yaitu kepedulian.
Ketiga, negara yang menerapkan sistem pemerintahan sahih. Umat muslim harus menyadari bahwa sistem pemerintahan yang benar hanyalah sistem Islam. Hal ini karena Islam tidak sekadar agama, tetapi sebuah ideologi yang memiliki sistem kehidupan yang menyeluruh. Adapun sistem pemerintahan Islam menempatkan negara sebagai pelindung, juga bertugas untuk memenuhi segala kebutuhan rakyatnya. Di antaranya adalah memenuhi kebutuhan sandang pangan papan, kebutuhan pendidikan dan kesehatan, juga kebutuhan keamanan.
Sistem Islam
Di samping memenuhi kebutuhan rakyat, sistem pemerintahan Islam akan menjamin keamanan dengan menerapkan sistem sanksi yang adil, yaitu yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Sistem sanksi itu harus dijalankan sebagaimana adanya. Seperti mencuri atau merampok akan dihukum dengan potong tangan, nyawa ditebus dengan nyawa, atau jika keluarga korban pembunuhan memaafkan, maka pembunuh tetap harus membayar tebusan yang sangat besar. Hal ini karena di samping sebagai pencegahan (bersifat zawajir) juga sebagai penebus dosa bagi pelakunya (bersifat jawabir).Ā Yang demikian itu disamping menjamin keamanan, juga akan menyelamatkan umat baik di dunia maupun di akhirat.
Selain itu, dalam sistem pemerintahan Islam juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam. Sangat berbeda dengan sistem pendidikan ala kapitalisme yang sekuler, dan mengedepankan capaian keberhasilan materi semata, bahkan memusuhi ajaran Islam sebagai landasan hidup. Sistem pendidikan Islam memiliki tujuan yang pasti, yaitu membentuk kepribadian generasi yang Islami.
Dengan sistem ini, output yang dihasilkan adalah para generasi yang bertakwa dan berakhlak mulia, berpola pikir Islam, serta berpola sikap sesuai dengan ajaran Islam. Jika generasi dididik dengan sistem Islam, maka premanisme akan mudah dicegah bahkan dihilangkan. Demikianlah garansi dari negara yang menerapkan sistem pemerintahan Islam.
Dengan demikian bisa kita tarik benang merah, bahwa premanisme yang marak selama ini disebabkan karena negeri ini menerapkan sistem pemerintahan yang rusak dan merusak, yaitu sistem kapitalisme demokrasi yang sekuler dan liberal. Lalu, akankah sistem rusak dan merusak tersebut kita pertahankan di negeri ini?
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.Ā www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
