Fenomena Inses: Cerminan Runtuhnya Ketahanan Keluarga

fenomena inses

Fenomena inses tidak dapat dianggap remeh. Ia adalah gejala dari kerusakan yang lebih dalam, yaitu hancurnya nilai keluarga dalam sistem sekuler kapitalis.

Oleh. Susi Herawati
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Fenomena menyimpang yang mengusik ketenangan masyarakat Indonesia kembali mencuat ke permukaan. Grup ‘fantasi sedarah’ yang sempat viral di Facebook beberapa waktu lalu menjadi sorotan serius publik. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) pun mendesak aparat penegak hukum agar mengusut tuntas kasus ini. Meskipun grup tersebut telah dibubarkan oleh pihak Meta karena melanggar kebijakan platform, tetapi bukan berarti para pelaku bisa bebas tanpa pertanggungjawaban hukum.

Yuni Asri Yanti, Ketua Subkomisi Pengembangan Sistem Pemulihan Komnas Perempuan, menegaskan bahwa bubarnya grup tersebut tidak serta-merta menghapus jejak para anggotanya. Mereka masih bisa dilacak dan diproses secara hukum. Hal ini menunjukkan bahwa negara melalui aparatnya tidak boleh lengah dalam menindak kejahatan berbasis digital yang mengancam norma sosial dan moral publik. (Beritasatu.com, 19-5-2025)

Inses dalam Perspektif Agama dan Hukum

Inses, atau hubungan seksual antar anggota keluarga yang memiliki ikatan darah dekat, merupakan perilaku menyimpang yang sangat dikecam baik dari sisi agama, moral, maupun hukum negara. Dalam Islam, larangan ini telah ditegaskan dalam Al-Qur'an Surah An-Nisa ayat 23 yang menyebutkan secara rinci siapa saja yang haram untuk dinikahi. Hukum ini bukan hanya bersifat spiritual, tetapi juga menjadi penjaga martabat dan kesucian keluarga sebagai institusi paling dasar dalam masyarakat.

Baca juga: Fantasi Sedarah: Rusaknya Tatanan Keluarga

Kapitalisme-Sekularisme: Akar Masalah

Namun, munculnya fenomena seperti fantasi sedarah ini tidak dapat dilepaskan dari akar masalah yang lebih besar, sistem kehidupan sekuler yang memisahkan agama dari peran mengatur kehidupan. Dalam sistem sekuler dan kapitalis, aturan hidup tidak lagi berlandaskan pada wahyu dan nilai-nilai ilahiah, melainkan didasarkan pada kepentingan individu dan logika materi. Akibatnya, hawa nafsu menjadi raja, dan nilai-nilai moral mulai tergerus oleh normalisasi perilaku menyimpang atas nama kebebasan berekspresi dan privasi.

Kapitalisme dan sekularisme telah menggerus sendi-sendi kemuliaan manusia. Ketika agama disingkirkan dari ranah publik, maka moralitas kehilangan akar dan arah. Perilaku menyimpang seperti inses tidak lagi dianggap sebagai kejahatan besar, melainkan seringkali dinilai sebagai pilihan pribadi yang tidak boleh diintervensi. Inilah titik rawan yang harus segera disadari oleh masyarakat dan negara.

Peran Negara dan Masyarakat

Pencegahan terhadap inses dan perilaku amoral lainnya tidak bisa hanya diserahkan kepada individu atau keluarga semata. Negara memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung terbentuknya masyarakat yang bermoral. Dalam Islam, negara bukan hanya berfungsi sebagai pengatur administratif, tetapi juga pelaksana hukum syariat yang menyeluruh. Islam memerintahkan amar makruf nahi munkar sebagai mekanisme kolektif dalam menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Urgensi Sistem Islam sebagai Solusi Menyeluruh

Dalam konteks keluarga, Islam memberikan panduan yang jelas untuk menjaga interaksi antaranggota keluarga. Rasulullah saw. bahkan mewasiatkan agar anak laki-laki dan perempuan dipisahkan tempat tidurnya ketika menginjak usia tujuh tahun. Tujuannya sebagai bentuk pendidikan seksual dan penanaman batasan dalam keluarga. Adab seperti tidak melihat anggota keluarga dalam keadaan telanjang juga menjadi bagian dari penjagaan akhlak sejak dini.

Tanggung jawab ini juga menyasar para orang tua, pendidik, ulama, dan tokoh masyarakat. Pendidikan tentang batas-batas pergaulan, norma agama, dan pentingnya kehormatan keluarga harus ditanamkan sejak kecil. Selain itu, negara pun wajib mengambil peran aktif dengan menyediakan regulasi yang mencegah penyebaran konten merusak. Termasuk di media sosial dan platform digital lainnya.

Sistem Islam memberikan solusi menyeluruh. Tidak hanya mencegah, tetapi juga menindak secara tegas pelaku kejahatan seksual, termasuk inses. Sanksi dalam hukum Islam memiliki fungsi sebagai efek jera dan sebagai penebus dosa di dunia, agar pelaku tidak menanggung hukuman yang lebih berat di akhirat. Lebih dari itu, penerapan syariat Islam secara menyeluruh akan melindungi masyarakat dari potensi kerusakan moral dan menjaga kemurnian tatanan keluarga.

Dengan sistem Islam, media yang menyebarkan konten berbahaya akan ditindak tegas, dan bibit-bibit perilaku menyimpang akan dicegah sedini mungkin. Hal ini dilakukan melalui pendekatan spiritual, edukatif, dan hukum yang sinergis. Hanya dengan sistem yang menjadikan iman dan takwa sebagai landasan, umat manusia dapat terjaga dari kebobrokan moral yang kini menggerogoti banyak lapisan masyarakat.

Penutup: Saatnya Kembali pada Sistem Islam Kaffah

Kesimpulannya, fenomena inses tidak dapat dianggap remeh. Ia adalah gejala dari kerusakan yang lebih dalam, yaitu hancurnya nilai keluarga dalam sistem sekuler kapitalis. Solusi parsial tak cukup. Hanya dengan kembali pada sistem Islam yang kaffah, umat dapat membangun peradaban yang sehat, bermartabat, dan terhindar dari kehancuran moral.

Wallahu a'lam bishshawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Susi Herawati Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Fantasi Sedarah: Rusaknya Tatanan Keluarga
Next
Kemiskinan Dientaskan, bukan Dimanipulasi Datanya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram