Deflasi, Wujud Nyata Kerusakan Kapitalisme

deflasi wujud nyata kerusakan Kapitalisme

Munculnya deflasi tidak terlepas dari efek penerapan sistem kapitalisme yang memberikan komplikasi kronis bagi kesejahteraan masyarakat.

Oleh. Novi Anggriani, S.Pd
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi lima bulan berturut-turut selama tahun 2024 dan menjadi yang terparah dalam lima tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo. Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, melaporkan pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12 persen, sedangkan secara tahunan masih terjadi inflasi sebesar 1,84 persen.

Amalia menjelaskan penyebab deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,59 persen. Komoditas yang dominan yang memberikan andil deflasi di antaranya: telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan sayur-sayuran. (voaindonesia.com, 03-10-2024).

Ancaman Deflasi bagi Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deflasi adalah gejala perekonomian yang merupakan akibat dari berbagai persoalan ekonomi berupa penurunan produksi, langkanya lapangan kerja, dan rendahnya daya beli masyarakat. (kbbi.web.id)

Pada awalnya kondisi deflasi menyebabkan penurunan harga berbagai komoditas yang tentunya memberikan keuntungan bagi konsumen. Selanjutnya hal tersebut dapat berdampak bagi perekonomian secara keseluruhan, yakni PHK karena penurunan produksi akibat murahnya harga barang. Lambat laun pihak perusahaan akan memilih untuk menurunkan upah dan mengurangi karyawan. Bagai lingkaran setan, pilihan itu justru makin meningkatkan jumlah pengangguran dan tidak terpenuhinya kebutuhan hidup.

Jika melihat kondisi masyarakat saat ini, definisi di atas terasa sangat mewakili. Data BPS menunjukkan produksi padi pada tahun 2023 diperkirakan sebesar 53,63 juta ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 1,12 juta ton GKG atau 2,05 persen dibandingkan produksi padi di tahun 2022 yang sebesar 54,75 juta ton GKG. Begitu pula produksi beras pada tahun 2023 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 30,90 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 645,09 ribu ton atau 2,05 persen dibandingkan produksi beras di tahun 2022 yang sebesar 31,54 juta ton. (bps.go.id)

BPS juga melaporkan ada 1.819.830 orang yang tercatat mencari kerja di Indonesia pada tahun 2023. Jumlahnya melonjak 94,18% dibanding tahun 2022 sebanyak 937.176 orang. Lebih banyak lagi jumlahnya jika menghitung mereka yang tidak melapor. Melihat perbandingan di atas maka jumlah pencari kerja mencapai enam kali lebih banyak dibandingkan dengan lowongan yang ada (cnbcindonesia.com, 6-06-2024)

Data BPS yang lain menginformasikan bahwa konsumsi rumah tangga pada triwulan II tahun 2024 hanya tumbuh positif sebesar 4,93 persen. Angka ini turun dibanding triwulan II tahun 2023 yang mencapai 5,22 persen dan triwulan II tahun 2022 yang mencapai 5,52 persen. Hal ini memperlihatkan daya beli masyarakat menurun. (ums.ac.id)

Mengancam Rumah Tangga

Penunjukan data di atas sangat memprihatinkan. Apalagi deflasi berkepanjangan tidak hanya merugikan produsen petani dan produsen industri, tetapi juga mengancam rumah tangga. Kebutuhan rumah tangga itu pemenuhannya bersifat harian, tetapi karena pendapatan menurun akibat lapangan kerja turun atau PHK maka sulit untuk memenuhinya.

Oleh karena itu, permasalahan ini perlu ditangani serius oleh penguasa. Namun, sejauh ini belum ada solusi tuntas dari pemerintah, padahal rantai yang dihasilkan oleh deflasi bukan saja terjadi pada petani dan pedagang. Para ibu rumah tangga sebagai konsumen besar barang dan jasa juga merasakan dampaknya.

Tidak hanya itu, adapun efek dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar akibat deflasi, justru membawa pengaruh buruk pada kebutuhan gizi nutrisi jangka panjang keluarga. Hal ini karena ibu akan menghemat pengeluaran konsumsi dengan membagi pengeluaran kebutuhan yang lain sehingga status gizi keluarga pada akhirnya tidak terpenuhi dengan optimal. Anak akan mengalami berbagai penyakit seperti gizi buruk, bukan makan tidak sehat, tetapi makanan tidak lengkap nutrisi.

Akibat kondisi kesehatan yang buruk, membawa pengaruh pada kelemahan daya fisik dan psikis anak. Anak menjadi lamban dalam menangkap pelajaran, kurang fokus, dan mudah sakit. Sementara itu, biaya pendidikan dan kesehatan sangatlah mahal. Ditambah lagi mereka saat ini dalam keadaan terpuruk karena situasi ekonomi yang sedang buruk akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan.

Mahalnya biaya pendidikan melahirkan permasalahan baru bagi generasi. Banyak anak putus sekolah karena tidak mampu dari segi biaya. Bahkan ada pula yang justru memilih untuk tidak bersekolah karena melihat banyaknya pengangguran setelah lulus. Mereka berpikir lebih baik menghabiskan usianya bekerja dari awal daripada menempuh pendidikan. Hal ini karena pada faktanya setelah lulus mereka tetap menjadi pengangguran.

Blunder Solusi Kapitalisme Hadapi Deflasi

Munculnya deflasi tidak terlepas dari efek penerapan sistem kapitalisme yang memberikan komplikasi kronis bagi kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dihadapkan dengan berbagai tekanan hidup dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini karena penguasa lalai dalam mengatur berbagai sektor kehidupan dan lambat dalam menangani berbagai persoalan yang ada.

Dengan demikian, tidak tepat pula seruan Farisan Aufar selaku Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI mengajak masyarakat banyak belanja untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara di saat yang sama, masyarakat mengalami krisis ekonomi yang mencekik dari berbagai sisi kehidupan.

Melihat seluruh problem yang terjadi menunjukkan bahwa perkaranya bersifat asasiyyah (mendasar) sehingga solusi pun harus menyentuh akar masalah. Kapitalisme selaku sistem yang lahir dari akidah sekularisme, meniscayakan segala aktivitas yang mengatur kehidupan masyarakat jauh dari aturan Allah.

Jadi, tidak heran aktivitas riba yang diharamkan justru dijadikan sebagai penopang dalam transaksi masyarakat. Segala sesuatu yang meliputi pinjam-meminjam tidak ada istilahnya panjang-menolong secara cuma-cuma. Semua ada manfaat berupa keuntungan dari penambahan pembayaran bagi peminjaman. Perkara riba bukan saja dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat, tetapi seluruh negara di dunia dan itulah salah satu penyebab utang Indonesia terus meningkat.

Baca: indonesia-menjadi-negara-maju-antara-mampu-ataukah-halu/

Selain itu, kejahatan kapitalisme terdapat pada perputaran harta mayoritas di sektor nonriil. Akibatnya peredaran uang hanya dikuasai oleh para pemilik modal. Hal ini justru menimbulkan kemacetan pada aktivitas jual beli masyarakat. Inilah salah satu faktor yang memperpanjang deflasi. Apalagi para pedagang kecil cenderung akan gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan besar dalam memproduksi barang akibat dari sedikitnya modal yang dimiliki.

Krisis Siklik, Keniscayaan dalam Kapitalisme

Ekonomi kapitalisme menjadikan utang dan pajak sebagai pemasukan utama negara. Akibatnya masyarakat kembali menjadi target untuk membiayai segala kebutuhan negara. Caranya dengan menarik pajak pada individu masyarakat tanpa melihat individu itu mampu atau tidak membayarnya.

Pada faktanya, masyarakat sekarang banyak yang hidup dalam kemiskinan akibat dari tidak adanya lapangan pekerjaan. Begitu pula utang yang menjadi salah satu pemasukan negara, justru menimbulkan kesengsaraan. Negara akan membebankan kepada masyarakat dalam pembayarannya, apalagi itu adalah utang ribawi.

Ekonomi kapitalisme dari asalnya memang akan selalu mengalami krisis secara siklik (ada periodenya) sehingga mustahil menciptakan kehidupan sejahtera tanpa krisis. Jadi, kapitalisme harus dicabut akarnya dalam mengatur kehidupan dunia karena sudah terbukti menimbulkan kesengsaraan dari berbagai sisi kehidupan.

Sistem Islam Solusi Jitu Mewujudkan Kesejahteraan

Islam memandang segala yang berkaitan dengan hajat hidup umat adalah persoalan yang serius sehingga penanganannya cepat tanpa melahirkan persoalan baru. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah pokok yang harus segera diatasi karena bersangkutan langsung dengan hajat hidup rakyat.

Syariat Islam mewajibkan setiap laki-laki yang sudah diberi taklif syariat untuk mencari nafkah. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 233: "Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf."

Negara dalam perkara itu akan menyediakan lapangan pekerjaan untuk memudahkan mereka memenuhi kewajibannya. Dengan demikian, keluarga di dalam Islam tidak ada yang hidup dalam kondisi sakit karena hemat dalam memenuhi kebutuhan pokok.

Kemiskinan juga musuh bagi Islam. Untuk menghindarinya, Khilafah menyediakan fasilitas pendidikan secara cuma-cuma untuk menopang generasi menjadi berkualitas guna membangun kehidupan lebih baik. Jika pun ada rakyat yang miskin, kemiskinan tersebut bukan karena faktor sistemis seperti sekarang. Pasalnya setiap rakyat akan dijamin terpenuhi kebutuhan pokoknya langsung oleh negara.

Meski dalam sistem Islam ada sektor industri, tetapi bukan sebagai sumber pendapatan utama. Islam memiliki 12 pos pemasukan. Adapun pos-pos utama salah satunya yaitu ganimah atau harta rampasan perang yang dimiliki oleh kaum muslim dari musuh Islam. Selain itu, pengelolaan kepemilikan umum seperti sumber daya alam (SDA) dikelola oleh negara dan hasilnya akan digunakan untuk kesejahteraan dan pembangunan di masyarakat. Begitulah Islam mengurus urusan umat, termasuk membangun sistem ekonomi antideflasi.
Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Novi Anggriani, S.Pd Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Banjir di Gurun Maroko, Apa Kabar Iklim Dunia?
Next
Kesempatan untuk Naya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram