Menyikapi Pesan Kunjungan Paus

Menyikapi Pesan Kedatangan Paus

Dalam menyikapi pesan Paus, tidak boleh menganggap semua agama sama benar atau semua agama membawa pada keselamatan. Hanya Islam yang diridai oleh Allah.

Oleh. Dyah Pitaloka
(Kontributor NarasiLiterasi.id)

Narasiliterasi.id-Pekan kemarin, pemimpin gereja Katolik dunia Paus Fransiskus datang berkunjung ke Indonesia atas undangan dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Ada beberapa poin yang disampaikan Paus Fransiskus dalam pertemuan dengan Presiden RI Joko Widodo. Dalam pidatonya, Paus juga menyoroti toleransi di Indonesia di tengah keberagaman dan mendoakan agar masyarakat Indonesia terus hidup dalam harmoni.

Deklarasi Istiqlal

Dalam kunjungannya ke Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus menandatangani Deklarasi Istiqlal bersama tokoh-tokoh agama dan penghayat kepercayaan. Deklarasi ini menyatakan komitmen para pemimpin agama untuk memprioritaskan dialog antaragama sebagai cara menyelesaikan konflik dalam masyarakat. Penguatan toleransi menjadi salah satu fokus kunjungan Paus ke Indonesia.

Disana, Paus mengatakan, "Jika kalian benar-benar menjadi tuan rumah tambang emas terbesar di dunia, ketahuilah bahwa kekayaan terbesar adalah kemauan untuk memastikan perbedaan tidak menjadi alasan pertikaian, melainkan diselaraskan dalam kerukunan dan rasa hormat. Jangan sia-siakan anugerah ini! Jangan sampai kekayaan ini hilang, justru kembangkan dan wariskan kepada generasi muda. Semoga tidak ada yang terjebak dalam fundamentalisme dan kekerasan, tetapi justru terpesona oleh mimpi tentang masyarakat yang bebas, bersaudara, dan damai."

Pernyataan Paus ini menggarisbawahi pentingnya Indonesia menjaga keragaman dengan mengutamakan toleransi dan dialog antaragama, serta menghindari kekerasan dan ekstremisme.

Tiga Poin Kunjungan

Dikutip dari rri.co.id, setelah kunjungan Paus Fransiskus ke RI, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan tiga poin utama dari hasil kunjungan apostolik serta kesepakatan yang dicapai dalam pembicaraan antara Paus Fransiskus dan Presiden Joko Widodo.

Tiga poin utama tersebut mencakup keragaman sebagai sumber kekuatan yang perlu dijaga, pentingnya mengutamakan dialog dalam menghadapi perbedaan atau konflik, serta perlunya menjaga lingkungan tetap hijau sebagai warisan bagi generasi mendatang.

Membedah Pesan dari Paus

Ada tiga pesan utama yang disampaikan oleh Paus sebelumnya yang terangkum dalam keragaman (pluralisme), perdamaian, serta toleransi.

Pertama, mengenai pluralisme, Vatikan mengklaim sebagai negara yang menjunjung pluralisme. Sementara itu, Vatikan sebagai negara agama tidak memberi ruang bagi perkembangan Islam. Klaim pluralisme tersebut menjadi sesuatu yang palsu, mengingat tidak ada masjid di Vatikan dan umat Islam yang ingin beribadah harus mencari masjid di luar Vatikan, misalnya di Italia.

Kedua, dalam hal perdamaian, Vatikan sendiri tidak mampu menghentikan kekerasan yang terjadi di dunia, termasuk pembantaian di Palestina. Bahkan, Vatikan hampir tidak memberikan kritik terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Zion*s Yahudi dan negara-negara Barat yang mendukung tindakan tersebut. Berbicara tentang perdamaian tanpa tindakan nyata untuk menghentikan kezaliman terhadap umat Islam, khususnya di Palestina, adalah hal yang sia-sia.

Terakhir, terkait toleransi, konsep toleransi yang diusung bukanlah seperti "lakum dinukum waliyadin" dalam Islam. Melainkan bentuk moderasi yang bertujuan agar umat Islam tidak sepenuhnya menjalankan ajaran agama mereka, melainkan menjadi muslim moderat.

Toleransi dan Moderasi

Jelas, toleransi dan moderasi digunakan oleh Barat sebagai alat untuk menekan umat Islam agar tidak menerapkan syariat Islam secara kaffah. Umat Islam yang dianggap tidak moderat akan dilabeli sebagai radikal, fundamentalis, atau bahkan teroris. Semua label politik ini dirancang untuk menjauhkan umat dari penerapan Islam secara kafah.

Promosi toleransi dan pluralisme oleh Paus Fransiskus merupakan bagian dari agenda moderasi yang didorong Barat di dunia Islam. Moderasi bertujuan mencegah munculnya Islam ideologis dianggap sebagai Islam radikal. Kampanye ini penting bagi Barat untuk menjaga hegemoni mereka di dunia Islam dan memastikan tidak ada perlawanan dari umat Islam terhadap dominasi tersebut.

Baca juga: HUT RI ke-79, Seremonial Berbalut Islamofobia

Kedatangan Paus Fransiskus dengan meninggikan moderasi beragama serta pesan perdamaian antaragama memiliki tujuan politik. Ini memperkuat dominasi Barat di Indonesia dan menjauhkan umat Islam dari kebangkitan agamanya. Tentunya, Islam yang mengharamkan penjajahan mendorong perlawanan terhadap hegemoni Barat di tanah negeri-negeri kaum muslim.

Cara Terbaik Menyikapi Pesan Kunjungan Paus

Kaum muslim di Indonesia, banyak yang simpati terhadap pesan yang diungkapkan Paus dalam kunjungannya ke Indonesia beberapa hari lalu. Lalu, bagaimanakah sikap terbaik kita sebagai umat yang mayoritas di Indonesia ini menyikapi pesan tersebut?

Ada tiga prinsip tentang toleransi. Pertama, tidak boleh menganggap semua agama sama benarnya atau semua agama akan membawa kepada keselamatan. Hal ini karena sebagai seorang muslim, hanya Islam yang diridai oleh Allah dan siapa pun yang mengikuti agama selain Islam akan tertolak. Sebagaimana isi dari surah Al-Maidah ayat 19 yang menyatakan bahwa agama di sisi Allah hanyalah Islam.

Kedua, toleransi tidak berarti partisipasi. Toleransi diwujudkan dengan membiarkan orang lain merayakan hari besar mereka tanpa kita perlu ikut serta di dalamnya. Toleransi tidak mengharuskan kita untuk berpartisipasi dalam perayaan agama lain.

Terakhir, toleransi harus dibatasi dan tidak boleh berlebihan. Penting untuk tetap menghormati apa yang dimuliakan oleh Allah dan menghinakan apa yang dihinakan oleh Allah, seperti dalam ayat "Allahu muhzil kafirin" dalam surah At-Taubah ayat 2, yang berarti Allah menghinakan orang-orang kafir.

Tentu saja, umat Islam tidak boleh membalikkan sikap ini dengan memuliakan orang yang dihinakan oleh Allah Swt. Namun, di sisi lain malah menghinakan sesama muslim yang seharusnya dimuliakan. Jika ini terjadi, maka ini merupakan bentuk toleransi yang berlebihan dan salah dalam menyikapi pesan tersebut.

Menyikapi Pesan Moderasi

Selain toleransi, ada hegemoni yang terselip dalam kunjungan Paus kemarin. Hal tersebut ditunjukkan dengan bagaimana umat harus terus mengedepankan dialog antaragama. Dalam pandangan Islam, dialog ini berbahaya sebab membuat Islam menjadi lemah dan berkompromi dengan agama lain. Padahal Islam memiliki Al Quran dan As Sunah sebagai pemutus hukum permasalahan umat. Tidak layak bagi Islam menyandingkan pedoman hidupnya dengan argumentasi atas nama dialog antaragama.

Adapun moderasi beragama bisa mengaburkan kepribadian umat Islam karena berpotensi mengubur nilai Islam di Indonesia. Umat muslim harus bisa bersatu dan sadar untuk kembali pada aturan Islam dalam memecahkan setiap permasalahannya.

Umat muslim juga dituntut untuk bangga terhadap agama dan aturannya. Islam merupakan ideologi yang komprehensif dalam mengatur setiap problematika manusia. Wajar untuk bertoleransi namun bukan berarti mau menjadi kabur dalam beragama hanya karena arus moderasi.

Penutup

Islam mencontohkan toleransi dan saling menghargai antaragama. Bahkan Islam memberikan hak yang sama antara muslim dan nonmuslim yang menjadi warga negara Islam (ahlul dzimmah). Pada peristiwa persidangan baju besi milik Ali bin Abi Thalib yang jatuh diambil seorang ahlul dzimah, hakim memberikan baju besi tersebut pada sang ahlul dzimmah. Keputusan ini diambil lantaran Ali bin Abi Thalib pada saat itu tidak bisa mendatangkan dua orang saksi laki-laki.

Dengan adil, hakim dalam persidangan itu tidak melihat status Ali bin Abi Thalib yang merupakan sahabat Rasulullah saw. dan Amirul Mukminin. Hakim tetap memutuskan dengan adil berdasarkan Al Quran dan As Sunah. Ahlul dzimmah itu pun kagum dengan keagungan Islam dalam memutuskan perkara secara adil sehingga akhirnya ia masuk Islam.

Melihat kembali bagaimana keagungan Islam dan toleransi di dalamnya, umat Islam harus pandai menyikapi pesan dari kedatangan Paus ke Indonesia. Allah Swt. telah mengatur hubungan umat muslim dengan nonmuslim secara luar biasa. Umat muslim wajib bertoleransi sewajarnya namun tetap menjaga akidah dan wibawa Islam sehingga terlindungi dari arus moderasi. Wallahualam bissawab []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Dyah Pitaloka Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Gunung Bawah Laut, Penyeimbang Bumi
Next
Memahami dan Mengoptimalkan Potensi Anak Usia Balig (Part 2)
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram