Kemiskinan yang terjadi pada keluarga hari ini adalah kemiskinan struktural akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Kapitalisme membuat kekayaan milik rakyat dikuasai oleh sebagian orang saja. Solusi dengan program KB hanyalah pengalihan terhadap masyarakat dari akar masalah sesungguhnya.
Oleh. Emirza M.Pd
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Pemerintah resah dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 yang akan mencapai 324 juta jiwa. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Suharso Monoarfa menyatakan pemerintah perlu melakukan pertumbuhan yang seimbang. Maka perlu menyusun program Keluarga Berencana (KB) era baru.
Menurut Suharso Monoarfa, kebijakan baru itu agar pasangan muda siap membangun keluarga. Maka perlu pengendalian kelahiran berencana berdasarkan wilayah dan kelompok sasaran. Harapannya supaya pasangan muda mempersiapkan diri sebelum berumah tangga, yaitu secara sosial dan ekonomi agar menghasilkan generasi berkualitas. Pemerintah juga perlu mengembangkan caring economics agar keseimbangan kerja antara perempuan dan laki-laki dan juga pasangan muda bisa menerapkan sistem pengasuhan anak secara baik. (liputan6.com, 16/5/2023)
Karena pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat, program KB era baru digunakan untuk menekan laju pertumbuhannya. Pemerintah menganggap bonus demografi adalah beban yang harus ditangani.
Bonus Demografi dan Program KB Era Baru
Selama ini Cina adalah negara yang jumlah penduduknya terbanyak di dunia. Tetapi di pertengahan tahun ini India menyalip Cina dengan jumlah penduduk hingga 1,4286 miliar. Hal tersebut karena kebijakan pengendalian penduduk di Cina yang mengakibatkan penurunan populasi. Sedangkan Indonesia ada di urutan keempat negara dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar 277,5 juta jiwa.
Di Eropa, penduduk usia produktif jumlahnya sedikit karena penduduknya makin menyusut dan menua. Ancaman kepunahan juga akan dialami bangsa Jepang. Negara-negara Eropa, Jepang, dan Korea Selatan mengalami depopulasi, sedangkan negara-negara Afrika dan mayoritas Asia mengalami pertumbuhan penduduk.
Negeri-negeri muslim seperti Indonesia, Nigeria, Pakistan, dan lainnya jumlah penduduknya besar dan mayoritas usia muda. Di India ada 200 juta yang penduduknya adalah muslim, maka dengan bonus demografi menjadi modal bagi keberlangsungan umat Islam.
Besar kecilnya jumlah penduduk dalam kaca mata kapitalisme dipandang dari materi dan ekonominya. Bila penduduknya banyak, berarti melimpahnya sumber tenaga kerja yang produktif, tetapi dianggap masalah dikarenakan membutuhkan makanan dan tempat tinggal yang juga banyak. Maka tujuan kapitalisme adalah menjadikan produktif penduduk yang ada. Para lansia didorong untuk terus produktif agar tidak menjadi beban ekonomi.
Maka menjadi penting peran keluarga menurut kapitalisme, yaitu dalam hal pembatasan jumlah anak (KB) supaya tidak terjadi over populasi. Keluarga juga sebagai wadah untuk mencetak generasi yang produktif dengan memberikan pendidikan yang memadai. Keluarga juga diberi tanggung jawab untuk mendampingi lansia supaya tetap produktif.
Berdasarkan sensus penduduk 2020, setiap 100 penduduk produktif menanggung beban 41 penduduk tidak produktif. Bonus demografi pada Indonesia, proporsi penduduk produktif lebih besar daripada yang tidak produktif. Maka, negara berupaya membuat beberapa kebijakan agar penduduk yang tidak produktif tidak menjadi beban negara dengan cara, menjadikan pertumbuhan penduduk seimbang, kesenjangan kualitas SDM dihilangkan, menunjang penambahan penduduk lansia, mendorong perpindahan penduduk agar persebaran penduduk merata, menjaga keseimbangan pembangunan di desa dan kota.
Indonesia berada di posisi ke-4 sebagai negara populasi terpadat di dunia. Angka tersebut terus tumbuh hingga 50 juta lebih pada 2045. Kekhawatiran pemerintah ini tampak dari upayanya menggenjot program KB era baru dan melakukan pelayanan KB serentak sejuta akseptor (PSA). Apalagi baru tahun lalu PBB memberikan penghargaan kependudukan (United Nations Population Award) pada Indonesia karena memberikan kontribusi dan kesadaran di isu kependudukan. Maka, upaya pemerintah adalah menekan laju pertumbuhan penduduk jika ingin meraih award.
Program KB masa lalu atau era baru sebenarnya tidak akan memengaruhi terhadap kesejahteraan keluarga Indonesia. Program sebelumnya mengampanyekan “dua anak cukup”. Faktanya, kelahiran lebih dari dua anak terus terjadi, karena fertilitas penduduk negeri ini tinggi. Maka, pemerintah berupaya menyusun kembali program KB era baru. Yaitu, memberikan pengarahan kepada pasangan muda yang akan menikah supaya mengendalikan kelahiran dan membuat program caring economics supaya pasangan muda bisa memberikan pengasuhan terbaik bagi anak-anaknya.
Persoalannya bukan pada tingginya angka kelahiran, tetapi gagalnya negara menjamin kebutuhan, sehingga rakyat menjadi miskin, tidak sejahtera, dan tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk apa menekan laju pertumbuhan penduduk dengan menggenjot program KB, jika kenyataannya tidak bisa memperbaiki pengelolaan SDA untuk kesejahteraan rakyat? Begitu juga, jika negara menekan populasi dengan alasan bertambahnya kemiskinan, tingginya angka stunting, dan beratnya biaya pendidikan juga kesehatan, solusi dengan KB tidak menyelesaikan akar masalahnya.
Masalah Keluarga dalam Kapitalisme
Berapa pun jumlah anggota keluarga, jika kehidupan mereka dijamin negara, tidak akan menjadi masalah. Problemnya adalah negara abai terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya. Kemiskinan juga terjadi pada keluarga yang memiliki hanya dua anak, atau satu, atau yang belum memiliki anak.
Jepang, Singapura, dan Eropa berupaya mengendalikan populasi dengan pembatasan kelahiran, saat ini sedang resah dikarenakan minimnya pertumbuhan penduduk. Mereka melakukan upaya dengan mendorong dan memberi insentif untuk perempuan yang hamil dan melahirkan. Di Jepang banyak sekolah yang tutup karena tidak ada murid, akibat menurunnya jumlah penduduk usia sekolah. Hilangnya generasi (lost generation) adalah hal dikhawatirkan.
Dunia menyadari, pertumbuhan penduduk adalah potensi demografi, bukan beban negara. Demografi ini terkait dengan keluarga, karena keluarga adalah tempat lahirnya manusia baru. Maka, penyelesaian permasalahan demografi butuh peran keluarga. Karena keluarga yang baik akan menghasilkan peradaban masyarakat yang unggul. Tetapi, keluarga yang bermasalah akan menghasilkan masyarakat yang rusak.
Dalam kapitalisme, keluarga dirusak terus-menerus melalui sekularisasi dan liberalisasi yang menyerang sistem keluarga. Sehingga, bangunan keluarga menjadi rapuh berakibat angka perceraian tinggi. Ditambah lagi serangan pemikiran childfree, waithood (menunda menikah), dan LGBT menjadikan generasi saat ini tidak ingin memiliki anak dan menikah.
Seks bebas merebak, maka dampaknya adalah kehamilan di luar pernikahan, aborsi, dan hilangnya arti keluarga. Sehingga, relasi dalam keluarga makin tidak harmonis. Digitalisasi juga memengaruhi relasi dalam keluarga, walaupun hidup seatap tetapi tak sejiwa antaranggota keluarga. Dengan kondisi keluarga rapuh seperti ini, sulit untuk mewujudkan masyarakat yang kuat
Menjadi Generasi Emas
Kemiskinan yang terjadi pada keluarga hari ini adalah karena kemiskinan struktural akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Kapitalisme membuat kekayaan milik rakyat dikuasai oleh sebagian orang saja. Sedangkan pada sistem Islam, individu dalam keluarga akan diperhatikan kesejahteraannya, tanpa pembatasan jumlah anggota keluarga.
Solusi dengan program KB adalah pengalihan terhadap masyarakat dari penyelesaian akar masalah. Program BKKBN seharusnya membantu orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Program KB era baru ini tidak memberikan kesejahteraan bagi keluarga. Karena sistem ekonomi kapitalisme dan demokrasi liberal telah gagal mengatasi berbagai permasalahan keluarga Indonesia.
Bonus demografi pada umat Islam akan menjadi berkah ketika sistem yang digunakan dalam mengatur negara, masyarakat, dan keluarga adalah sistem Islam. Fondasi bangunan keluarga dan masyarakat yang digunakan adalah akidah Islam, sedangkan pilar-pilarnya adalah syariat Islam.
Rasulullah memotivasi umat Islam untuk memiliki banyak keturunan. Beliau saw. bersabda, “Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para nabi nanti pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Sa’id bin Manshur)
Laki-laki adalah pemimpin keluarga yang berkewajiban mencari nafkah bagi keluarga. Perempuan berperan menjadi ibu dan pengatur rumah. Pendidikan terhadap anak menjadi tanggung jawab ayah. Ibu bertanggung jawab dalam pengasuhan dan sebagai madrasah pertama anak-anaknya.
Anak-anak dididik untuk taat pada Rabb-nya. Mereka dididik berasaskan akidah Islam, sehingga menjadi generasi yang berkualitas. Maka akan lahir ulama sekaligus ilmuan dengan banyak penemuan, baik di bidang tsaqafah Islam ataupun sains dan teknologi. Maka, terwujudlah peradaban Islam yang maju.
Sehingga akan terwujud generasi emas, yakni generasi yang bertakwa, sehat, cerdas, gemar bekerja keras, dan dapat saling bersinergi. Terbukti pada masa Khilafah, selama berabad-abad berhasil memproduksi generasi emas yang berjaya. Islam memberikan peranan dan arahan bagi setiap keluarga muslim untuk mencetak generasi emas.
Sinergisitas antara keluarga, masyarakat, dan negara, berlangsung baik. Masyarakat menjalankan amar makruf nahi mungkar sehingga lingkungan menjadi kondusif sebagai tempat tumbuh kembang anak-anak. Negara juga memberikan berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, serta kesejahteraan bagi setiap keluarga.
Banyaknya jumlah penduduk akan menjadi berkah ketika profil umat Islam adalah umat yang terbaik. Allah berfirman, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (TQS.Ali Imran: 110)
Sistem Islam akan memastikan sistem dalam keluarga berjalan, yaitu terlaksananya peran ayah, ibu, dan anak-anak. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang akan terpenuhi dengan saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Negara akan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Maka banyaknya penduduk tidak menjadi persoalan, karena banyaknya penduduk justru menjadi berkah. Menjadikan Indonesia berkah dengan penduduk yang semakin bertambah.
Wallahu a’lam bishawab
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Tulisan keren, masyallah ❤️
Kita sambut bonus demografi dengan kemenangan Islam.
Barakallah ❤️
Ya betul demografi akan selaras dan menghasilkan generasi emas dibawah sistem Islam kaffah yang diterapkan.olrn sebuah negara, karena berasal dari Allah Swr
Betul, bonus demografi hanya akan menjadi berkah jika sistem yang menaunginya adalah Islam. Namun, akan menjadi petaka jika sistem sekuler masih dijadikan rujukan untuk mengelola bonus demografi. Barakallah ...
Setuju, banyaknya penduduk justru dalam Islam menjadi berkah. Karena semuanya diberikan pelayanan kebutuhan. Namun, dalam kapitalisme menjadi masalah.
[…] Negara-negara tersebut dinyatakan berhasil menghadapi bonus demografi, dengan menyiapkan berbagai kebijakan yang mampu mendorong keberhasilan di berbagai sektor kehidupan, seperti pendidikan, teknologi, kesehatan, maupun ketenagakerjaan. Sehingga keberadaan bonus demografi akan menjadi peluang kemajuan, jika negara telah menyiapkan segala aspek kehidupan yang mendukung era tersebut.https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/program-keluarga-berencana-di-tengah-bonus-demografi/ […]