
Gadget dan internet dihadirkan untuk menjaga dan memperkuat keilmuan, keimanan, dan sarana strategis untuk dakwah.
Oleh. Verawati. S.Pd
Kontributor Narasiliterasi.Id
NarasiLiterasi.Id-"Keluarga baru itu bernama handphone," begitu tutur Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji. Pernyataan ini seperti sindiran, saat handphone sudah menjadi barang yang masuk dalam rumah dan bahkan begitu lengket di tangan khusus remaja. Hal ini tentu menjadi tantangan dalam rangka mencapai bonus demografi.
Menurut hasil survei State of Mobile 2024, penggunaan gawai di Indonesia rata-rata berdurasi 6,05 jam per hari. Ini merupakan rata-rata durasi penggunaan gawai paling tinggi di dunia. (antarnews.com, 09-07-2025)
Indonesia saat ini memang sedang berada pada momen bersejarah yaitu bonus demografi. Yakni kondisi ketika jumlah penduduk produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah non-produktif. Di atas kertas ini menjadi peluang emas, untuk menjadikan Indonesia maju dari berbagai sisi terutama ekonomi, politik, dan kesejahteraan sosial.
Namun, peluang ini hadir bukan tanpa tantangan. Jika kondisi ini tidak serius ditangani maka bukan generasi emas yang akan didapatkan tetapi generasi yang mencemaskan. Tantangan tersebut antara lain adalah dampak negatif penggunaan gawai atau gadget. Gawai memang seperti pisau yang bermata dua. Satu sisi kebaikan dan sisi kejahatan.
Gadget dan dunia Maya: Senjata Bermata Dua
Hari ini banyak aktivitas yang rasanya sulit dilakukan tanpa menggunakan barang tersebut. Mulai dari berkomunikasi, belajar dan hingga pesan makanan bisa dilakukan dengan gadget. Artinya gadget satu sisi membantu dan memudahkan kerja manusia. Hingga menemukan semangat atau kebenaran untuk hidup lebih baik lagi.
Sisi lain gawai berpotensi negatif bahkan menjadi pintu berbagai kejahatan. Di antaranya ketergantungan generasi pada gadget dan internet yang begitu tinggi, paparan konten negatif, gangguan kesehatan mental, krisis identitas, disorientasi kebenaran, menurunnya interaksi dengan keluarga, minim literasi digital dan cyber crime.
Potensi positif dan negatif ini tergantung pada penggunanya, lingkungan masyarakat, dan ideologi yang melingkupinya. Jika pengguna adalah orang yang memiliki jiwa dan kontrol diri yang kuat juga memiliki keimanan yang kuat. Maka hal-hal positiflah yang akan dilakukan. Sebaliknya jika penggunanya lemah iman maka hal negatiflah yang akan muncul.
Selain itu, ada pengaruh ideologi yang melingkupinya. Hari ini yang dipakai adalah ideologi kapitalisme. Maka nilai-nilai kapitalismelah yang mengisi ruang media sosial tersebut. Gaya hidup bebas, hedonisme, individual, flexing, pornografi, dan judi online, game online dan kejahatan lainnya sesuatu yang dibolehkan. Maka tak heran akan sulit menghindari kejahatan atau sisi negatif gadget.
Wajib Memunculkan Generasi yang Tangguh
Perlu disadari bahwa generasi stroberi yang hari ini disematkan pada anak-anak dan remaja bukanlah bawaan atau gen lahir. Akan tetapi itu adalah bentukan dari berbagai faktor. Maka dari itu kita pun mampu membentuk generasi menjadi generasi yang tangguh. Sebab kita meyakini bahwa anak lahir dalam kondisi fitrah (beriman dan mampu membenarkan kebenaran).
Bagaimana caranya? Ini berawal dari orang tua yang berkualitas. Yaitu orang tua yang memiliki iman yang kuat dan mampu mengasuh dan membentuk anak berkepribadian islami. Lingkungan masyarakat yang islami juga mendukung terbentuknya kebiasaan islami. Tidak hanya itu, adanya ideologi yang benar yaitu Islam akan memaksa generasi muda berada dalam koridor syariat Islam. Hal inilah yang membentuk generasi yang tangguh. Adanya sinergi antara orang tua, lingkungan, dan negara.
Butuh Peran Negara
Faktor yang memiliki pengaruh terbesar dalam menentukan arah generasi adalah negara. Bahkan Rasulullah saw. menyebut bahwa penguasa ibarat perisai yang akan melindungi dari berbagai ancaman. Sebab negara punya kekuasaan yang besar. Dalam pandangan Islam, pengaturan dunia maya atau sosial diatur sedemikian rupa. Gadget dan internet dihadirkan untuk menjaga dan memperkuat keilmuan, keimanan, dan sarana strategis untuk dakwah.
Di antara kebijakan dalam sistem Islam adalah. Pertama, saran internet dan telekomunikasi adalah kepemilikan umum yang dikelola oleh negara. Karena ini termasuk kebutuhan rakyat secara umum maka negara akan memudahkan seluruh rakyat agar bisa menjangkaunya secara murah. Negara bertanggung jawab penuh.
Kedua, sensor dan pengawasan konten sesuai syariat.
Konten yang mengandung unsur haram, seperti pornografi, LGBT, judi online, pemikiran sekuler, propaganda liberalisme, pluralisme, atau ide-ide yang merusak akidah, akan disensor atau diblokir secara tegas.
Negara memiliki lembaga khusus pengawas konten dan informasi digital (semacam "Hisbah Digital" untuk meninjau, menindak, dan menghapus konten yang menyimpang dari syariat.
Ketiga, kebebasan berpendapat dibatasi oleh syari'at Islam. Artinya siapa pun boleh mengeluarkannya pendapat hanya harus sesuai dengan Islam. Tidak boleh menyebarluaskan konten berisi hoax, fitnah, adu domba dan lain sebagainya.
Selanjutnya privasi dijaga dan pelaku kejahatan atau orang-orang yang melanggar dari ketentuan akan diberikan sanksi yang tegas dan sangat berat. Sehingga meminimalisir adanya pelaku kejahatan di dunia maya.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

MasyaAllah . Tulisan yg keren.
Barakallah Mba Vera