Gentle parenting adalah konsep pola pengasuhan anak dengan metode kelembutan. Para orang tua didorong untuk menghadirkan perasaan aman, bahagia, dan menumbuhkan kepercayaan diri pada pribadi anak.
Oleh. Mahganipatra
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Parenting orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak terus bermunculan, berbagai konsep ditawarkan seiring dengan kebutuhannya dalam mendidik anak zaman now. Terutama di era digital saat ini, banyak orang tua yang merasa gagal membentuk karakter anak-anaknya.
Kegagalan ini salah satu sebabnya karena ilmu pengasuhan orang tua tidak sejalan dengan fitrah anak. Apalagi sistem pendidikan dan para pendidik juga dianggap telah mandul dalam melahirkan generasi idaman.
Alhasil muncul beragam metode dengan konsep baru tentang parenting yang ditawarkan kepada masyarakat, salah satunya adalah konsep gentle parenting.
Mengenal Metode Gentle Parenting
Metode gentle parenting adalah konsep pola pengasuhan anak dengan metode kelembutan. Para orang tua didorong untuk menghadirkan perasaan aman, bahagia, dan menumbuhkan kepercayaan diri pada pribadi anak. Membentuk kepribadiannya dengan menitikberatkan pada empat elemen penting dalam pola pengasuhannya, yaitu agar bisa tumbuh menjadi anak yang selalu ceria dan berhati baik, memiliki empati, rasa hormat, dan pengertian.
Dalam metode ini, setiap anak diberikan kebebasan, tetapi tetap harus menerapkan batasan-batasan yang sehat. Ada kolaborasi antara orang tua dan anak, di mana kedua belah pihak memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan. Melalui konsep gentle parenting ini, orang tua harus membimbing anaknya dengan batasan yang konsisten dan penuh kasih sayang.
Batasan ini bukan dengan cara yang keras, apalagi dalam hukuman yang akan menghilangkan kepercayaan diri anak. Namun, sayangnya di era digital saat ini justru paparan teknologi makin berkembang bahkan cenderung mengubah dan memengaruhi perilaku manusia.
Ada gap antara orang tua dan anak ketika menerapkan konsep gentle parenting. Anak zaman now mereka cenderung mudah beradaptasi dengan kemajuan teknologi sementara para orang tua masih tertatih-tatih mengikuti perkembangannya. Akhirnya paparan teknologi dan internet pada generasi alfa saat ini, justru lebih dominan memengaruhi perilaku mereka dibandingkan dengan peran orang tua sehingga berdampak pada tumbuh kembang anak.
Pengaruh Teknologi dalam Konsep Gentle Parenting
Dilansir dari Tempo.co, Jakarta,15–9–2024, seorang Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, dalam keterangan resminya beliau menjelaskan bahwa di era digital saat ini, para orang tua didorong untuk bisa mengambil langkah-langkah strategis untuk mengimbangi paparan teknologi dan internet pada anak-anak.
Terutama bagi para ibu, walaupun teknologi telah membantu dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Namun, ia harus mampu menjadi garda terdepan dan harus tetap fokus untuk melindungi anak-anaknya dari paparan informasi internet yang sangat luas dan terbuka.
Orang tua maupun anak-anak harus sama-sama memahami bahwa teknologi boleh digunakan tetapi hanya sebagai alat pembelajaran semata. Maka kewajiban orang tua ketika menerapkan konsep gentle parenting adalah mereka harus mendampingi anak-anak saat bermain dan belajar hingga tercipta hubungan yang erat antara orang tua dan anak.
Tujuannya adalah agar dapat memberikan dukungan yang positif, sehingga akan berdampak pada pembentukan karakter dasar anak. Melalui cara-cara yang dapat membangun empati, mendengarkan secara aktif, komunikasi terbuka, dan saling percaya. Bukan justru sebaliknya, malah memfasilitasi anak dengan teknologi internet untuk belajar tanpa pendampingan.
Jika orang tua mengabaikan hal ini, maka akan berdampak pada proses tumbuh kembang anak. Contohnya, anak akan lebih asik dengan gadget hingga berkurang aktivatas fisiknya. Mereka akan menjauh dari lingkungan hingga akhirnya kualitas interaksi sosialnya menurun. Anak-anak terlalu sibuk di dalam dunia cyber space-nya hingga mengalami delusi, tidak mampu membedakan antara dunia nyata dengan dunia maya. Dengan demikian anak akan terjebak di dalam dunianya dan bahkan berpotensi memiliki gangguan kesehatan mental di kemudian hari.
Gentle Parenting, antara Konsep dan Tip
Banyaknya bimbingan dan kelas-kelas yang mengajarkan konsep parenting, telah mengalihkan perhatian orang tua hanya fokus pada tip dan trik, tanpa memperhatikan konsep. Terutama ketika ingin meraih target secara instan. Padahal sesungguhnya dalam ilmu parenting, konsep justru memiliki nilai dasar dalam keberhasilan pola pengasuhan ketika diterapkan oleh orang tua kepada anaknya.
Apalagi di sistem kapitalisme sekuler saat ini. Munculnya problematika generasi akibat tumpang tindih sistem dan regulasi kebijakan pemerintah, membuat para orang tua kehilangan arah. Ditambah orang tua hanya fokus pada tip dan trik untuk mencapai target keberhasilan pendidikan secara intelektualitas semata. Tidak peduli pada sumber konsep parenting yang dipilihnya.
Alhasil tip dan trik ini, tampak seperti cincin permata yang dihadiahkan oleh sang pemilik kepada orang lain. Bisa jadi ketika dipakai sang pemilik, cincin itu tampak indah berkilau. Namun, saat dipakai oleh orang lain justru tidak berguna karena ternyata cincin tersebut kekecilan atau bisa jadi kebesaran. Karena sejatinya tip dan trik biasanya berangkat dari pengalaman pribadi yang dibagikan kepada orang lain. Maka pengalaman tersebut belum tentu cocok pada kondisi setiap orang.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua ketika akan memilih atau menerapkan tip maupun trik dalam ilmu parenting. Mereka harus memahami betul urgensinya sebuah konsep parenting sebab konsep parenting adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anak yang mencakup aspek sosial, emosional, dan spiritual.Â
Baca: Metode Gentle Parenting Vs. Parenting Islam
Konsep Parenting Terbaik adalah Parenting Nabawiyah
Sebaik-baiknya pola pengasuhan anak adalah konsep pendidikan yang berasal dari konsep parenting nabawiyah. Dengan menggali tipnya langsung dari Rasulullah saw., manusia sempurna dan terbaik di dunia. Dialah pemilik konsep agung, metode terbaik yang telah terbukti sebagai konsep parenting yang sangat berhasil dan sukses besar.
Fakta keberhasilan parenting nabawiyah adalah lahirnya generasi terbaik dari kalangan manusia. Mereka adalah para sahabat Rasulullah saw. dan generasi tabiin, tabiut tabiin. Demikian pula dengan mereka yang hidup setelahnya di masa kegemilangan peradaban Islam. Mereka adalah bukti nyata keberhasilan konsep parenting nabawiyah dalam mewujudkan generasi terbaik sepanjang sejarah peradaban manusia.
Di dalam konsepnya terkandung trik dan tip yang memberikan banyak pelajaran, bagaimana cara-cara Rasulullah saw. membangun dan menanamkan sebuah kesadaran pada seorang anak, di antaranya adalah:
Pertama, Rasulullah saw. akan berusaha memanfaatkan setiap momentum yang paling berkesan dalam hati setiap anak, kemudian beliau akan menjadikan momen tersebut sebagai pintu masuk ke dalam pembahasan parenting.
Kedua, menggunakan bahasa positif, memotivasi tapi bersyarat dengan target amal tersebut.
Ketiga, Orang yang menyampaikan haruslah berasal dari orang yang dikagumi. Ini bisa berasal dari orang lain dan bukan orang tuanya sendiri.
Keempat, menghidupkan hati dan akal anak dengan berbagai kebaikan sehingga akan memiliki kekuatan untuk menangkapnya sesuai dengan penjelasan dan logikanya.
Trik dan Tip Parenting Nabawiyah
Salah satu contoh trik dan tip ala Nabi saw. adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Umar r.a., dia berkata;
"Apabila ada seseorang yang bermimpi pada masa Rasulullah maka ia pun akan menceritakan mimpi itu kepada Rasulullah, hingga saya juga ingin sekali bermimpi dan menceritakannya kepada beliau. Ketika remaja, pada masa Rasulullah saya pernah tertidur di masjid. Dalam tidur itu saya bermimpi bahwa ada dua malaikat yang menangkap saya dan membawa saya ke neraka yang tepinya berdinding seperti sumur dengan dua tali seperti tali sumur. Ternyata di dalam sumur tersebut ada beberapa orang yang saya kenal dan segera saya ucapkan: 'Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Aku berlindung kepada Allah dari siksa neraka.'"
"Tak lama kemudian, kedua malaikat tersebut ditemui oleh satu malaikat lain dan ia berkata kepada saya; 'Kamu akan aman.' Lalu saya ceritakan mimpi saya itu kepada Hafshah radhiyAllahu 'anha dan Hafshah menceritakannya kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah bersabda: 'Sebaik-baik orang adalah Abdullah bin Umar radhiyAllahu 'anhuma, jika ia berkenan melaksanakan salat di sebagian malam.'"
Dari kisah ini kemudian diperoleh bukti, bahwa sejak saat itu, Abdullah bin Umar begitu terdorong untuk melakukan qiyamulail (salat tahajud) dan senantiasa konsisten menjaganya. Maka melalui kisah ini, para orang tua bisa mengambil hikmah untuk menjadikan tip ini sebagai trik dalam melaksanakan parenting anak. Wallahualam bissawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca juga: Gentle Parenting Apatah Solusi Parenting Zaman Now? […]