
Makin masifnya fenomena doom spending di kalangan Gen Z ini, tak lepas dari kebebasan (liberal) yang sudah mengakar.
Oleh. Tutik Haryanti
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Saat ini kalangan milenial dan Generasi Z, sedang gemar membeli barang-barang mewah dengan merek ternama. Liburan wisata juga menjadi pilihan yang digandrungi mereka. Mereka rela menghabiskan uang hanya untuk kesenangan dan bisa tampil trendi. Sebetulnya bila mereka mau selektif, uang tersebut dapat ditabung untuk keperluan masa depannya.
Perilaku impulsif dan berlebihan pada Generasi Z seperti ini disebut dengan fenomena "Doom spending". Istilah ini disampaikan oleh Psychology Today yang artinya, suatu kebiasaan berbelanja tanpa ada berpikir panjang, yang tujuannya untuk menghilangkan rasa pesimistis tentang kondisi ekonomi dan masa depan mereka. (Liputan6.com, 05-10-2024)
Latar Belakang Doom Spending
Maraknya fenomena doom spending ini, bukan hanya terjadi di satu atau dua negara saja. Tetapi fenomena ini sudah menyasar kalangan milenial dan Gen Z di berbagai negara. Ini dibuktikan oleh Intuit Credit Karma yang telah melakukan survei terhadap warga Amerika. Ternyata, sebanyak 96% warga mengalami kekhawatiran akan kondisi ekonomi saat ini. Ditemukan seperempat dari hasil survei tersebut, melakukan doom spending untuk mengatasi stres yang dihadapi.
Perekonomian global yang sedang terpuruk, sangat memengaruhi gaya hidup milenial dan Generasi Z saat ini. Ketidakpastian masa depan menimbulkan stres dan kecemasan sehingga mendorong mereka melakukan doom spending sebagai bentuk luapan emosional, meski terkadang barang-barang belanjaan yang dibeli tidak begitu dibutuhkan. Bagi mereka dengan berbelanja akan menghilangkan perasaan negatif dan mendapatkan kepuasan secara instan.
Di sisi lain, media sosial turut andil memunculkan perilaku doom spending. Berbagai layanan online shop yang disuguhkan, sangat cocok dengan kebiasaan Gen Z yang dikenal sebagai kaum rebahan yang tidak lepas dengan gadgetnya. Segala macam kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan primer sampai tersier tersedia di toko online. Dari harga standar sampai yang termahal semuanya ada. Pelayanan transaksinya pun sangat mudah dan cepat. Kebiasaan doomscrolling secara terus menerus di media sosial, juga dapat menggiring mereka untuk mengikuti gaya hidup mewah teman ataupun influencer. Wajar, bila kemudian mereka tergiur dan akhirnya hanyut dalam perilaku doom spending.
Yang tak kalah menarik bagi Gen Z ialah kemudahan dalam mendapatkan finansial. Saat ini, banyak beredar layanan pinjaman online dan kemudahan kartu kredit yang makin mempermudah mereka dalam berbelanja. Fasilitas layanan yang menjanjikan kemudahan inilah yang membuka lebar budaya doom spending sehingga banyak Gen Z terperangkap dalam lilitan utang.
Jebakan Sekuler Liberalisme
Makin masifnya fenomena doom spending di kalangan Gen Z ini, tak lepas dari kebebasan (liberal) yang sudah mengakar dalam diri anak muda zaman sekarang. Gaya hidup liberal menampilkan hedonisme yang melahirkan perilaku impulsif dan berlebihan. Bila tak segera tersadarkan dan meninggalkan sifat boros akibat doom spending, dikhawatirkan mereka akan terjerumus dalam kemiskinan dan kehancuran masa depan.
Sekularisme juga telah mengikis keimanan para Gen Z. Hal ini menambah kecemasan dan stres yang mereka alami makin parah. Sebab, aktivitas yang dilakukan tidak disandarkan pada nilai-nilai agama, termasuk perilaku doom spending tersebut. Sering kali saat menghadapi permasalahan, mereka mencari jalan keluar secara instan tanpa berpikir panjang dampak yang ditimbulkan padahal hanya kepuasan sesaat solusi yang didapat. Mereka tidak menemukan solusi secara mendasar agar benar-benar terlepas dari persoalan yang ada.
Sekuler liberalisme jelas telah menjebak dan merusak tatanan kehidupan milenial dan Generasi Z. Mereka menyukai kebebasan, tetapi pada saat berhadapan dengan masalah, mereka sangat rapuh berujung pada krisis mental. Tak mampu mengendalikan emosi sehingga mudah cemas, stres, bahkan depresi. Akhirnya, untuk mencari solusi pun harus menabrak aturan Ilahi. Jelas, ini sangat berbahaya bagi generasi sebagai calon pemimpin masa depan negeri.
Baca:Â Keinginan atau Kebutuhan
Islam Solusi Doom Spending
Islam selalu mengajarkan bahwa setiap perbuatan harus dilandaskan pada hukum syarak. Solusi yang ditawarkan Islam juga selalu membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi manusia. Berbeda dengan sistem kapitalisme berikut turunannya, sekuler liberalisme, menggiring Gen Z pada jurang kehancuran.
Perilaku doom spending sudah menyimpang dari ajaran Islam. Setiap manusia diajarkan agar selalu kuat dalam menghadapi permasalahan. Tidak boleh lemah apalagi sampai mengalami krisis mental. Allah Swt. berfirman, "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali Imran: 139)
Dalam seluruh aspek kehidupan, umat Islam dianjurkan untuk berlaku seimbang. Termasuk dalam mengelola keuangan. Harta adalah titipan dan kelak diminta pertanggungjawaban atas pemanfaatannya. Oleh karena itu, harus lebih selektif dalam berbelanja. Bedakan mana kebutuhan dan keinginan. Berusaha hemat dan tidak konsumtif. Sebelum berbelanja, lebih baik dipertimbangkan terlebih dahulu, jangan sampai barang yang dibeli menjadi sia-sia. Allah menjelaskan dalam surah Al-Isra' ayat 26-27 yakni, Allah tidak menyukai sifat boros dan pelakunya disamakan dengan saudara-saudara setan.
Islam memiliki cara efektif dalam mengatasi perilaku doom spending, yakni:
Pertama, membangun kesadaran finansial. Umat Islam diajak untuk bijak dalam mengelola keuangan. Perlu untuk mencatat pengeluaran dan kebutuhan yang akan dibeli. Tinggalkan budaya komsumtif.
Kedua, ciptakan kekuatan hubungan spiritual. Perasaan tertekan, cemas, atau depresi dapat diatasi dengan lebih banyak beribadah kepada Allah. Seperti salat, zikir, membaca Al-Qur’an dan lainnya. Insyaallah dengan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, akan mendapatkan ketenangan jiwa sehingga perasaan cemas dapat teratasi.
Ketiga, lebih banyak bersabar dan ikhlas. Umat Islam harus pandai-pandai menahan diri, tidak mudah tergoda dengan konsumsi. Mensyukuri nikmat Allah berapa pun besarannya. Sesungguhnya besarnya materi bukanlah ukuran kebahagiaan sejati, tetapi ada pada ketenangan jiwa yang akan membimbing pada kehidupan yang lebih berkualitas.
Keempat, gemar bersedekah. Untuk menambah keberkahan harta kita, sangat dianjurkan untuk bersedekah sehingga kita terhindar dari segala keburukan, memperpanjang umur, dan menghapus segala dosa. Demikian pula jika kita ingin menyucikan dan membersihkan harta dari sesuatu yang tidak diridai Allah, maka caranya dengan bersedekah.
Kelima, memiliki sifat kanaah (merasa cukup) dan sifat zuhud yakni menghindari kecintaan terhadap dunia secara berlebihan.
Khatimah
Beginilah cara Islam dalam mengatasi Gen Z yang terjebak dalam fenomena doom spending. Generasi Z harus lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan ajaran Islam kaffah agar dapat terlepas dari perilaku doom spending. Dengan demikian, Gen Z akan lebih bijak dalam mengelola harta sehingga hidupnya pun akan lebih bermakna.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Salah satu pemicu doom spending adalah mudahnya mengakses pembelian. Selain kesulitan yang mendera dan tidak ada habisnya sehinhgga membuat anak muda putus asa. Daripada dinikmati orang lain, mending dinikmati sendiri. Barokallohu fiiik.
Semakin banyak gen-z berperilaku aneh-aneh
Ini istilah yang terbilang baru.
Tapi maknanya sama. Yaitu konsumtif.
Dan lagi-lagi, Islam selalu punya solusinya.
[…] Baca:Â Fenomena Doom Spending Menyasar Gen Z, Bahayakah? […]
[…] Baca juga: Fenomena Doom Spending Menyasar Gen Z, Bahayakah? […]
[…] Baca juga: Fenomena Doom Spending Menyasar Gen Z, Bahayakah? […]