Telaah Kritis Program Makanan Bergizi Gratis (MBG)

Telaah kritis program MBG

Program MBG tak hanya gagal memberikan gizi yang layak bagi rakyatnya tetapi juga menjadi proyek yang keuntungannya beredar di segelintir elite politik.

Oleh. Siti Hulfiya
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id--Kebijakan Makanan Bergizi Gratis (MBG) merupakan kebijakan populis yang dilakukan era pemerintahan Prabowo-Gibran. Gagasan tersebut merupakan visi-misi Prabowo-Gibran dalam Pemilihan Presiden (Pilpres 2024). Tujuan dari program Makanan Bergizi Gratis untuk memenuhi kebutuhan gizi masyaraka terutama di kalangan pelajar, balita, dan ibu ibu hamil atau menyusui.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pertama dilaksanakan pada tanggal 6 Januari 2025. Menteri Koperasi Arie Budi Setiadi mengatakan program Makan Bergizi Gratis melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan pihak desa dengan harapan kerja sama tersebut bisa menambah kesejahteraan dengan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. (kompas.com, 04-01-25)

Sasaran pertama dari program Makanan Bergizi dilakukan di sekolah tingkat dasar sampai menengah pertama. Pelaksanaan program MBG berjalan sembilan bulan mendapatkan kritik dari berbagai pihak. Pasalnya program ini memberikan dampak negatif bagi para siswa yaitu keracunan setelah mengkonsumsi MBG. Memang tidak semua yang mengalami keracunan tetapi menjadi koreksi bagi pemerintah untuk meninjau ulang program tersebut karena membahayakan nyawa generasi penerus bangsa.

Makanan Bergizi Gratis Bikin Miris

Kasus keracunan program Makanan Bergizi Gratis banyak disiarkan di berbagai media sosial. Terlihat banyak siswa dirawat di puskesmas setempat karena muntah muntah dan pusing setelah mengkonsumsi MBG. Gejala gejala tersebut mengarah pada keracunan makanan. Kasus keracunan MBG yang banyak memakan korban sebanyak 842 siswa terjadi di Kecamatan Cipongkor, Jawa Barat. (CNN, 25-09-25)

Kasus keracunan MBG yang membuat masyarakat kecewa ditambah lagi pernyataan pemerintah setempat bukannya memberikan solusi tetapi menganggap persoalan keracunan MBG hanyalah kurang terbiasa dengan menu yang disajikan oleh program MBG. Seperti yang terjadi pada kasus keracunan di Jawa Tengah sebanyak 2700 pelajar dilarikan ke puskesmas setempat dikarenakan keracunan MBG (Kompas.com, 06-10-25)

Kasus keracunan merebak hampir seluruh wilayah Indonesia. Tidak tahu berapa banyak korban keracunan akibat program ini karena sampai saat ini masih terus terjadi di beberapa daerah. Hal ini bukan masalah banyak atau sedikit korban keracunan MBG tetapi menandakan kelalaian pemerintah dalam mengurusi urusan masyarakatnya.

Maka tak heran ibu wali murid yang menjadi korban keracunan MBG melakukan aksi massa yang terjadi di kampus UGM yang mengatasnamakan Kenduri Suara Ibu Indonesia menuntut program Makanan bergizi Gratis dihentikan karena menimbulkan korban keracunan. (mubadalah.id, 07-10-25)

Telaah Kritis Program MBG

Awal program ini diajukan banyak dari elemen masyarakat pesimis karena ketidaksiapan secara teknis maupun operasional. Sebenarnya tujuan dari program Makanan Bergizi Gratis bagus yaitu memberikan asupan bergizi kepada pelajar dan ibu hamil bahkan menambah pendapatan desa karena program ini melibatkan Usaha Milik Desa (UmDes) dan pihak desa. Namun sayang, tujuan yang diharapkan tidak tercapai. Padahal dana yang dianggarkan program MBG sebesar Rp1,2 triliun.

Adapun sebab kegagalan program MBG sebagai berikut

Pertama, buruknya pengolahan pangan. Hal itu menyebabkan kondisi makanan kurang layak dikonsumsi karena terlalu lama berada di suhu ruangan

Kedua, keterlambatan distribusi makanan menyebabkan makanan harus dikembalikan karena sudah tidak layak makan (basi).

Ketiga, lemahnya pengawasan dalam pengadaan bahan pangan sehingga mendapatkan bahan pangan yang kurang berkualitas

Keempat, program memberi peluang korupsi karena penunjukan mitra tanpa verifikasi terbuka sehingga memberi peluang pemilik modal mengambil alih pemanfaatan program ini.

Kelima, kurangnya evaluasi gizi yang disebabkan tidak adanya komunikasi antara mitra pelaksana dengan Badan Gizi Nasional (BGN).

Baca juga: Program MBG Menguntungkan atau Merugikan?

Program Pencitraan

Dengan kegagalan program MBG seharusnya pemerintah segera menghentikan program ini karena lonjakan korban keracunan kian hari makin bertambah. Meskipun pemerintah menyampaikan permintaan maaf melalui Menteri Sekretaris Negara tidak mengobati kekecewaan masyarakat yang menjadi korban keracunan MBG.

Program MBG ini dikerjakan terburu-buru tanpa standar ketat dan banyak kepentingan politik. Sebagai contoh dapur MBG dipegang oleh pihak pihak yang tidak lain "orang terdekat" penguasa. Mereka lebih mementingkan keuntungan daripada kualitas yang akhirnya rakyatlah yang menjadi korban.

Sungguh miris, bagaimana mungkin pemerintah lebih mementingkan keberlangsungan program ini daripada keselamatan peserta didik? Seharusnya penguasa dipilih rakyat untuk melindungi dan memberikan jaminan keselamatan warga negaranya. Namun sebaliknya, rakyat menjadi korban pencitraan para penguasa. Program MBG tak hanya gagal memberikan gizi yang layak bagi rakyatnya tetapi juga menjadi proyek yang keuntungannya beredar di segelintir elite politik.

MBG bukan solusi

Program MBG memberikan bukti bahwa negara gagal memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Hal ini tidak lepas dari tata kelola negara bercorak kapitalistik, di mana negara berfungsi sebagai regulator bagi pemilik modal. Negara abai dalam fungsinya sebagai pengurus rakyat. Negara tidak peduli berapa banyak korban keracunan MBG tetapi lebih mementingkan pencitraan penguasa. Itulah buah pahit penerapan sistem kapitalisme.

Berbeda dengan sistem Islam, sebagaimana fungsi negara dalam Islam adalah pengurus rakyat. Artinya negara melayani kebutuhan rakyat terutama kebutuhan primer yaitu makanan bergizi. Negara bersungguh sungguh memenuhi kebutuhan gizi rakyat karena menyangkut masa depan negara terutama generasi penerus sebagai tonggak peradaban. Penguasa dalam sistem Islam adalah pelayan rakyat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun langkah sistem Islam dalam mengurusi kebutuhan gizi masyarakat:

Pertama, negara memastikan setiap individu laki-laki untuk bekerja dengan menyediakan lapangan pekerjaan sesuai dengan skill masing-masing. Dengan begitu, setiap kepala rumah tangga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan rumah tangga baik pangan, sandang dan papan.

Kedua, dalam pemenuhan gizi, negara
melibatkan para pakar dalam membuat kebijakan terkait, baik pemenuhan gizi, pencegahan stunting maupun dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan. Negara mengalokasikan anggaran untuk pemenuhan gizi rakyatnya diambil dari Baitul mal yang bersumber dari fa’i dan kharaj, kepemilikan umum, dan zakat.

Khatimah

Pemimpin dalam sistem Islam sebagaimana dicontohkan Khalifah Umar bin Khattab sebagai pemimpin kaum muslim. Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, beliau dikenal sebagai pemimpin yang sering meronda keliling negeri pada malam hari untuk melihat situasi dan kondisi rakyatnya. Ketika meronda Umar melihat seorang ibu memasak batu untuk anaknya tanpa menunggu program apapun Umar langsung keesokan harinya membawakan gandum yang dipikul sendiri di pundaknya. Umar juga memasak gandum untuk ibu dan anak tersebut serta memastikan gandum tersedia cukup di rumahnya.

Itulah gambaran penerapan sistem yang mana pemimpin dibangun atas ketaqwaan kepada Allah Swt. Pemimpin seperti Umar bin Khattab hanya terbentuk ketika aturan Islam diterapkan di tengah tengah kehidupan. Tidakkah kita rindu pemimpin yang demikian? Wallahualam bi showab

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Siti Hulfiya Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Job Hugging, Bekerja Tanpa Asa
Next
Di Balik Keracunan Program MBG
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram