"Pendidikan basis Islam bukan hanya didapat dari agenda semisal pesantren kilat dengan durasi yang singkat. Namun diberlakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan untuk semua warga negaranya."
Oleh. Eka Mas Supartini
(Kontributor Narasiliterasi.id dan Praktisi Kesehatan)
Narasiliterasi.id-Pesantren kilat (sanlat) dipandang sebagai salah satu upaya dalam pemberian pemahaman agama bagi umat Islam. Maka ada banyak kalangan yang memanfaatkan agenda ini untuk tujuan perbaikan moral dan ibadah umat. Dalam hal ini bahkan pemerintahan daerah pun tak ketinggalan menggunakan momen sanlat bagi aparatnya. Salah satunya dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Ratusan sekretaris desa (sekdes) Kabupaten Bandung diketahui berbondong-bodong mengikuti kegiatan pesantren kilat. Agenda sanlat gelombang ke-2 tersebut dibuka langsung oleh Bupati Kabupaten Bandung Dadang Supriatna, pada Selasa 10 September 2024 di salah satu pesantren di Kabupaten Sumedang.
Dalam sambutannya, Dadang Supriatna menyampaikan “Selain bertanggung jawab pada pengelolaan administrasi, sekdes juga harus menangani berbagai permasalahan yang muncul di masyarakat untuk merekomendasikan kepada kades, dan juga mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan program desa.” (antarwaktu.com, 11-09-2024)
Kegiatan pesantren kilat yang diperuntukkan bagi para sekdes tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan aparat terhadap masyarakat. Akankah kegiatan yang digagas Bupati Bandung ini berhasil meningkatkan kinerja aparat dan pejabat desa?
Pesantren Kilat, Mana Cukup!
Kegiatan pesanteran kilat yang telah dilaksanakan tersebut sejalan dengan salah satu visi BEDAS yaitu mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung yang agamis. BEDAS sendiri adalah slogan yang berisi visi misi dari Bupati Kabupaten Bandung, H.M. Dadang Supriatna, S.Ip., M.Si. dan Wakilnya Sahrul Gunawan, S.H.
Dimana visi misi yang terkandung dalam slogan BEDAS tersebut bermakna agar terwujud masyarakat Kabupaten Bandung yang Bangkit, Edukatif, Dinamis, Agamis dan Sejahtera. Hal tersebut menjadi baik bagi pemerintahan khususnya pemerintahan Kabupaten Bandung dalam hal ini sekertaris desa.
Namun kegiatan tersebut tampaknya belum cukup jika ditujukan untuk meningkatkan kinerja aparat daerah. Mengingat kegiatan keagamaan dan pendidikan agama bukan hanya penting untuk sekdes saja, tapi juga untuk aparat lainya dalam berbagai bidang, bahkan rakyat sipil pun berhak menerimanya. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan yang terintegrasi dan berkelanjutan agar pendidikan agama yang disampaikan dapat diterima secara utuh dan menyeluruh. Hal demikian agar tidak ada salah tafsir dalam memahaminya.
Selain itu, pesantren kilat ini pada umumnya hanya berlangsung beberapa hari saja, tidak berkelanjutan. Maka tidaklah cukup membekali aparat dengan pemahaman agama hanya dalam waktu singkat. Sebab pemahaman agama mesti dibentuk sejak dini dan berkelanjutan. Bahkan menjadi sangat penting karena merupakan landasan bagi setiap muslim baik pejabat maupun rakyat dalam memutuskan persoalan. Dengan demikian, kegiatan pesantren kilat tidak akan cukup untuk meningkatkan kinerja pejabat khususnya sekdes.
Sekularisme Demokrasi Sulit Wujudkan Pejabat Agamais
Dalam sistem sekuler demokrasi yang diterapkan hari ini memang sulit terwujud pejabat yang agamais (amanah). Pada faktanya para pemimpin ataupun pejabat baik pusat maupun daerah kurang memiliki kesadaran sebagai pengurus dan pelayan rakyat. Pasalnya, negara kurang memfasilitasi dan menyediakan pendidikan agama, baik untuk seluruh jajaran pemerintahannya ataupun untuk rakyat seluruhnya. Karena dalam sistem sekuler, pendidikan agama menjadi terpisah dari pendidikan ilmu pengetahuan lainnya.
Pendidikan dalam sistem sekuler mejadi terkotak-kotakkan, seolah agama hanya dalam bentuk ritual hubungan manusia dan penciptanya saja. Sementara agama dipandang tidak mengatur hubungan sosial dan tidak turut campur mengatur kehidupan. Sehingga wajar jika sistem saat ini melahirkan pemimpin-pemimpin dan aparatur negara yang belum paham sepenuhnya terhadap tugas dan tanggung jawabnya atas jabatan yang diembannya.
Pendidikan dalam Islam
Kondisi dalam kehidupan demokrasi sekulerisme tentu berbeda dengan Islam ketika menjadi sistem yang diterapkan dalam sebuah negara. Islam memandang bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting. Sebagaimana disampaikan Allah dalam Al-Qur’an, surah yang pertama kali diturunkan yaitu:
“Bacalah dengan (menyebut) Nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan pena. Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-'Alaq: 1-5)
Dalam surat tersebut dijelaskan bagaimana Allah menunjukkan begitu pentingnya pendidikan. Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk selalu ingat dan sadar betul bahwa tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah dengan menjadi hamba yang bertakwa.
Dari pengertian ibadah tersebut, maka implikasinya dalam pendidikan mustahil bisa didapat jika hanya menggunakan metode pesantren kilat. Implikasi pendidikan Islam terbagi atas dua macam:
Pertama, pendidikan memungkinkan manusia mengerti dan paham Tuhannya secara benar, sehingga semua perbuatannya bernilai ibadah hanya untuk Allah Tuhan Penciptanya.
Kedua, pendidikan harus menggerakkan seluruh potensi manusia untuk memahami semua pelajaran yang terhampar di muka bumi ini. Selain itu untuk menggunakan semua potensi yang telah Allah titipkan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Hal ini ditujukan guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Baca Juga : Ada Apa di Balik Utak-atik Anggaran Pendidikan?
Islam memandang bahwa ilmu agama dan pengetahuan lainnnya tidak terpisah-pisah. Ilmu agama menjadi pondasi dasar untuk ilmu pengetahuan lainnya. Yang demikian berdampak akan melahirkan generasi yang taat kepada Penciptanya, dan profesional di bidangnya.
Islam Ciptakan Pemimpin yang Bertanggung Jawab
Negara dalam sistem Islam hadir menyediakan fasiliatas dan pendidikan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Negara juga menjamin dan hadir dalam pemenuhan hak-hak rakyatnya, termasuk pendidikan. Dimana pendidikan merupakan hak dasar yang harus diterima oleh seluruh rakyat, bukan hanya segelintir atau satu bidang saja.
Pemimpin serta aparatur negaranya harus sadar betul tugasnya sebagai periayah atau pengatur dan pengurus urusan umat. Hal tersebut dapat dilihat dari terjemah hadis yaitu: “Sebaik-baik pemimpin adalah yang paling baik dalam berlaku bagi umatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adapun proses rekrutmen untuk mengisi posisi-posisi dalam pemerintahan, Islam menyandarkan pada basis integritas dan kapabilitas. Maka dalam proses pelayanannya mengutamakan ketepatan, kecepatan, dan keakuratan.
Di ranah sistem pendidikannya landasan yang digunakan adalah akidah Islam. Semua rakyat baik kalangan miskin ataupun kaya berhak untuk mendapatkan pendidikan. Tujuan dalam proses pendidikan pun ditetapkan untuk mewujudkan insan berkepribadian Islam (syahksiyah islamiyah). Dengan demikian akan terlahir secara otomatis pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab atas amanah yang diembannya sebagai penguasa pemegang kebijakan.
Penutup
Islam mampu menciptakan pemimpin-pemimpin yang takut terhadap Allah sebagai Tuhannya. Dengan landasan keimanan para pejabat akan sadar betul akan tugasnya yang akan dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia, tetapi kelak di akhirat. Sehingga pejabat akan amanah dalam tugasnya sebagai pelayan bagi rakyat serta mengatur dan mengurus seluruh permasalahan umat.
Dengan demikian, dalam sistem Islam pendidikan agama dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Pendidikan basis Islam bukan hanya didapat dari agenda semisal pesantren kilat dengan durasi yang singkat. Namun diberlakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan untuk semua warga negaranya. Negaralah dalam hal ini yang akan mewujudkannya. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
[…] Baca: Pesantren Kilat, Tingkatkan Kinerja Aparat […]