Sekolah Gratis di Kapitalisme, Mimpi!

Sekolah Gratis di Kapitalisme, Mimpi!

Sekolah gratis dalam sistem kapitalisme hanya mimpi, dan dapat terwujud apabila negara mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam.

Oleh. Nilma Fitri
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Siapa yang mau sekolah gratis? Jawabannya semua pasti mau, apalagi biaya pendidikan saat ini terasa sangat membebankan. Kenapa zaman sekarang susah sekali mencari ilmu, padahal pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa dan peradaban dunia.

Alasan inilah yang menjadi pertimbangan Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Jawa Timur Tri Rismaharini. Apabila dirinya terpilih menjadi gubernur, biaya pendidikan SMA/SMK akan digratiskan. Terlebih lagi saat dirinya menjabat Menteri Sosial (Mensos) banyak mendapat keluhan dari orang tua yang sulit membayar sekolah di SLTA sehingga anaknya terancam putus sekolah karena kesulitan ekonomi.

Namun, pernyataan tersebut mendapat komentar sebaliknya. Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Jawa Timur Aries Agung Paewai menyatakan bahwa seluruh SMA/SMK Negeri di Jawa Timur sudah gratis, tidak ada lagi pembayaran SPP dan program ini sudah berjalan lama.

Melalui BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan BOPP (Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan) dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, semua SMA/SMKN gratis dan masih berjalan sampai saat ini. (detik.com, 20-09-2024)

Seketika saja komentar Kadindik Jawa Timur ini menuai kritik. Dikutip dari radarjatim.co (22-09-2024), Ketua LSM Pusat Informasi dan Advokasi Rakyat (PIAR) Jawa Timur Masud mengatakan bahwa Kadindik selayaknya tidak berkata seperti itu. Walaupun SMA/SMKN di Jawa Timur gratis tetapi faktanya tidak demikian. Masih banyak pungutan dengan banyak dalih dan modus.

Tambahnya lagi, komentar Kadindik dinilai tidak pantas dan dapat menjadi pembohongan publik, apalagi pernyataan tersebut disampaikan untuk mengomentari paslon (pasangan calon) gubernur Jatim. Bisa jadi blunder dan lebih baik Kadindit mengevaluasi kondisi pendidikan di jatim daripada bergosip politik.

Gratis Tapi Bayar

Miris, ya! Fakta yang terjadi memang demikian. Saat ini sekolah gratis hanyalah fatamorgana. Banyak embel-embel di balik kata gratis yang pada faktanya tidak gratis.

Biaya seragam, perjalanan tur, biaya prasarana, dan lain sebagainya yang mengatasnamakan komite sekolah sebagai perpanjangan tangan masih sering terjadi. Ruwet, dibilang gratis, pemerintah yang akan menanggung semua anggaran pendidikan di sekolah negeri, tetapi kok masih minta uang dari masyarakat.

Kapitalisasi Pendidikan

Jadi tak mungkin akan ada sekolah yang benar-benar gratis saat ini. Semua aspek pendidikan dijadikan ladang keuntungan. Bagaimana bisa untung kalau pendidikan diberikan cuma-cuma?

Padahal, pendidikan seharusnya merupakan hak dasar manusia, tetapi malah dijadikan bisnis dan investasi. Mereka menciptakan istilah pendidikan berkualitas yang membutuhkan banyak biaya, sehingga hanya orang kaya saja yang mampu mendapatkan pendidikan berkualitas, sementara rakyat miskin sulit mendapatkan pendidikan dengan kualitas serupa.

Gambarannya seperti ini, sekolah gratis yang ditangani pemerintah pada sistem kapitalisme, nyatanya justru membuka peluang bagi kapitalis melebarkan bisnisnya. Mereka membuka kelas-kelas dan sekolah yang berbeda kualitasnya dari pemerintah, seperti dalam segi layanan pendidikan berkualitas, proses belajar yang bermutu, lingkungan yang kondusif dan lulusan-lulusan yang berkualitas.

Akibatnya, sekolah-sekolah swasta menjamur dengan keunggulannya masing-masing. Tentu saja dengan biaya yang tidak murah. Mau tidak mau, masyarakat pun harus mengeluarkan biaya mahal jika menginginkan pendidikan berkualitas bagi anak-anak mereka.

Sekolah "Terbaik" Butuh Biaya Lebih

Pada intinya, pendidikan mahal merupakan kompensasi dari pendidikan yang berkualitas. Pemikiran ini yang kemudian dikampanyekan di tengah-tengah masyarakat sehingga membuat para orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anaknya di sekolah berkualitas dalam arti sekolah "terbaik."

Di beberapa sekolah yang sudah terkenal sebagai sekolah "terbaik," mereka juga tidak segan memungut biaya lebih. Anehnya, para orang tua bersedia membayarnya demi anak masuk sekolah tersebut. Bahkan, sudah menjadi rahasia umum, sekolah terbaik "menjual bangku" bagi anak-anak yang tidak lolos seleksi tetapi bertekad untuk diterima di sekolah terbaik.

Sekolah Gratis Kapitalisme

Semua itu terjadi karena sistem negara yang diterapkan saat ini adalah sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme merupakan sistem di bawah kendali sekelompok orang (kapitalis) dalam pengaturan ekonomi dan pemerintahan.

Sistem ini juga membatasi peran negara. Negara hanya dijadikan regulator dan penyedia fasilitas untuk kapitalis bebas melakukan kegiatan ekonomi. Mereka berusaha meraih keuntungan sebesar-besarnya dalam semua aspek.

Karena memang tolok ukur sistem kapitalisme adalah keuntungan, maka sekolah pun tak luput dijadikan bisnis mencari untung. Tujuan pendidikan yang sejatinya bertujuan untuk mencerdaskan masyarakat secara spiritual dan intelektual serta berakhlak mulia, malah dijadikan ladang profit oleh mereka. Jadi, sekolah gratis dalam sistem kapitalisme hanyalah mimpi belaka.

Lebih ruwet lagi, iming-iming sekolah gratis dijadikan permen manis untuk membuka jalan kemenangan pada pemilihan kepala daerah. Padahal, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah siapa pun itu untuk memberikan layanan sekolah gratis bagi masyarakat.

Pendidikan dalam Islam

Karena memang pendidikan adalah hak asasi manusia yang wajib dipenuhi, maka pemerintah berkewajiban untuk memenuhinya. Pendidikan pun merupakan modal dasar majunya sebuah peradaban.

Oleh karena itu, Islam memandang bahwa pendidikan amatlah penting. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mujadalah ayat 11,

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ

Artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."

Dari ayat tersebut, ada perbedaan antara orang-orang yang menuntut ilmu dengan yang tidak menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu daripada yang tidak berilmu. Ayat ini juga sebagai isyarat bahwa manusia akan menjadi mulia dengan ilmu. Dalam hadis, Rasulullah juga menjelaskan,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Dari kedua dalil tersebut menjelaskan bahwasanya kedudukan menuntut ilmu adalah wajib. Kewajiban ini yang mesti difasilitasi negara sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan.

Islam, Sekolah Pasti Gratis

Untuk menjalankan kewajibannya tersebut, negara mesti memberikan layanan sekolah gratis bagi rakyatnya, baik kaya atau miskin, muslim atau nonmuslim, semua warga negara mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan.

Semua sarana dan prasarana pendidikan menjadi tanggung jawab negara termasuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Setiap jenjang pendidikan dari dasar hingga universitas adalah gratis. Kok bisa?

Baca juga: ada-apa-di-balik-utak-atik-anggaran-pendidikan

Ya, karena konsep pengaturan Islam yang luar biasa maka akan memudahkan manusia menjalani hidupnya, bila aturan Islam diterapkan. Tidak hanya sekolah yang gratis, layanan kesehatan pun akan diberikan cuma-cuma

Dalam sistem ekonomi Islam, pelayanan gratis bagi masyarakat tidak terlepas dari pengelolaan harta dan kekayaan alam. Harta dan kekayaan alam dalam kapitalisme boleh dimiliki oleh individu atau swasta untuk diambil keuntungannya, termasuk barang tambang yang jumlahnya banyak.

Berbeda dengan Islam, barang tambang dan kekayaan alam yang banyak adalah milik umum tidak boleh dimiliki secara pribadi. Pengelolaannya dilakukan oleh negara dan hasilnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Semua hasil pengelolaan barang tambang dan kekayaan alam ini akan menjadi sumber pemasukan kas negara yang diatur dalam baitulmal.

Sumber pemasukan baitulmal lainnya selain bahan tambang, juga berasal dari hasil pengelolaan harta kepemilikan negara dan kepemilikan individu seperti zakat, sedekah, infak, dll. Begitu banyaknya sumber pemasukan, jumlah kas baitulmal menjadi banyak, sudah tentu sangat mampu mendanai sekolah gratis dari jenjang dasar hingga universitas bagi seluruh rakyat.

Dengan demikian, sekolah gratis dalam sistem kapitalisme yang hanya mimpi, akan terwujud apabila negara mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Sistem Islam juga mampu merealisasikan tujuan mulia pendidikan yaitu menciptakan masyarakat cerdas spiritual dan intelektual serta berakhlak mulia demi masa depan peradaban yang cemerlang.
Wallaahu alam bisshawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Nilma Fitri Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Tawuran Pelajar, Kapan Bubar?
Next
Tawuran ART di Singapura, Hilangnya Muruah Wanita?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Sambas
1 month ago

Barakallah Mbak

UmmuTriaz
UmmuTriaz
1 month ago
Reply to  Yuli Sambas

Wafiiki barakallah Bunda Yuli

trackback

[…] Baca: Sekolah Gratis di Kapitalisme, Mimpi! […]

trackback

[…] Baca: Sekolah Gratis di Kapitalisme, Mimpi! […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram