
Negeri yang memusuhi Islam tidak akan membiarkan aturan Allah berlaku di muka bumi ini. Maka menolak kedatangan dan tidak melakukan kerjasama seharusnya yang dilakukan pemimpin saat ini.
Oleh. Wiratmi Anitasari, S.Pd
Kontributor NarasiLiterasi.Id
NarasiLiterasi.Id-Ramai berita menghiasi beberapa media elektronik terkait kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan rombongannya ke Indonesia. Seperti diberitalkan kompas.com pada 28 Mei 20225, Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa junjungan Presiden Perancis ini sebagai suatu penghormatan bagi Indonesia.
Media metronews.com pada 29 Mei 2025, memberitakan bahwa kunjungan Emmanuel Macron ke Indonesia bukan hanya kunjungan biasa seperti layaknya kunjungan persahabatan. Kunjungan orang nomor satu Perancis ini merupakan bagian upaya memperdalam hubungan bilateral dalam bidang pertahanan dan kebudayaan.
Seperti kita ketahui bahwa Presiden Perancis ini merupakan pendukung tindakan penistaan agama Islam di negaranya. Presiden Emmanuel Macron ini terang-terangan pernah mengatakan bahwa Islam sedang mengalami krisis di dunia. Pelarangan hijab, bahkan aksi pembuatan kartun nabi Muhammad saw. oleh Charly Hebdo yang dianggapnya sebagai kebebasan berekspresi. Sebagai pengusung Islamophobia, layakkah bangsa dengan mayoritas penduduknya muslim mengelu-elukan kedatangannya?
Kapitalisme Berpijak Asas Manfaat
Sistem sekuler kapitalisme sungguh nyata mampu mempengaruhi sikap seorang muslim terhadap negara-negara yang sering melakukan penistaan agama Islam. Sistem yang dibuat oleh akal manusia dengan kelemahan dan kekurangannya. Namun, saat ini sistem tersebut malah diemban dan diterapkan di sebagian besar negara di dunia. Sistem yang digunakan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wajar jika sikap yang ditunjukkan pemimpin negeri saat ini terlihat sangat hormat kepada pemimpin negara pengusung Islamophobia. Hal ini karena sistem sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan yang menjadi tuntunannya. Azas manfaat yang dijadikan pijakan dalam melakukan perbuatan tanpa mempertimbangkan halal haram dan syariat.
Dari pernyataan seorang pengamat bahwa kunjungan presiden Macron ini bukan sekadar kunjungan biasa maka sudah seharusnya pemimpin negeri ini bersikap layaknya seorang muslim terhadap pemimpin yang memusuhi agamanya. Apalagi faktanya penduduk negeri ini mayoritas muslim. Namun, karena penerapan sistem sekuler inilah menjadikan seseorang yang harusnya dimusuhi diperlakukan seperti tamu agung yang sangat dihormati dan mengabaikan perasaan rakyatnya.
Sikap Tegas Terhadap Negara Musuh Islam
Bukan rahasia lagi kalau negara-negara Barat termasuk Perancis merupakan pendukung islamophobia. Maka sebagai muslim harusnya bersikap seperti memperlakukan kepada orang-orang kafir dan meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang benar. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Imran ayat 19, “Sesungguhnya hanya Islam agama yang di ridhai di sisi Allah.”
Sesuai tuntunan Islam maka sebagai seorang muslim seharusnya bersikap tegas menunjukkan jati dirinya. Maka tidak akan melakukan kerjasama apalagi mengikuti orang-orang kafir. Seperti sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan Abu Dawud, “Barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.”
Jika benar seperti yang disampaikan pengamat terkait kerjasama yang akan dijalin kedua negara dalam bidang pertahanan dan kebudayaan maka jelas akan membahayakan stabilitas dan kepentingan rakyat terutama kaum muslimin di negeri ini. Negeri yang memusuhi Islam tidak akan membiarkan aturan Allah berlaku di muka bumi ini maka menolak kedatangan dan tidak melakukan kerjasama seharusnya yang dilakukan pemimpin saat ini.
Baca juga: Hipokrisi Dunia Barat atas Dunia Islam
Mengatur Kerjasama dengan Negara Kafir
Islam bukan sekadar agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. pencipta semesta alam. Islam melainkan ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan baik sebagai individu maupun tatanan negara. Secara jelas Islam memberi tuntunan bagaimana seseorang atau kepala negara harus bersikap dengan negara yang memusuhi Islam.
Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dikutip dari kitab Syakhshiyah Islamiyah dijelaskan bahwa dalam menyikapi negara yang menampakkan permusuhan terhadap kaum muslimin atau disebut kafir harbi adalah dengan mendakwahkan Islam kepada mereka. Namun, jika menolak atau melawan dengan peperangan maka harus diperangi. Dengan demikian menyambut pemimpin negara yang jelas memusuhi Islam, pendukung islamophobhia dan zionis menjadi hal yang tidak layak dilakukan sebagai pemimpin negara mayoritas muslim.
Islam membolehkan melakukan kerjasama dengan negara lain dalam sepanjang kerjasama tersebut dalam jangka waktu yang dibatasi. Tidak memberi peluang negara kafir untuk menduduki posisi lebih kuat serta memberikan kemaslahatan bagi kaum muslimin. Islam tidak sembarang melakukan kerjasama dengan negara kafir dan hanya dalam bidang tertentu yang tidak mengancam kedaulatan negara seperti kerjasama alutsista untuk pertahanan negara.
Khatimah
Semua problematika umat saat ini adalah tidak diterapkan Islam secara kaffah. Saat ini aturan Islam hanya diterapkan dalam aspek ibadah saja maka solusi dari semuanya adalah dengan kembali kepada aturan Allah Swt. secara menyeluruh dalam tatanan institusi negara yaitu Daulah Islamiyah.
Sejarah membuktikan kejayaan Islam dan mensejahterakan seluruh rakyatnya yang muslim maupun yang bukan muslim. Sistem Islam menjamin kebutuhan dasar baik pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan serta keamanan dan fasilitas lainnya. Seorang pemimpin Islam dengan keimanannya akan melaksanakan tanggung jawabnya melindungi dan mengurusi umatnya maupun bersikap dengan negara lain hanya untuk kemaslahatan umat. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com