Nuzululqur'an, Momentum Perubahan

Nuzululqur'an, Momentum Perubahan


Nuzululqur'an sejatinya adalah momentum perubahan, di mana sudah saatnya untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan.

Oleh. Arda Sya'roni
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Tak terasa Ramadan telah berjalan 23 hari. Separuh perjalanan telah berlalu. Teringat pada hari itu, 17 Ramadan, di saat awal Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul Allah. Di Gua Hira, tempat Rasullullah bertafakur, datanglah Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama, QS. Al-'Alaq ayat 1—5, “Bacalah, dengan (menyebut) asma Allah Yang Menciptakan. Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam.”

Dikutip dari Metrotvnews.com (16-3-2025) Kementerian Agama menggelar 350 ribu khataman Al-Qur'an pada 16 Ramadan 1446 Hijriah yang dihadiri oleh Kanwil Kemenag Sulawesi Selatan. Program bertajuk Indonesia Khataman Al-Qur'an di Sulsel ini dipusatkan di Aula Kantor Wilayah Kemenag Sulsel Makassar. Program ini diharapkan mampu menguatkan semangat keislaman dan kebangsaan serta mengajak umat muslim untuk mencintai, memahami, dan meneladani Al-Qur'an. Nuzululqur'an ini diharapkan juga bisa menjadi momentum menguatkan semangat mencintai Al-Qur'an.

Nuzululqur'an, Semangat Mencintai Al-Qur'an

Harapan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan acara Nuzululqur'an ini merupakan harapan yang didamba pula oleh seluruh umat. Namun, mengapa setelah acara selesai harapan itu menguap begitu saja, tidak terwujud dalam kehidupan di masyarakat?

Ada pemahaman yang perlu diluruskan di masyarakat bahwa Nuzululqur'an bukanlah sekadar seremonial yang hanya diperingati dengan khataman. Nuzululqur'an sudah semestinya diwujudkan dengan menerapkan Al-Qur'an secara kaffah di dalam kehidupan. Baik itu di ranah individu, masyarakat, bahkan bernegara. Karenanya Nuzululqur'an sebenarnya adalah momentum yang tepat untuk mewujudkan sebuah perubahan. Bukankah perubahan itu terwujud nyata saat Al-Qur'an diturunkan? Hal ini karena Al-Qur'an adalah petunjuk dan cahaya yang mampu mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya benderang, yaitu Islam.

Turunnya wahyu pertama berupa perintah 'baca' bukan sekadar perintah untuk belajar membaca bagi Rasulullah yang seorang ummi (buta huruf). Namun, perintah yang tersirat adalah tak sekedar membaca, tetapi juga sekaligus memahami, menganalisis, juga perintah berpikir menggunakan akal akan syariat Allah.

Al-Qur'an adalah mujizat Allah untuk Rasulullah, sebuah kitab penyempurna sekaligus penghapus kitab-kitab sebelumnya. Sebagai kitab suci, Al-Qur'an adalah buku petunjuk bagi manusia dalam menapaki kehidupannya. Di dalamnya diatur bagaimana seharusnya hubungan seorang hamba dengan Allah (hablum minallah), dengan manusia lainnya (hablum minannas), juga dengan diri sendiri (hablum minafsi).

Al-Qur'an Dipisahkan dari Kehidupan

Namun, sistem kapitalis yang diterapkan saat ini telah memisahkan agama dari kehidupan. Al-Qur'an hanya sebatas dibaca dan dihafalkan saja. Padahal di dalam Al-Qur'an terdapat syariat-syariat yang dijelaskan secara detail untuk mengatur kehidupan manusia. Al-Qur'an adalah pedoman hidup bagi individu, masyarakat, dan negara. Maka wajar, bila saat ini muncul banyak kemaksiatan dan kerusakan. Hal ini karena aturan Allah, Sang Pencipta dicampakkan dan diganti dengan aturan manusia. Secerdas apa pun, manusia hanyalah makhluk. Sudah pasti Pencipta dan ciptaan akan berbeda sifat. Pencipta niscaya mengetahui dengan benar tentang ciptaan-Nya. Maka, perintah dan larangan yang diberikan niscaya untuk kebaikan manusia sendiri sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Sedangkan manusia sebagai makhluk ciptaan, pastilah lemah, bergantung dengan yang lain, dan bersifat terbatas dalam segala hal. Oleh karena itu, aturan yang dihasilkan dari akal manusia pasti memiliki kelemahan dan tidak sesuai dengan fitrah manusia, yaitu memuaskan akal dan menenangkan hati. Apabila aturan yang diterapkan dalam kehidupan bersumber pada akal manusia ini, maka akan berpotensi menimbulkan pertentangan dan berkonsekuensi lahirnya berbagai permasalahan.

Baca juga: Merindukan Sosok Pemimpin sesuai Al-Qur'an

Dalam sistem kapitalis sekularisme ini justru individu yang memegang teguh ajaran Al-Qur'an dan mendakwahkan untuk menerapkannya secara kaffah, malah dianggap radikal dan intoleran. Prinsip kedaulatan di tangan rakyat menjadikan manusia sebagai penentu hukum, berdasar hawa nafsu dan kepentingannya. Akibatnya, yang lahir dari sistem ini justru penguasa zalim yang tunduk pada oligarki dan menjadikan rakyat sebagai korban dari kekuasaannya.

Nuzululqur'an, Saatnya Umat Berubah

Nuzululqur'an sejatinya adalah momentum perubahan, di mana sudah saatnya untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam kehidupan. Bila ayat pertama yang diturunkan adalah 'bacalah', maka ayat terakhir yang diturunkan adalah, "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al Maidah: 3)

Dengan demikian jelas bahwa hanya Islam, agama yang diridai Allah dan hanya Islam yang sempurna. Tak bisa dibantah bahwa hanya Islam yang layak menjadi rujukan. Akidah Islam sajalah yang wajib mendasari segala aktivitas dalam kehidupan manusia.

Berpegang pada Al-Qur’an sejatinya konsekuensi keimanan yang wajib hadir pada diri setiap muslim. Apalagi jika ingin membangun peradaban manusia yang mulia, Al-Qur’an harus menjadi landasan kehidupan. Umat harus menyadari kewajiban berpegang pada Al-Qur’an secara keseluruhan dan memperjuangan untuk menjadikannya pedoman hidup. Maka dari itu, dibutuhkan dakwah kepada umat yang dilakukan oleh jemaah dakwah ideologis. Hal ini diaruskan untuk membangun kesadaran umat akan kewajiban menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan secara nyata. Baik itu bagi individu, masyarakat, dan negara. Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Arda Sya'roni
Arda Sya'roni Kontributor NarasiLiterasi.id
Previous
Rapat Mewah: Inefisiensi Anggaran
Next
Penegakan Syariat Islam Kaffah dalam Bingkai Khilafah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram