
Faktor penting penyebab krisis air berupa kebijakan liberalisasi sumber daya air yang menjadikan swasta leluasa mengeksploitasi sumber air.
Oleh. Rita Yusnita
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Setiap mahluk hidup tidak lepas dari kebutuhan akan sumber air sebagai sarana penting penunjang segala aktivitas. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, mandi, dan hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari. Maka dapat dibayangkan bagaimana jadinya jika krisis air melanda, sumber air tidak lagi mengalir, atau pun tidak merata dalam penyalurannya.
Seperti yang terjadi di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Dilansir dari Kompas.com pada (3-12-2024), tidak kurang dari 10.000 warga Gili Ketapang menghadapi krisis air dikarenakan putusnya pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang terletak di bawah laut akibat tersangkut jangkar kapal. Akibatnya, sejak 7 November 2024, masyarakat setempat kesulitan memperoleh air bersih. Oleh sebab itu, berbagai kelompok dan elemen masyarakat terus mengirimkan bantuan air bersih melalui kapal dari pelabuhan Mayangan di Kota Probolinggo menuju Gili Ketapang dengan waktu tempuh satu jam.
Kondisi yang lebih memprihatinkan dialami warga Kampung El Berkah, Kelurahan Tanah Kali Kedingding, Kecamatan Kenjeran. Sampai saat ini warga di sana belum mendapatkan air PDAM dan akses menuju kampung di 14 rumah di Surabaya tersebut masih berupa tanah. Namun, Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah seakan tidak percaya dengan aduan warga kampung tersebut. Dia ingin memastikan kenapa warga di Tanah Kali Kedingding itu belum terakses paving dan air PDAM. “Kami minta kelurahan melalui RT dan RW kembali memasukkan program paving dan layanan PDAM itu dalam musrenbang kelurahan. Harus diprioritaskan. Sebab, hak semua warga Surabaya akan akses jalan nyaman dan air bersih,” ujarnya dilansir JawaPos.com, Selasa (19-11-2024).
Air Bersih Terkendala, Mengapa?
Air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk kehidupan. Berbagai permasalahan di atas seharusnya bisa diatasi sedemikian rupa. Namun, tampaknya belum ada satu pun solusi yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan berkaitan dengan krisis air. Apalagi yang berusaha mencari solusi adalah beberapa individu dan kelompok.
Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang perempuan bernama Viyata Devi berusia 53 tahun. Mantan COO (Chief Operating Officer) McLaren Jakarta yang masih aktif mengelola sebuah Brand Communication Agency ini memang hobi bersepeda. Demi mewujudkan harapan membangun akses air bersih di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), perempuan yang akrab dipanggil Devi itu mengayuh sepedanya dari Jakarta menuju Bali untuk menggalang dana dan mengajak masyarakat yang dilaluinya ikut peduli dengan tujuannya tersebut. Kegiatannya sebagai Charity Ride Jakarta-Bali sebagai bagian dari Jelajah Timur Water for Equality yang diinsiasi Yayasan Plan Internasional Indonesia (Plan Indonesia).
Menurutnya, banyak wilayah di NTB dan NTT yang memiliki akses terbatas terhadap air bersih. Berdasarkan data BPBD 2024, sekitar 500 ribu jiwa di 77 kecamatan di NTB terdampak kekeringan. Sementara pada September 2024 NTT mengalami kekeringan ekstrem sehingga sebanyak 225 dari 309 wilayah kecamatan yang tersebar di berbagai kabupaten dinyatakan siaga kekeringan. Oleh sebab itu, banyak anak-anak dan perempuan harus berjam-jam untuk mendapatkan air, bahkan jika terpaksa mereka harus membelinya.
Baca juga: Sumber Air Jauh, Negara Jangan Abai
Krisis Air di Sistem Kapitalis
Menelisik beberapa gambaran dari banyaknya permasalahan di atas tentang krisis air seakan tidak ada habisnya, malah dirasa semakin menumpuk dan bertambah. Hal ini tentu saja tidak akan pernah selesai karena saat ini kita masih mengadopsi sistem ekonomi kapitalis. Air bersih yang seharusnya kita dapatkan dan konsumsi dengan gratis malah diperjualbelikan. Terkait penanganan dari pemerintah dalam hal penyaluran air pun tidak maksimal sehingga tidak merata ke seluruh daerah. Maka dari itu krisis air pun tidak terelakkan.
Alam memang terkadang berkontribusi dalam perubahan iklim global, sehingga menyebabkan kemarau yang panjang. Namun, yang menjadi faktor penting penyebab krisis air adalah adanya kebijakan liberalisasi sumber daya air. Liberalisasi dari hilir menjadikan perusahaan swasta semakin leluasa dalam mengeksploitasi sumber air. Hal tersebut tampak dengan banyaknya perusahaan swasta yang menguasai dan mengelola air dalam bentuk kemasan. Ini yang pertama.
Kedua, minimnya daerah resapan. Hal tersebut terjadi karena peralihan fungsi terbuka hijau menjadi bangunan-bangunan, baik gedung maupun pemukiman hingga memengaruhi kondisi tanah sebagai tempat resapan air sehingga ketika turun hujan, tanah tidak maksimal dalam menyerap air. Hal tersebut menjadikan cadangan air sedikit. Dampaknya, kekeringan pun sulit dihindarkan.
Ketiga, berkurangnya hutan akibat kebijakan kapitalistik. Banyak hutan yang beralih fungsi dengan dibangunnya infrastruktur
sehingga terbukalah ruang investasi secara besar-besaran. Juga adanya penambangan barang tambang. Padahal sejatinya hutan adalah salah satu bagian yang berfungsi mengurangi dampak pemanasan global juga menjadi sumber resapan air ketika turun hujan.
Bagaimana Sistem Islam Menyolusi Krisis Air?
Islam sebagai sebuah sistem tentunya mempunyai solusi untuk mengatasi semua permasalahan hidup, tidak terkecuali dengan krisis air. Dalam hal pemenuhan air bersih, negara akan berupaya maksimal. Baik melalui mekanisme pengelolaan lahan dan pemakaian teknologi pendukung. Sebabnya, bahwa Islam memandang pemenuhan hak dasar rakyat adalah kewajiban negara. Apalagi air yang merupakan sumber vital bagi kehidupan manusia. Maka, dalam pemenuhan dan pemeliharaannya, air adalah sesuatu yang wajib dipenuhi. Negara tidak akan memberikan hak pengelolaan sumber-sumber air kepada pihak swasta karena sejatinya itu adalah harta kepemilikan umum yang tidak boleh dikuasai oleh perorangan atau kelompok.
Sebagaimana sabda Nabi saw., “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara, yaitu air, padang rumput (hutan), dan api (energi).” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Pemakaian teknologi dalam pengelolaan air pun akan dimaksimalkan guna menunjang kemaslahatan umat. Berbagai pembangunan infrastruktur akan diutamakan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat, bukan untuk meraih keuntungan atau memenuhi pesanan segelintir orang yang mempunyai kepentingan melainkan murni untuk kebutuhan dan kepentingan rakyat semata. Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
