
Simbol bendera One Piece sebagai bentuk kekecewaan masyarakat akan sikap pemerintah yang mengeluarkan kebijakan yang tidak pro rakyat.
Oleh. Tari Ummu Hamzah
Kontributor NarasiLiterasi.Id
NarasiLiterasi.Id--Simbol bendera bajak laut dari serial anime Jepang One Piece kini sedang ramai diperbincangkan banyak orang. Serial Jepang yang diciptakan oleh Eiichiro Oda ini menceritakan tentang sekelompok bajak laut yang memiliki visi yang sama dan tak segan melawan kejahatan di hadapannya.
Hal ini juga mendapatkan tanggapan dari Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin bicara soal fenomena pemasangan bendera fiksi manga One Piece di bawah bendera merah putih jelang HUT ke-80 Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2025. Sjafrie meminta tindakan itu dihentikan. (rakyat media.com, 6-9-2025)
Sebenarnya, makna dari kata simbol adalah mewakili suatu nilai, konsep, dan ide-ide yang akan disampaikan. Maka, ketika masyarakat hendak menentukan sikap, mereka bisa mewakilkannya kepada sebuah simbol. Hal itu seolah bisa menggambarkan bagaimana perasaan mereka terhadap sebuah fakta di hadapan mereka.
Berhubung peminat setia dari serial ini sangatlah banyak, maka orang-orang beramai-ramai mengadopsi simbol-simbolnya. Bahkan beberapa warga net tak segan mengibarkan bendera khas anime One Piece ini di pelbagai tempat. Hal ini menyebabkan arus opini yang mengangkat One Piece makin kencang di berbagai kanal media sosial.
Bahkan ada juga orang-orang yang tampak mempertanyakan kembali niat untuk mengibarkan bendera merah putih jelang hari kemerdekaan. Karena setiap saat kita memandang simbol negeri ini, seketika itu pula kita teringat kebijakan penguasa yang makin menyengsarakan rakyat. Seakan terkesan mengada-ada dan memaksa.
Bentuk Kekecewaan Masyarakat
Kebijakan pemerintah yang makin menyengsarakan rakyat, bahkan menaikkan level stres masyarakat. Padahal pemerintah sendirilah yang berkoar-koar soal kesejahteraan. Namun, pajak dinaikkan, jenis pajak makin bertambah, belum lagi bahan pokok yang tak kunjung menurun. Jelas bahwa janji manis penguasa soal upaya menaikkan ekonomi rakyat hanya sekadar omong kosong belaka.
Maka dari itu penggunaan simbol ini digunakan masyarakat untuk menyampaikan sikap mereka terhadap kondisi saat ini, sebagai bentuk kekecewaan masyarakat akan sikap pemerintah yang mengeluarkan kebijakan yang tidak pro rakyat.
Ini bukti bahwa demokrasi hanya melahirkan penguasa populis dengan kebijakan populernya. Yaitu, hanya pemimpin yang banyak dukungan yang terpilih. Sistem ini sulit menempatkan pejabat yang kerja demi rakyat serta memiliki kapasitas negarawan. Karena pergerakan mereka hanya berputar soal kekuasaan dan kepentingan mereka pribadi.
Akar Masalah
Sebagai seorang muslim harusnya kita menyadari betul jika kezaliman yang terjadi di negeri ini sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Bahkan di setiap pergantian rezim, kesalahan penguasa cenderung berulang. Sepanjang negeri ini menyatakan kemerdekaan diri, maka selama itulah kezaliman telah berlangsung.
Mengapa demikian? Sebab sistem kapitalisme induk dari segala kezaliman. Mereka tidak pernah melahirkan pemimpin yang pro terhadap kepentingan rakyat. Yang ada hanyalah mengedepankan kepentingan segelintir orang. Tidak adil memang, karena keadilan dalam sistem ini juga hanya diperuntukkan segelintir orang.
Peran penguasa tak dirasakan karena sudah berlepas diri dari aktivitas mengurusi urusan rakyat. Mereka sibuk bercengkrama dengan pengusaha, sedangkan rakyatnya yang berteriak meminta hak-hak asasinya, diabaikan begitu saja.
Jika kita sudah menyadari betul akar masalahnya, maka sudah saatnya ada aktivitas perubahan bagi negeri ini. Untuk itu kaum muslimin haruslah diarahkan kepada jalan perubahan yang hakiki demi terwujudnya kedamaian yang hakiki pula.
Baca juga: Bendera One Piece, Makar atau Sindiran?
Menuju Perubahan Demi Kedamaian Hakiki
Jalan menuju perubahan itu memang tidak mudah. Jalan yang harus ditempuh dengan jalan yang benar. Tidak boleh ditempuh dengan cara yang receh. Misalnya seperti mengikuti tren, termasuk soal bendera One Piece. Sekalipun ini adalah gambaran kekecewaan dan mewakili perasaan ingin melawan, bukan berarti kaum muslim harus mengekor aksi ini.
Jalan perubahan yang hakiki itu tidak bisa menyatukan antara pemikiran kufur dengan pemikiran yang sahih. Maka perubahan hakiki yang dimaksud adalah perubahan yang sesuai dengan metode Rasulullah saw.
Maka jika masyarakat menempuh jalan yang bertentangan dengan syariat Islam, dipastikan perubahan itu hanya bersifat reformasi saja. Alias pergantian pemimpin, tanpa pergantian sistem. Untuk itu jika kita berbicara soal perubahan yang hakiki maka kita butuh perubahan yang bersifat revolusioner. Atau perubahan secara mendasar serta menyeluruh. Merubah tatanan masyarakat dari kufur menuju ketaatan kepada Allah.
Karena langkah pertama untuk merubah tatanan masyarakat itu harus dengan cara merubah cara berfikir mereka soal perubahan. Agar masyarakat paham mana metode yang layak dijadikan sebagai pedoman perubahan dan mana yang harus dicampakkan.
Kalaupun masyarakat hendak melakukan aksi kritik, bukan sekadar dengan simbol-simbol saja. Namun, dengan cara dakwah Islam. Inilah cara yang sesuai dengan metode Rasulullah saw. Beliau menempuh jalan ini selama tiga belas tahun di Mekkah. Berusaha mengganti cara berfikir mereka tentang arah pandangan dan tata cara menjalani hidup sesuai dengan perintah Allah.
Karena gigihnya Rasulullah dalam berdakwah, akhirnya beberapa orang pun banyak merapat ke kubu Rasulullah saw. Kemudian Beliau mengajak para sahabatnya untuk ikut berdakwah. Jelas bahwa upaya menuju perubahan hakiki itu harus dilakukan secara berjamaah. Tujuannya adalah bersama-sama berjuang menuju jalan perubahan.
Khatimah
Tak lupa menyatukan hati dan tujuan dengan ikatan akidah dan ukhuwah Islamiyyah. Dari sini jelas bahwa untuk menuju jalan perubahan memerlukan persatuan kaum muslimin. Hal ini jadi modal untuk tegaknya institusi Islam. Karena tanpa persatuan kaum muslimin mustahil Islam akan tegak kembali.
Dengan kembalinya Islam di tengah peradaban manusia akan membawa kedamaian di seluruh dunia. Hal itu tidak hanya dirasakan oleh kaum muslimin saja tetapi di luar daulah Islam pun ikut merasakannya juga. Jadi, sudah saatnya kaum muslimin bersatu menuntut kembali tegaknya daulah Islamiyah.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com



















[…] Baca: One Piece dan Simbol Perubahan […]